Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Almy Birama Jufaransyah
"Masjid merupakan sebuah tinggalan arkeologis yang dapat menjelaskan bagaimana agama Islam berkembang di suatu daerah. Agama Islam yang berkembang di pulau Jawa merupakan wujud akulturasi dari penyesuaian terhadap agama dan kebudayaan sebelumnya. Penyesuaian kebudayaan yang dihasilkan dari sebuah proses akulturasi tersebut terlihat dari adanya beberapa komponen masjid yang menunjukkan corak-corak kebudayaan yang berbeda. Pada bagian atap masjid terdapat gaya Tionghoa yaitu atap Tsuan Tsien, pada bagian ruang inti masjid terdapat banyak unsur kebudayaan Jawa, dan pada bagian mihrab dan ragam hias terdapat unsur Timur Tengah. Berdasarkan hasil analisis mengenai dua aspek yaitu arkeologi dan akulturasi, dapat disimpulkan bahwa Masjid Jami Lasem merupakan wujud dari sebuah masjid yang merangkul semua golongan masyarakat, dan merupakan wujud dari cerminan masyarakat multikultural.

The mosque is an archaeological heritage that can explain how Islam developed in this area. The Islamic religion that flourished on the island of Java was a form of acculturation from adaptation to previous religions and cultures. The result of  an acculturation process is proven from the existence of several components of the mosque that show different cultural elements. On the roof of the mosque there is a Chinese elements called the roof of Tsuan Tsien, in the center space of the mosque there are many elements of Javanese culture, and in the mihrab and ornaments of the mosque there are elements of the Middle East culture. Based on the analysis of two aspects of archeology and acculturation, it can be concluded that Jami Lasem Mosque is a form of a mosque that embraces all community groups, and is a manifestation of the reflection of multicultural society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Ayu Dwi Putri
"Galeri Nasional Indonesia (GNI) sebagai sebuah museum seni rupa kontemporer bertanggung jawab dalam melaksanakan fungsi dan tugas museum yaitu mengkomunikasikan koleksi pada masyarakat melalui pameran, salah satunya adalah pameran tetap berjudul “Monumen Ingatan: Modernitas Indonesia dan Dinamikanya dalam Koleksi Seni Rupa Galeri Nasional Indonesia”. Penelitian ini ditulis untuk mengkaji nilai penting koleksi pada pameran tetap tersebut dan upaya yang dilakukan oleh konservator GNI dalam melestarikan koleksinya melalui kegiatan konservasi dengan menggunakan metode penelitian oleh Pearson dan Sullivan. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa lima koleksi lukisan yang mewakili lima periodisasi perkembangan seni rupa di Indonesia memiliki nilai penting dalam bidang sejarah dan ilmu pengetahun. Proses pelestarian koleksi lukisan tersebut dilakukan melalui upaya pencegahan dengan pembersihan umum, mengatur suhu dan kelembapan relatif, kontrol bangunan, pengecekan fisik lukisan, dan pengaturan intensitas cahaya. Sedangkan upaya perbaikan melalui restorasi yang sebagai contoh dilakukan terhadap lukisan “Jacqueline en robe de taffetas” (1926) karya Albert Andre dibahas melalui teori restorasi oleh Cesare Brandi.

The National Gallery of Indonesia (GNI) as a contemporary art museum plays a responsible role in carrying out the functions and duties of the museum, namely communicating the collection to the public through exhibitions, one of which is the permanent exhibition entitled "Monuments of Memory: Indonesian Modernity and its Dynamics in the Fine Arts Collection of the National Gallery of Indonesia” . This research was written to examine the important values of the collection at the permanent exhibition and the efforts made by GNI conservators to preserve the collection through conservation activities using research methods by Pearson and Sullivan. The results of this research show that five painting collections representing five periodizations of the development of fine arts in Indonesia have important value in the fields of history and science. The process of preserving the painting collection is carried out through preventative efforts by general cleaning, regulating temperature and relative humidity, controlling buildings, physically checking paintings, and regulating light intensity. Meanwhile, efforts to repair through restoration, for example carried out on the painting "Jacqueline en robe de taffetas" (1926) by Albert Andre, are discussed through restoration theory by Cesare Brandi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Permatadinata
"

Masjid-masjid abad XIX di kabupaten Agam, Sumatra Barat, sebagai warisan budaya benda dapat memperlihatkan perpaduan antara adat Minangkabau dan agama Islam di wilayah Sumatra Barat, khususnya Kabupaten Agam. Masjid-masjid ini adalah Masjid Bingkudu, Masjid Kubang Putih, Masjid Pincuran Gadang, dan Masjid Siti Manggopoh. Dari berbagai unsur yang ada di masjid-masjid tersebut, ditarik makna untuk mendapat gambaran bagaimana adat dan agama di Sumatra Barat berpadu. Interpretasi akan makna yang dikandung masjid-masjid tersebut dilakukan menggunakan model semiotik Peirce tentang segitiga tanda. Dengan metode ini, setiap tanda yang terdapat pada bangunan masjid dibedah menjadi representamen, objek, dan interpretan, yang kemudian menggambarkan makna. Dengan menggabungkan makna dari setiap tanda, didapat kesimpulan bahwa meskipun adat dan agama ini adalah dua hal yang berbeda dan memiliki beberapa nilai yang cenderung bertentangan, tetapi adat Minangkabau dan agama Islam dapat berpadu secara harmonis di masyarakat muslim Minangkabau pada abad XIX.


Nineteenth-century mosques in Agam district, Sumatra Barat, are example of tangible heritage that can picture how Islam religion and Minangkabau custom blends in Sumatra Barat, especially in Agam district. These mosques are Masjid Bingkudu, Masjid Kubang Putih, Masjid Pincuran Gadang, and Masjid Siti Manggopoh. From various elements the mosques have, it can draw meanings to know how Minangkabau custom and Islam religion unite. The method to get the meanings is by Peirce’s semiotics with his sign triangle. With this method, each sign in the mosques splitted into representamen, object, and interpretant, in which can explain the meanings. By combined interpretations from all signs, eventhough Minangkabau custom and Islam religion is a two different thing and have some value that tend to contradict one anonther, in fact Minangkabau custom and Islam religion can harmonically cohered in Minangkabau muslim society.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahdini
"ABSTRAK
Bangunan masjid merupakan salah satu peninggalan masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar yang memiliki keberagaman dari segi bentuk dan ragam hias. Masjid-masjid kuna ini memperlihatkan adanya keselarasan antara adat dan agama Islam. Adat telah menjadi pegangan hidup bagi masyarakat Minangkabau dan juga menjadi identitas budaya bagi pengikutnya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk dari keempat masjid serta identitas budaya yang terepresentasikan pada bangunan masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa pada masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar ini tercerminkan dua identitas budaya, yaitu identitas budaya Koto Piliang dan identitas budaya Bodi Caniago. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa identitas budaya yang terlihat pada masjid kuna tersebut memperlihatkan jenjang status sosial masyarakat, yaitu identitas dari seorang raja dan identitas seorang pemimpin yang berasal dari rakyat biasa.

ABSTRACT
Old mosques is one of Minangkabau heritages in Tanah Dasar Regency that have various form and decoration. Old mosques shows the harmonious life of tradition and Islamic religion in this regency. Tradition has become guidance of life for Minangkabau society and also has become cultural identity for its disciple. This research focus on the physical forms of the four mosques and also the cultural identity that is represented by those old mosques in Tanah Datar Regency. This research resulting in indication of two distinct cultural identities, that is Koto Piliang culture and Bodi Caniago culture. The study also shows that cultural identity in those mosques indicating social ladder in society, which is identity of the king and identity of a leader from common folks.
"
2017
S68155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiz
"ABSTRAK
Peninggalan material culture setelah masa revolusi industri dapat dikaji melalui arkeologi industri. Kajian tersebut membahas kehidupan sosial pada masa lalu lewat tinggalan bangunan industri. Salah satu tinggalan tersebut adalah pabrik. Di Indonesia, pabrik-pabrik tersebut pada umumnya merupakan tinggalan masa kolonial. Pabrik gula Ngadiredjo di Kediri menjadi objek penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini. Kajian ini mengkhususkan mengenai tata ruang pada pabrik yang berkaitan dengan aktivitas produksi pabrik pada masa lalu dan sistem sosial yang ada dalam lingkungan industri Pabrik Gula Ngadiredjo. Konsep tersebut dapat diketahui pada pola keletakan bangunan-bangunan dalam emplasemen pabrik.

ABSTRAK
Industrial archaeology is a study about the material culture from industrial revolution. This study discuss about social industrial life in the past through its remains, one of them is factory buildings. This paper tried to examine the industrial life in Sugar Factory Ngadiredjo in Kediri. This factory complex was choosen as a case study in this research because the factory buildings, its machinery, and other infrastructures still in good conditions and remain intacts. This study focus about the spatial layout of the factory in order to understanding the power relation concept between white people as ruler and indigenous people as worker. The power relation concept can be known through panopticon system of the emplacement of the buildings."
2017
S69380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abi Rafdi Pasha
"Tiang utama masjid merupakan salah satu komponen yang terdapat pada masjid kuno dan berfungsi sebagai media penopang atap bangunan. Khusus di Jawa tiang utama masjid memiliki konsep yang disebut dengan saka guru, saka guru merupakan gagasan yang diprakarsai oleh para walisanga, selain itu saka guru merupakan tiang utama yang menjadi penopang atap pada bangunan tradisional adat Jawa Joglo . Artikel ini akan membahas mengenai konsep resistensi dan hibriditas yang terdapat pada komponen tiang utama masjid kuno di Jakarta dengan rentang abad XV-XIX, metode yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis komperatif dan analisis difusi. Analisis komperatif merupakan analisis dengan melakukan perbandingan terhadap komponen bentuk, pola keletakan dan ragam hias tiang utama masjid kuno Jakarta selanjutnya menggunakan analisis difusi yaitu analisis terhadap hasil perbandingan dari komponen-komponen yang telah ditentukan bentuk, pola keletakan dan ragam hias dengan tujuan untuk mengetahui identitas budaya tiang utama masjid kuno Jakarta dari unsur-unsur tersebut. Hasil dari kajian ini menunjukan bahwa resistensi tiang utama masjid kuno Jakarta terdapat pada unsur pola keletakan tiang, sedangkan hibriditas terdapat pada komponen bentuk dan ragam hias tiang utama masjid kuno Jakarta.

The main pillar of the mosque is one of the components of the old mosque and serves as a media of the cantilever roofs. Specialized in Java, the main pillar of the mosque has a concept called saka saka guru, guru is an idea initiated by the walisanga, besides saka teacher is the main pillar that became the underpinning of roof on building Javanese traditional Joglo . This article will discuss the concept of resistance and hibriditas contained on the components of the main pillar of the ancient mosques in Jakarta with the span of centuries XV XIX, the methods used in this study is the analysis of comparative and analysis of diffusion. Analysis comparative is analysis by doing a comparison against the component shapes, pattern and pattern position the main pillar of the ancient mosque Jakarta next using diffusion analysis i.e. analysis of the results of the comparison of the components shape, pattern and pattern position with the purpose to find out the main pillars of the cultural identity of the ancient mosque Jakarta from the elements. The results of this study showed that the resistance is the main pillar of the ancient mosque of Jakarta is present on the element pattern of position pole, while hibriditas is found in the component shapes and motif is the main pillar of the ancient mosque in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talulla Rachma Augia
"Penelitian ini membahas mengenai tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman di Desa Hitu dan Hila di Ambon, Maluku. Data yang diambil adalah Masjid Hitu, Masjid Hena Lua, Masjid Hassan Sulaiman, Masjid Wapauwe, Rumah Raja Desa Hitu, Rumah Raja Desa Hila, kompleks makam kuno Hitu, dan kompleks makam Hassan Sulaiman. Penelitian terfokus pada kajian spasial atau tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman untuk melihat pemisahan yang sakral dan yang profan. Sakral adalah suatu benda atau objek yang dikeramatkan, dalam penelitian ini makam merupakan tempat yang disakralkan. Profan adalah yang bersangkutan dengan duniawi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat makna makam bagi para masyarakat desa Hitu dan Hila. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pemisahan antara yang sakral dan profan. Batas pemisah antara yang sakral dan profan tidak dapat terlihat secara fisik, batasan baru dapat terlihat dari penggambaran yang diambil dari udara. Makam atau yang disakralkan berada di dalam hutan dan jauh dari pemukiman dan masjid.

This thesis discuss about the layout between tombs, mosques, and settlements in Hitu Village dan Hila Village, Maluku. The data which has been taken such as, Hitu Mosque, Hena Lua Mosque, Hassan Sulaiman Mosque, Wapauwe Mosque, The House of The Hitu Villages King, The House of The Hila Villages King, The Ancient Tombs Complex of Hitu, and The Tomb Complex of Hassan Sulaiman. This thesis focuses on the spatial study or the layout between tombs, mosques, and settlements to separate the sacred and the profane. Sacred is the object which sanctified and hieratic, in this thesis for example, the tomb is a sacred place. Whereas, profane is concerned with the worldly.
This thesis aims to see the meaning of the tomb for the villagers of Hitu and Hila. The results of this thesis conclude that there is a separation between the sacred and the profane. The separation is that the dividing boundary between the sacred and the profane can not be seen physically, the new boundary can be seen from the drawing which taken from the air. The tombs or the sacred places are in the forest and away from the settlements and the mosques.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Madya Rizkiano
"Penelitian ini membahas bagaimana penerapan nilai-nilai budaya Minangkabau terhadap kebudayaan material berupa masjid dan surau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan budaya Minangkabau terhadap masjid dan surau yang diteliti, yaitu pada Surau Atok Ijuak, Surau Syekh Burhanuddin, Masjid Tuo Kayu Jao dan Masjid Asasi. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian arkeologi dari Sharer dan Ashmore yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Penerapan nilai-nilai budaya Minangkabau dapat terlihat dari bangunannya mulai dari bagian kaki, badan, hingga atap serta pada ragam hiasnya. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa pembangunan masjid dan surau yang ada di wilayah Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Solok dan Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, mempunyai nilai-nilai budaya Minangkabau yang diterapkan sesuai dengan kata-kata adatnya.

This study discusses how the application of Minangkabau cultural values to material culture in the form of mosque and surau. This study aims to determine the linkage of Minangkabau culture to the mosques and suraus studied, namely Surau Atok Ijuak, Surau Syekh Burhanuddin, Tuo Kayu Jao Mosque and Asasi Mosque. The method used in this study are from Sharer and Ashmore, formulation, implementation, data gathering, data processing, analysis, interpretation and publication. Implementation of Minangkabau cultural values can be seen from the building starting from the lower, body, to the roof and on the variety of ornaments. Based on the results of the analysis can be seen that the construction of mosques and suraus that exist in the region of Padang Pariaman, Solok and Padang Panjang, West Sumatra, has Minangkabau cultural values that are applied in accordance with the tradition words.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Satria Nugraha
"ABSTRAK
Kajian arkeologi industri memberikan pemahaman dan gambaran akan kehidupan sosial masyarakat industri masa lalu. Objek kajian arkeologi industri berupa artefak, struktur, atau bangunan bekas kegiatan industri. Pada masa kolonial, banyak industri didirikan di Indonesia, dan salah satunya adalah industri gula. Industri gula yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Pabrik Gula Kalibagor di Banyumas, Jawa Tengah. Penelitian ini membahas tentang tata ruang emplasemen pabrik yang berkaitan dengan aktivitas produksi dan kehidupan sosial yang ada dalam lingkungan industri Pabrik Gula Kalibagor pada masa lalu. Semua itu dapat diketahui dari pola keletakkan bangunan-bangunan dalam emplasemen pabrik.

ABSTRACT
Industrial archaeology review provides an understanding and the description about the social life of the past industrial society. The object of the study of industrial archaeology is in the form of artifacts, structures, or former buildings of the industrial activity. During the colonial period, many industries were established in Indonesia, and one of which was a sugar industry. The sugar industry that becomes the object of this research is the Kalibagor sugar factory at Banyumas, Central Java. This study discusses the factory spatial emplacement which is related to the production and social life activity that is presented in the industrial environment at Kalibagor sugar factory in the past. All can be known by the layout pattern of the buildings in factories emplacement."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Wedayani
"Tulisan ini membahas tentang proses tradisi kependetaan yang secara turun temurun di Griya Sanur Pejeng, fokusnya pada proses seorang calon sulinggih yang akan menjadi seorang pedanda dengan melalui proses akhir yaitu madiksa sebagai tanda telah resmi menjadi pedanda beserta material culture pendukungnya di griya, sebutan untuk rumah Pedanda. Data yang digunakan terkait dengan tradisi kependetaan yang secara turun temurun di Griya Sanur Pejeng yaitu arca-arca, prasasti, naskah kuno, relief, perangkat pemujaan dan busana kependetaan. Metode yang digunakan yaitu pengamatan data pustaka dan lapangan, dilanjutkan dengan pengolahan data yang dilakukan dengan mengidentifikasi informasi mengenai material culture yang berkaitan dengan life course seorang pedanda yang dimulai sejak masa kanak-kanak dengan mempertimbangkan unsur dasar life course yang terdapat di dalamnya yaitu transition atau transisi, yang mencakup perubahan peran dan status seseorang dari yang sebelumnya. Salah satu yang dipelajari di dalam ilmu arkeologi ialah arkeologi anak-anak, kemudian secara lebih luas lagi mengkategorikan usia kedalam analisis identitas sosial melalui konsep life course atau perjalanan hidup. Life course seorang pedanda tercermin dalam komitmennya terhadap pelayanan kepada masyarakat dan pencarian keselarasan dengan Tuhan, karena seorang pedanda memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan spiritualitas, memelihara tradisi, sebagai perantara Tuhan dan pemimpin spiritual dalam masyarakat Hindu.

This paper discusses the hereditary process of the priesthood tradition in Griya Sanur Pejeng, focusing on the journey of a prospective sulinggih who will become a pedanda. The culmination of this process is marked by madiksa as an official sign of becoming a pedanda, along with its supporting material culture in Griya, referred to as the Pedanda’s residence. The data used is related to the hereditary priesthood tradition in Griya Sanur Pejeng, including scluptures, inscriptions, ancient manuscripts, reliefs, worship devices, and priestly attire. The method employed involves observing data from literature and the field, followed by data processing that includes identifying information about the material culture associated with the life course of a pedanda. This life course begins in childhood, in roles and status from the previous stage. One aspect studied in archaeological science is the archaeology of children, which is then broadly categorized into the analysis of social identities through the concept of life course or life journey. The life course of a pedanda is reflected in their commitment to serving the community and seeking harmony with God. This is because a pedanda plays a crucial role in maintaining the balance of spirituality, preserving traditions, and serving as an intermediary between God and spiritual leaders in the Hindu Community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>