Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairul Maulidi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada hasil pengisian saluran akar di 1/3 apeks, akibat pengambilan sebagian gutaperca untuk ruang pasak. Pengambilan dilakukan pada hari ke-1, hari ke-3, dan hari ke-7 setelah pengisian saluran akar, dengan menggunakan semen saluran akar yang berbeda. Enam puluh enam akar gigi saluran akar tunggal, lurus, foramen apeks tertutup, dipreparasi secara step-back panjang 11 mm dengan file terbesar no. 60, dan step-back sampai no. 80. Foramen di apeks diseragamkan dengan menembuskan file no. 25 panjang 12 mm saluran akar diisi dengan teknik kondensasi lateral masing-masing 30 akar gigi menggunakan AH-26 dan 30 akar lainnya dengan endomethasone, dan masing-masing waktu pengambilan dilakukan pada 10 akar gigi. Pengaruh akibat pengambilan gutaperca dilihat berdasarkan kebocoran pengisian saluran akar yang diukur dari perembesan zat warna tinta cina dengan waktu perendaman 7 hari. Perendaman dengan tinta cina dilakukan setelah pengambilan gutaperca, sementara itu sampel direndam dalam aquadest sampai saat akan dilakukan pengambilan. Evaluasi dengan mikroskop stereo, terlebih dahulu sampel dibelah memanjang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu ada pengaruh waktu pengambilan sebagian gutaperca untuk ruang pasak. Kebocoran pada penggunaan semen saluran akar AH-26 lebih besar daripada endomethasone, kebocoran paling besar terjadi pada pengunaan semen saluran akar AH-26 pengambilan hari ke-1, sedang pengambilan pada hari ke-3 dan ke-7 pada penggunaan kedua macam semen saluran akar tersebut tidak berbeda bermakna.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wasis Sumartono
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan selang waktu antara penumpatan semen Zinc Oksid (Phapras)-Eugenol (Cavex) dan penumpatan Isopast (Vivadent) terhadap kekerasan Isopast. Percobaan dilakukan pada Isopast yang ditumpatkan diatas semen ZOE dengan selang waktu 1, 2 dan 5 hari, dan kemudian diukur kekerasannya. Selama selang waktu tersebut semen ZOE direndam dalam air. Sebagai pembanding diukur pula kekerasan Isopast tanpa semen ZOE. Kekerasan diukur dalam KHN pada suatu garis yang jaraknya + 400 um. dan + 1100 um dari garis batas semen ZOE dan Isopast. Ternyata ada peningkatan kekerasan sampai selang waktu 5 hari. Ada perbedaan kekerasan yang bermakna yang dihasilkan oleh selang waktu 1 dan 2 hari, sedangkan antara 2 dan 5 hari, walaupun ada kecenderungan peningkatan kekerasan, secara statistik tidak bermakna. Makin jauh dari semen ZOE kekerasan makin tinggi. Dibandingkan dengan sampel tanpa semen ZOE, terlihat bahwa pada selang waktu 1 hari, jarak ± 400 um., hambatan pengerasannya adalah ± 50 %. Sedangkan pada selang waktu 5 hari, jarak yang sama, tinggal ± 15 %."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Saputri
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan warna permukaan nanofil yang dipoles dengan teknik pemolesan one step dan multi step polish setelah perendaman kopi. 30 sampel, dibagi menjadi 3 perlakuan: dipoles PoGo® (one step), dipoles Sof-Lex® (multi step) dan tidak dipoles. Sampel direndam kopi selama 12 hari. Pengukuran perubahan warna menggunakan vita classic. Setelah perendaman selama 12 hari, seluruh sampel direndam kopi (dipoles Sof-Lex®, PoGo® dan tidak poles) menunjukkan perubahan warna. Perubahan warna pada nanofil dipoles Sof-Lex® lebih kecil dibanding PoGo® namun tidak bermakna. Dapat disimpulkan multi-step polish menghasilkan perubahan warna lebih kecil dibanding one step polish namun tidak bermakna.

This research aims to compare color change on nanofiller polished by one step and multi step polish techniques after being immersed in coffee. 30 samples treated into 3 types, polished by PoGo® (one step), Polished by Sof-Lex® (multi step) and unpolished. Samples were immersed in coffee in 12 days. Colour change was measured by using vita classic. After 12 days of immersion, all sample groups (polished by PoGo®, polished by Sof-Lex®, and unpolished) immersed in coffee, reveal color change. Color change on nanocomposite polished by Sof-Lex® is less than the one polished by PoGo®. It can be concluded multi step polish produces less color change compare to one step polish but the difference is not significant"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sima Novrita Deviyanti
"Skripsi ini membahas pengaruh teknik inkremental dan aplikasi re-etch re-bond terhadap pencegahan perubahan warna tepi restorasi resin komposit nanohybrid setelah perendaman dalam larutan kopi, dengan cara membagi 24 gigi molar 3 menjadi 4 kelompok. Sample dibuat kavitas berbentuk lingkaran dengan diameter 2 mm kemudian ditumpat resin komposit nanohybrid dengan teknik inkremental (kelompok I-II) dan bulk (kelompok III-IV),pada kelompok I juga diaplikasikan re- etch re-bond setelah finishing lalu direndam dalam larutan kopi. Hasilnya, kelompok I menunjukkan nilai pewarnaan tepi tumpatan yang terendah dan pewarnaan tepi bermakna secara statistik (p<0,05) terjadi pada penghitungan hari ke-6 dan ke-12. Kesimpulannya, teknik penumpatan inkremental dan pengaplikasian re-etch re-bond dapat meminimalkan perubahan warna tepi tumpatan.

This study discusses the influence of incremental technique and re-etch re-bond applications to the prevention of marginal discoloration nanohybrid composite resin after immersed in a solution of coffee, by dividing the 24 third molars into 4 groups. Sample made a circular cavity with a diameter of 2 mm then restored by nanohybrid composite resin with incremental technique (group I-II) and bulk (group III-IV), in group I also applied re-etch re-bond after finishing and then immersed in a solution of coffee . As a result, group I showed the lowest value of marginal discoloration and the marginal discoloration statistically significant (p <0.05) occurred in the counting day 6 and 12. In conclusion, incremental techniques and application of re-etch re- bond can minimize marginal discoloration of composite resin
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sean Otista Hananta
"Resin kompositterus dikembangkan untuk meningkatkan performa estetiknya. Resin komposit terbaru yaitu nanofiller dan nanohybrid yang masih diperdebatkan ketahanannya terhadap zat warna minuman kopi. Penelitian ini bertujuan membandingkan perubahan warna permukaan resin komposit nanofiller dan nanohybrid setelah perendaman kopi. Terdapat 36 sampel yang dibagi dalam 6 kelompok dengan ukuran diameter 6 mm, tebal 3 mm. Pengukuran warna menggunakan vita easyshade classic yang diurutkan berdasarkan value. Hasil data dianalisis menggunakan Wilcoxon Test dan Mann-Whitney Test. Didapatkan Perubahan warna pada nanohybrid lebih sedikit dibandingkan pada nanofiller dan secara statistik berbeda bermakna (p<0,05). Sehingga nanohybrid memiliki ketahanan terhadap zat warna yang lebih baik daripada nanofiller.

Resin composites continue developed to improve aesthetic performance. The newest composite resin are nanofiller and nanohybrid where color resistance to coffee drinks still debating. The aim of this study is to compare surface discoloration nanofiller and nanohybrid resin composites after immersion coffee. There are 36 samples were divided into 6 groups with a diameter of 6 mm, thickness 3 mm. Color measurements using vita easyshade classic that is sorted by value.Results data were analyzed using the Wilcoxon test and Mann-Whitney Test. Changes in color on nanohybrid lower than the nanofiller and statistically significant (p<0.05). Therefore nanohybrid has resistance to color better than nanofiller.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medwin Setia Tjahjadi
"ABSTRAK
Odontocem® dan Biodentine®, berbahan dasar kalsium silikat. Tetapi terdapat kandungan lain yang mungkin memiliki efek pada viabiltas sel. Contohnya penambahan steroid dalam Odontocem®. Belum diketahui apakah penambahan steroid tersebut memiliki efek atau tidak terhadap viabilitas sel. Sel fibroblas yang diambil dari Telur Embrio Tertunas (TET), dipajan dengan Odontocem® dan Biodentine® dengan jumlah masing-masing kelompok sebesar 15 well. Kemudian viabilitas sel diukur selama 24 jam dan 72 jam. Hasil penelitian diuji dengan uji statistik Kruskal Wallis dengan uji post hoc Mann-Whitney. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa Odontocem® dan Biodentine® memiliki efek menurunkan viabiltas sel fibroblas pada pengukuran 24 jam dan 72 jam. Juga viabilitas sel fibroblas pada kelompok perlakuan Odontocem ® lebih tinggi daripada Biodentine® baik pada pengukuran 24 jam maupun 72 jam. ABSTRACT
Odontocem® and Biodentine®, both consist of calcium silicate. But there are other substances which may have an effect on cell viability. For example, addition of steroids in Odontocem®. It is not yet known whether these steroids have an effect or not on the cell viability. Fibroblasts taken from Chicken Embryo, added with Odontocem® and Biodentine® by each group of 15 wells. Then the cell viability was measured for 24 hours and 72 hours. The result were tested by Kruskal Wallis statistical test with post hoc test of Mann-Whitney. Based on this research, it was found that Odontocem® and Biodentine® have a lowering effect on the fibroblast cell viability for 24 hours and 72 hours. Thus, fibroblast cell viability the treatment group Odontocem ® is higher than both the measurement Biodentine® 24 hours or 72 hours.;Odontocem® and Biodentine®, both consist of calcium silicate. But there are other substances which may have an effect on cell viability. For example, addition of steroids in Odontocem®. It is not yet known whether these steroids have an effect or not on the cell viability. Fibroblasts taken from Chicken Embryo, added with Odontocem® and Biodentine® by each group of 15 wells. Then the cell viability was measured for 24 hours and 72 hours. The result were tested by Kruskal Wallis statistical test with post hoc test of Mann-Whitney. Based on this research, it was found that Odontocem® and Biodentine® have a lowering effect on the fibroblast cell viability for 24 hours and 72 hours. Thus, fibroblast cell viability the treatment group Odontocem ® is higher than both the measurement Biodentine® 24 hours or 72 hours."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Mariani
"Latar Belakang: Kebocoran mikro tepi restorasi resin komposit dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna dan karies sekunder. Salah satu upaya menguranginya adalah teknik rebonding pasca finishing dan polishing.
Tujuan: Menganalisis kebocoran mikro tepi restorasi resin komposit setelah dilakukan teknik rebonding menggunakan surface sealant dan bonding agent.
Metode: 60 gigi premolar dipreparasi pada bagian bukal dengan diameter kavitas 3mm dan kedalaman 2mm. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok secara acak untuk dilakukan rebonding. Kelompok 1 dilakukan rebonding menggunakan surface sealant dan kelompok 2 menggunakan bonding agent. Pengukuran penetrasi zat warna biru metilen 1% dilakukan setelah thermocycling.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara jenis bahan rebonding dengan skala kebocoran, dimana kebocoran mikro tepi restorasi paling sedikit terdapat pada kelompok 1 dibandingkan kelompok 2.
Kesimpulan: Prosedur rebonding dengan aplikasi surface sealant dapat menutup kebocoran mikro pada tepi restorasi resin komposit pasca finishing dan polishing lebih baik dibandingkan aplikasi bonding agent.

Background: Microleakage at the marginal area of composite resin restoration can lead to discoloration and secondary caries. Performing rebonding after finishing and polishing can reduce microleakage of composite resin restoration.
Aim: The aim of this study was to analyse the microleakage of composite resin restoration after rebonding with surface sealant and bonding agent.
Methods: Cavity preparation was performed on the buccal side of sixty human premolar teeth with 3mm diameter and 2mm depth. Samples were randomly divided into two groups for rebonding with different materials. Samples in group 1 were rebonded with surface sealant, while samples in group 2 using bonding agent. The microleakage was measured using 1% methylene blue after thermocycling procedure.
Results: Group 1shows less microleakage than group 2, statistic analysis show significant difference between the two groups ( p<0.05).
Conclusion: Rebonding procedure with surface sealant can reduce marginal microleakage in composite resin restoration better than bonding agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widurini Djohari
"BASTRAK
Kerusakan gigi molar satu rahang atas frekuensinya Cukup tinggi dan sering disertai kelainan pulpa. Perawatan saluran akar pada gigi ini memerlukan keterampilan yang ditunjang oleh pengetahuan anatomi dan morfologi a.l. panjang gigi, bentuk penampang saluran akar, jumlah akar, jumlah saluran akar, dan letak orifis. Dalam perawatannya sering dijumpai kesulitan menentukan letak apeks, karena pedoman ukuran yang ada berdasarkan ukuran gigi orang Amerika atau Eropa. Belum ada pedoman yang berdasarkan ukuran gigi orang Indonesia.
Dari sampel 50 gigi molar satu atas yang dicabut dari klinik gigi di Jakarta, diukur panjang gigi dari masing-masing apeks akar Palatal, Mesio Bukal, Disto Pukal ke bidang oklusal dengan mikrometer. Dihitung jumlah akar, jumlah saluran akar, dan dicatat bentuk penampang saluran akar 5 mm dari apeks, dan konfigurasi letak oriifis.
Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gigi rata-rata dari apeks akar palatal 19,47 mm, dari apeks akar mesio bukal 19,14 mm dari apeks akar disto bukal 18,41 mm. Dari hasil pengamatan, semua gigi mempunyai tiga akar, dan diperoleh lebih banyak gigi dengan tiga saluran akar (98 %). Dari gambaran konfigurasi letak orifis diperoleh bentuk "7" (60 %),lebih banyak dibanding bentuk "Y" (16 %) dan bentuk "T" (18 7.). Dari pengamatan bentuk penampang saluran akar, terbanyak diperoleh bentuk bulat pada akar disto bukal (82 7.), dan bentuk Blips pada akar palatal (36 %). Selain itu diperoleh pula bentuk ginjal pada akar disto bukal (4%), dan bentuk pipih pada akar mesio bukal (14 %).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trini Santi Pramudita
"Preparasi saluran akar menghasilkan ekstrusi debri, memicu respons inflamasi di periapeks.
Tujuan: Mengamati perbedaan jumlah ekstrusi debri ke periapeks pada saluran akar yang dipreparasi menggunakan gerakan rotasi kontinyu dan resiprokal.
Metode: Tigapuluh dua gigi premolar secara acak dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 dipreparasi menggunakan gerakan rotasi kontiyu. Kelompok 2 menggunakan gerakan resiprokal. Penimbangan tabung penampung debri dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah preparasi. Perbedaan berat tabung tersebut dianggap sebagai berat debri terekstrusi.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2 (p=0,844)
Kesimpulan: Perbedaan gerakan preparasi saluran akar menggunakan rotasi kontinyu maupun resiprokal tidak memengaruhi jumlah ekstrusi debri ke periapeks.

Root canal preparation produces debris extrusion, lead to inflammation in periapical tissue.
Objective: Assess the differences of periapically extruded debris amount after preparation using continous rotation and reciprocating motion.
Method: Thirty two premolars in a receptor tube were randomly divided into 2 groups. Group 1 was prepared using continuous rotation, Group 2 using reciprocating motion. Amount of the extruded debris was obtained by the receptor tube weight differences before and after preparation.
Results: The difference between groups were not statistically significant (p = 0,844).
Conclusion: Continuous rotation and reciprocating motion have no influence in the amount of periapically extruded debris.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vastya Ihsani
"ABSTRAK
Konsep mempertahankan struktur jaringan gigi yang sehat saat
ini telah berkembang, mengacu pada prinsip intervensi minimal. Metode yang telah dikembangkan sesuai dengan prinsip preparasi minimal yaitu preparasi menggunakan bahan kemomekanis, yaitu Papacarie®. Produk ini mengandung bahan alami utama yaitu enzim papain. Pada penelitian ini, akan dilakukan pembuangan infected dentin dengan preparasi kemomekanis menggunakan gel papain dan Papacarie®, dan preparasi mekanis menggunakan instrumen putar bur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin secara mekanis dan kemomekanis. Metode: Dua puluh tujuh gigi molar tetap dibagi ke dalam tiga
kelompok. Kelompok 1: pembuangan infected dentin menggunakan tehnik
kemomekanis gel papain. Kelompok 2: menggunakan bahan Papacarie®.
Kelompok 3: menggunakan instrumen putar bur. Setiap kelompok dilakukan uji kekerasan menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan Post-hoc dan Tukey. Hasil:. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 3 serta kelompok 2 dan 3, p= 0.000. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2, p= 1.000. Kesimpulan: Kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin dengan bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi gel papain dan Papacarie®. Sedangkan, kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin dengan gel papain hampir sama dengan setelah aplikasi Papacarie®.

ABSTRACT
Konsep mempertahankan struktur jaringan gigi yang sehat saat
ini telah berkembang, mengacu pada prinsip intervensi minimal. Metode yang telah dikembangkan sesuai dengan prinsip preparasi minimal yaitu preparasi menggunakan bahan kemomekanis, yaitu Papacarie®. Produk ini mengandung bahan alami utama yaitu enzim papain. Pada penelitian ini, akan dilakukan pembuangan infected dentin dengan preparasi kemomekanis menggunakan gel papain dan Papacarie®, dan preparasi mekanis menggunakan instrumen putar bur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin secara mekanis dan kemomekanis. Metode: Dua puluh tujuh gigi molar tetap dibagi ke dalam tiga
kelompok. Kelompok 1: pembuangan infected dentin menggunakan tehnik
kemomekanis gel papain. Kelompok 2: menggunakan bahan Papacarie®.
Kelompok 3: menggunakan instrumen putar bur. Setiap kelompok dilakukan uji kekerasan menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan Post-hoc dan Tukey. Hasil:. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 3 serta kelompok 2 dan 3, p= 0.000. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2, p= 1.000. Kesimpulan: Kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin dengan bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi gel papain dan Papacarie®. Sedangkan, kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin dengan gel papain hampir sama dengan setelah aplikasi Papacarie®."
2012
T33039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>