Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gaezza Trikas Frendianto
"Tulisan ini adalah kajian tentang interpretasi simbol omnipoten atau kemahakuasaan Tuhan dan kaitannya dengan evil atau kejahatan. Atribut omnipoten yang disematkan pada Tuhan merupakan sifat yang masih menimbulkan paradoks. Interpretasi konsep omnipoten atau kemahakuasaan yang tersedia masih banyak meninggalkan pertanyaan, terutama keraguan bahwa Tuhan dapat melakukan segalanya termasuk melakukan evil atau kejahatan. Manusia secara intuitif cenderung lebih percaya pada Tuhan yang Maha Baik daripada Tuhan yang jahat, tetapi alasan mengapa Tuhan meng'ada'kan kejahatan di dunia belum sepenuhnya dapat dijawab. Dengan menggunakan metode hermeneutika Paul Ricoeur, artikel ini menjelaskan konsep omnipoten dan definisi evil dengan refleksi kritis, supaya maknanya tidak hanya dipahami utuh sebagai makna literal, tetapi memberi kebermaknaan hidup bagi penafsir, karena interpretasi yang ada selama ini kurang menjelaskan keterhubungan konsep kemahakuasaan Tuhan dengan makna refleksi kritisnya. Sehingga Tuhan yang Mahakuasa tidak hanya dapat dipahami dalam ranah teologi dogmatis, namun filosofis. Evil yang selama ini disematkan kepada Tuhan dijawab jika evil merupakan kekurangan, bukan kelemahan Tuhan. Jika Tuhan Mahakuasa tidak mungkin Tuhan sekaligus tidak berkuasa, karena melanggar hukum logika yang konsisten. Lebih lanjut, pemaknaan pada kemahakuasaan Tuhan tidak hanya dimaknai dalam bentuk pengetahuan, tetapi refleksi kritis.

This paper is a study of the interpretation of the omnipotent symbol or the omnipotence of God and its relation to evil. The omnipotent attribute attached to God is a human trait that is constrained to cause paradoxes. The available interpretation of the concept of omnipotence still leaves many questions, especially doubts that God can do everything including evil. Humans intuitively tend to believe in a God who is good rather than God who is evil, but the reason why God creates evil in the world cannot be fully answered. Using Paul Ricoeur's hermeneutic method, this article explains the concept of omnipotence and the definition of evil with critical reflection, so that the meaning is not only fully understood as a literal meaning but gives meaning to life for interpreters because the existing interpretations so far do not explain the connection between the concept of God's omnipotence and meaning critical reflection. So that God Almighty can not only be understood in the realm of dogmatic theology but also philosophical. The evil thrown at God is answered if evil is a deficiency, not God's weakness. If God is all-powerful, it is impossible that He is not powerful simultaneously, because it violates the laws of consistent logic. Furthermore, the meaning of God's omnipotence is not only interpreted in the form of knowledge, but also in critical reflection."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Adityas Setiya
"ABSTRACT
Masyarakat majemuk yang ada merupakan kegagalan dalam mencapai masyarakat multikulturalis. Perlu adanya peran pemerintah untuk membentuk pandangan multikulturalisme dengan membuat kebijakan-kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat majemuk yang terutama terjadi pada masalah identitas di dalam masyarakat majemuk. Penelitian ini menggunakan politics of recognition dari Taylor dan politics of identity dari Appiah. Masalah identitas ini dapat disusun dalam dua bentuk, labeling dan kompleks superioritas. Setelah membedah masalah, penelitian ini kemudian disusun kerangka bagaimana pemerintah harus bergerak dalam menyelesaikan masalah identitas ini dengan pemikiran Kymlicka yang dilengkapi dengan Modood untuk memberikan penyelesaian terhadap minoritas keagamaan.

ABSTRACT
Plural society is a incomplete form of multiculturalist society. The needs of government role to forming the multiculturalist view in the society by making policies to solve the plural societys problem, mainly in case of identities problems in the plural society. This research use Taylors politics of recognition and Appiahs politics of identity to identify two problem in identity, labeling and superiority complex. After cracking the problem, this research can be continued to make a framework of how government should move to solve problems of identity using Kymlickas opinion and completed by Modood to solve the religious minoritys problem."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Anggia Sukmayanti
"Penelitian ini menganalisis novel The Seven Husbands of Evelyn Hugo untuk menunjukkan perjuangan perempuan di dalam membangun ruang dan meraih pencapaian diri di tengah konstruksi masyarakat patriarkis. Novel The Seven Husbands of Evelyn Hugo merupakan novel bergenre fiksi dewasa karya Taylor Jenkins Reid, yang menceritakan kehidupan tokoh utama perempuan, yakni Evelyn yang pernah menjalani pernikahan sebanyak tujuh kali. Kesadaran Evelyn atas ketidakberdayaan perempuan di tengah dominasi masyarakat patriarkis, membuat Evelyn akhirnya memilih pernikahan sebagai jalan hidup sekaligus alat perlawanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan berbasis pada kajian literatur. Analisis data dilakukan dengan kritik feminis melalui prinsip reading as women (membaca sebagai perempuan). Penulis juga mengadopsi metode ecriture feminine dari Helene Cixous yang menekankan pada upaya penulisan perempuan yang melampaui batasan-batasan, pandangan, dan objektifikasi, sebagaimana cara penulisan konvensional yang berperspektif maskulin. Metode ini digunakan untuk menghadirkan perspektif dan pengalaman subjek perempuan untuk memahami permasalahan (perempuan) di dalam novel. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan feminis Ruang Milik Sendiri (A Room of One’s Own) Virginia Woolf. Penelitian berupaya menghadirkan perspektif baru yang tidak hanya mengidentifikasi bentuk opresi yang dialami perempuan, tetapi juga peran karya sastra sebagai ruang penceritaan yang dibangun oleh penulis novel perempuan, dan untuk perempuan.
This study analyzes the novel “The Seven Husbands of Evelyn Hugo” to depict women’s struggles in constructing space and achieving personal accomplishments within the framework of patriarchal dominance. “The Seven Husbands of Evelyn Hugo” is an adult fiction by Taylor Jenkins Reid, which narrates the life of the main female character, who has been married seven times. Evelyn’s awareness of women’s powerlessness amidst male-dominated society leads her to ultimately choose marriage as both a way of life and a tool of resistance. This research uses a descriptive qualitative method based on literature review. Data analysis is conducted using feminist criticism and the principle of reading as women. The author also adopts Hélène Cixous's écriture féminine method, which emphasizes women's writing that transcends limitations, viewpoints, and objectification, unlike conventional writing with a masculine perspective. This method is employed to bring forth the perspectives and experiences of female subjects in order to understand the issues (of women) within the novel. The theory utilized in this research is the feminist approach of “A Room of One’s Own” by Virginia Woolf. The research aims to present a new perspective that not only identifies forms of oppression experienced by women but also underscores the role of literary works as narrative spaces constructed by and for women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ariane Meida
"ABSTRAK
Pendidikan merupakan media penciptaan dan pengolahan pengalaman yang
terawasi, terencana, dan sistematis. Titik tolak dan tujuan dari pendidikan adalah
pengembangan pengalaman secara berkelanjutan. Pengalaman adalah segala
situasi dan kondisi yang tercakup dalam sebuah tindakan dan mengarahkan
individu pada upaya kritis refleksif. Metode pencapaian pengetahuan lalu tidak
didasarkan pada satu pendasaran epistemologi tertentu yang dianggap valid,
namun mengacu pada pengalaman tiap individu yang secara alamiah bersifat
kontingen. Ini merupakan konsepsi pendidikan Demokratis. Penyelenggaraan UN
tidak membuka ruang bagi pengalaman yang menjadi titik tolak dan tujuan dalam
konsepsi pendidikan demokratis karena membakukan epistemologi positivistik
sebagai satu-satunya metode pencapaian pengetahuan yang dianggap valid.

Abstract
Education is a media creation and experience cultivation that observed, planned,
and sistematic. The basic and purpose of education are developing experience in
continuity. Experience is a condition which is embraced in action and to direct
individu on critical reflecton efforts. Then, the method of attaining knowledge
isn?t based on one certain valid basic epistemologic, but reference on individual
experience which is naturally contingent. This is a conception of Democratic
education. The implementation of Ujian Nasional (UN) didn?t open a space for
experience that stands for the basic and purpose on conception of democratic
education, because it?s blocked the positivistic?s epistemology as the only method
to attain a valid knowledge."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43210
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yoan Angelin
"ABSTRAK
Kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat nyatanya tidak disertai dengan rasa kepedulian kepada alam. Alam selama ini hanya dianggap sebagai objek, atau sebagai pemenuh kebutuhan manusia. Cara berpikir seperti ini membuat manusia tidak dapat terlepas dari perilaku antroposentrisme dengan menempatkan kepentingan manusia lebih tinggi dibandingkan dengan kepentingan makhluk hidup lainnya. Tingginya permintaan serta harga jual sirip hiu yang cukup tinggi, membuat praktik perburuan terhadap hiu sangat sulit untuk dihentikan terlebih di laut Indonesia. Padahal pada kenyataannya, hiu memiliki peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Prinsip utilitarianisme Peter Singer digunakan sebagai kaca mata dalam memandang alam beserta segala makhluk yang bukan manusia, bahwa alam dan hiu juga memiliki kepentingan. Tolok ukur yang digunakan Singer adalah kemampuan merasakan sakit. Konsep utilitas yang akan dihadirkan dalam kasus ini adalah mencoba menghasilkan kebahagiaan yang plural, dimana semua kehidupan makhluk yang ada di bumi dapat bertahan.

ABSTRACT
The need of human life is increasingly in fact not accompanied by a sense of care to nature. Nature has been regarded only as an object, or as a fulfillment of human needs. This way of thinking makes human beings inseparable from anthropocentrism behavior by placing human interest higher than other living things. The high demand and high prices of shark fins make the practice of hunting for sharks very difficult to stop in the Indonesian sea. In fact, sharks have an important role in maintaining the balance of marine ecosystems. The principle of utilitarianism Peter Singer used as a spectacle in view of nature and all non human beings, that nature and sharks also have an interest. Singer benchmark uses is the ability to feel pain. The concept of utility to be presented in this case is to try to produce plural happiness, where all the living beings that exist on earth can survive. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurma Eka Novega
"Pergeseran hijrah menjadi sebuah tren menjadikannya tidak lagi dimaknai sebagai sesuatu yang
religius, melainkan sebagai objek komoditas yang diikuti oleh maraknya konsumsi terhadapnya. Menurut
Baudrillard, komoditas bukan hanya objek yang di dalamnya terdapat nilai guna untuk pertukaran, melainkan
sebagai komoditas tanda. Hal tersebut menandakan bahwa adanya kedok agama yang digunakan sebagai tanda
untuk membuat seseorang mengonsumsi. Tanda-tanda tersebut yang membuat seseorang memberikan
diferensiasi terhadap orang lain dan untuk mencapai status sosial tertentu. Selain itu, peran dari media massa
seperti media sosial dan iklan yang meggunakan tubuh sebaga objek menjadi salah satu penunjang untuk
mewujudkan masyarakat yang konsumtif tersebut. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode
teori kritis yang berusaha menembus realitas sosial sebagai fakta sosiologis untuk menemukan kondisi yang
melampaui data empiris. Data-data empiris tersebut didapat dari cara meneliti mengenai tren hijrah tersebut
melalui media sosial, berita, dan beberapa penelitian terdahulu serta dalam penelitian ini penulis mencoba
melihat kondisi dibalik fenomena tren hijrah tersebut. Penelitian ini membuktikan bahwa di dalam tren hijrah
ini, tanda yang berkedok agama tersebutlah yang menjadikan konsumen membuat diferensiasi antara dirinya
dengan orang lain dan juga untuk mencapai status sosial tertentu.

The shift of hijrah to become a trend mean that it does not interpreted as religious practice anymore,
but as an object for commodity that being support by huge demand for its consumption. According to
Baudrillard, commodity is not only an object that has function-value inside of it, however as a commodity of
sign. This indicates the religious' veil used as a sign to become ones consumption. These sign cause a person
give differentiation toward the others and to reach certain social status. Moreover, the role of mass media, such
as social media and advertising that used body as an object to become one of its pillar for realizing this
consumptive society. In conducting the research, I use Critical Theory as my method to penetrate social reality
as sociological fact to find condition beyond the empirical data. These empirical data is obtained by way of research about hijrah as a trend through social media, news, and few previous researchs and in this study, I try to
look for the condition behind these phenomenon of hijrah as a trend. This research shows thst in hijrah trend,
sign that veiled behind religio. Is the cause of consumers act to differentiate certain social status between
oneself and the others
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Bayu Aji
"ABSTRAK
Berkembangnya media sosial di tengah kehidupan masyarakat tidak terlepas dari bagaimana kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi menciptakan kondisi di mana banyak pemilik modal saling bersaing dalam menciptakan produk-produk baru, khususnya dalam bidang teknologi media sosial. Media sosial berkembang dengan harapan akan menciptakan kondisi komunikasi tanpa batas. Akan tetapi dengan segala kemudahan yang dihadirkan, media sosial juga menghadirkan masalahnya tersendiri. Melalui metode refleksi kritis dan metode pengetahuan melalui pengenalan dan deskripsi atau knowledge by acquaintance and description, penulis mencoba untuk melihat adanya
masalah dalam masyarakat pengguna media sosial melalui pemikiran Masyarakat Spectacle Guy Debord. Media sosial yang sedari awal diharapkan dapat membuat masyarakat dapat mengakses, menciptakan dan menyebarkan konten tanpa batas ruang dan waktu justru dihadapkan pada permasalahan spectacle. Sebuah konsep hasil buah
pemikiran Guy Debord dalam usahanya untuk menjelaskan proses ekonomi kapitalistik di era media konvensional (televisi, cetak dan radio) yang justru membuat masyarakat terlepas dari realita kehidupannya beserta dengan segala pengalamannya. Gejala dari
spectacle ini pun muncul di dalam masyarakat pengguna media sosial, dengan segala perkembangannya yang semakin bisa membaca keinginan pasar membuat masyarakat kini tidak lagi menjalankan hidupnya secara otentik.
ABSTRACT
The development of social media in the midst of people's lives is inseparable from how capitalism as an economic system creates conditions in which many owners of capital compete with each other in creating new products, especially in the field of social media technology. Social media develops with the hope that it will create conditions for seamless communication. However, with all the conveniences that are presented, social media also presents its own problems. Through the method of critical reflection and the method of knowledge through introduction and description or knowledge by acquaintance and description, the author tries to see if there are any
problems in the social media user community through Guy Debord's Spectacle Society thinking. Social media, which from the beginning was expected to enable the public to access, create and distribute content without boundaries of space and time, was actually faced with the problem of spectacle. A fruit fruit concept Guy Debord's thoughts in his attempt to explain the process of the capitalistic economy in the era of conventional media (television, print and radio) which actually makes people detached from the reality of their lives along with all their experiences. Symptoms of This spectacle also appears in the community of social media users, with all its developments which are increasingly able to read market desires, making people no longer live their lives authentically."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeina Syifana Barani
"Artikel ini membahas mengenai ragam representasi kecantikan sebagai bentuk estetika rekognisi. Hal ini menunjukkan adanya pengakuan terhadap inklusivitas dan keberagaman, khususnya di industri kecantikan. Umumnya, rekognisi dekat dengan pembahasan tindakan etis. Namun, pada pembahasan, artikel ini justru mengangkat pendekatan estetis sebagai penerimaan ragam persepsi kecantikan dalam relasi intersubjektif. Data riset dan literatur yang terkumpul dianalisis secara kritis dan filosofis menggunakan pendekatan estetika. Teori rekognisi Friedrich Hegel kemudian digunakan dan didukung oleh teori rekognisi Honneth dan teori redistribusi Nancy Fraser untuk menguatkan landasan analisis. Temuan dalam artikel ini adalah bentuk estetika rekognisi dalam pengakuan ragam representasi kecantikan menguatkan penghargaan atas inklusivitas dan keberagaman ekspresi kecantikan tiap individu.

This article discusses the various representations of beauty as a form of aesthetic recognition. This shows the recognition of inclusivity and diversity, specifically in the beauty industry. Commonly, recognition is close to discussing ethical action. However, in the discussion, this article raises an aesthetic approach as an acceptance of various perceptions of beauty in intersubjective relations. Research data and collected literature are analyzed critically and philosophically using an aesthetic approach. Friedrich Hegel's theory of recognition is used and supported by Honneth's theory of recognition and Nancy Fraser's theory of redistribution to strengthen the basis of analysis. This article founds a form of aesthetic of recognition in recognition of various representations of beauty strengthens respect for inclusivity and the diversity of expressions of beauty for every individual."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Saepuloh
"Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia mewadahi persoalan-persoalan hukum Islam termasuk yang menyangkut cerai ke dalam kompilasi hukum bernama Kompilasi Hukum Islam. Alih-alih menjadi solusi bagi umat muslim, nyatanya hukum tersebut memunculkan persoalan baru karena kebanyakan aturan yang ada di dalamnya menimbulkan ketidakadilan gender. Itu terjadi karena Al-Qur’an yang menjadi sumber rujukannya ditafsirkan dengan menggunakan metode klasik yang mengabaikan konteks sehingga tafsir yang dihasilkan tidak relevan dengan situasi sekarang ini. Dengan menggunakan metode hermeneutika feminis, artikel ini mengedepankan tafsir berkeadilan gender. Artikel ini menyimpulkan bahwa hukum perceraian berbasis syariat islam di dalam KHI sudah tidak relevan karena masih menggunakan tasir klasik yang bias gender. Untuk mencapai tujuan tersebut, artikel ini menggunakan metode deskripsi analitis untuk menjabarkan ketidakadilan gender yang terkandung pada hukum perceraian dan dilanjutkan dengan menggunakan metode hermeneutika feminis untuk menafsirkan ayat-ayat mengenai perceraian. Penggunaan metode hermeneutika feminis dalam penafsiran Al-Qur’an akan menghasilkan tafsir tanpa bias gender yang berpotensi untuk dapat mengatasi permasalahan ketidakadilan gender pada hukum Islam.

Having Muslim population as majority, Indonesia accommodates Islamic law’s issues, including divorce law, into a legal compilation called KHI or Kompilasi Hukum Islam (Compilation of Islamic Law). Instead of being a solution for Muslims, the law raises new problems because most of the rules in it causing gender injustice. This happens because the Qur’an, the source of KHI, is being interpreted using classical methods that ignore the context in the process of interpretation which leads to irrelevant interpretation with the current situation. By using the feminist hermeneutic method, this article puts forward an interpretation of gender justice. In order to achieve this goal, this article uses the analytical description method to describe the gender inequality contained in the divorce law and continues by using the feminist hermeneutic method to interpret verses about divorce. The use of the feminist hermeneutic method in the interpretation of the Qur'an will result in an interpretation without gender bias that has the potential to overcome the problem of gender inequality in Islamic law."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rijaal Soedrajad
"Tulisan ini merupakan studi mengenai esensi kemurnian Islam dalam diskursus Islam Pribumi dan Islam Puritan yang ada di Indonesia. Berbagai peristiwa sosiologis berperiodik di wilayah Nusantara telah membuat masyarakat muslim di Indonesia kini terfragmentasi menjadi dua kelompok berbeda, berdasarkan kiblat ideal otentisitas Islam masing-masing. Sebagian ada yang menganggap bahwa esensi Islam ada pada zaman keemasan Muhammad dan berkiblat pada budaya Timur Tengah pada masa itu. Sebagian lainnya menganggap bahwa esensi Islam justru sudah hadir dan hidup di tengah transformasi sosial dan budaya di wilayah Nusantara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali seperti apa esensi dan wajah Islam di Indonesia yang seharusnya, melalui dialektika antara kedua jenis kelompok tersebut. Metode yang dipakai di dalam tulisan ini adalah studi literatur dengan pendekatan melalui hermeneutik Nasr Hamid Abu Zayd, dengan gagasannya terkait pembacaan kitab suci melalui konteks historis dan kritik teks Al-Qur’an. Esensi dan wajah Islam sesungguhnya telah hidup di Indonesia sejak awal kehadirannya di wilayah Nusantara karena Islam di Indonesia harus dapat berdialektika dengan pluralitas budaya dan masyarakatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompatibilitas gagasan Islam Pribumi dengan kondisi Indonesia, sesuai dengan pendekatan Nasr Hamid dalam melihat agama yang seharusnya dapat bersinergi dengan budaya.

This paper is a study of the essence of Islam in the discourse of Puritan Islam and Indigenous Islam in Indonesia. The Muslim community in Indonesia is now fragmented into two distinct groups. The first group considers that the essence of Islam must follow Middle Eastern traditions in all its aspects. The second group considers that the essence of Islam must adapt to local traditions/cultures as long as it does not conflict with the holy text of the Qur'an and Sunnah of Muhammad SAW. The purpose of this research is to explore what the essence of Islam in Indonesia should be. The method used in this paper is a literature study through Nasr Hamid Abu Zayd's hermeneutic approach with his ideas related to the reading of the Qur’an through the historical context and criticism of Quranic verses. The results of the study indicate that the essence of Indonesian Islam is Indigenous Islam because Islam should be able to synergize with all times and places and thus be able to have a dialectic with the plurality of culture and society, so that Islam can be accepted by all, including Indonesian cultures that is different from the Middle Eastern culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>