Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djiwatampu, Meithy
"Penelitian ini bermula dari kepedulian terhadap adanya indikasi bahwa pemahaman bacaan sebagian siswa masih tergolong rendah, termasuk pemahaman bacaan eksposisi. Hal ini diperkirakan dapat berdampak negatif pada penguasaan pelajaran dalam bidang studi yang banyak menggunakan bahan bacaan.
Bacaan eksposisi penting untuk dipahami karena bacaan ini menyajikan pengetahuan tentang objek, kejadian, dan gagasan. Oleh karena sebagian besar pengetahuan di sekolah diperoleh melalui bacaan eksposisi, maka "membaca untuk belajar" menjadi penting untuk dikembangkan.
Dari sudut pendekatan pengolahan informasi secara kognitif dan teori skemata, proses pemahaman bacaan dideskripsikan sebagai usaha pembentukan representasi mental tentang isi bacaan yang diarahkan oleh (1) pengetahuan seseorang yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang; dan (2) unsur-unsur dalam bacaan. Kemudian informasi baru, sebagai hasil analisis, akan diintegrasikan dengan pengetahuan sejenis yang telah lebih dahulu tersimpan dalam ingatan jangka panjang.
Keberhasilan pembentukan representasi mental tentang isi bacaan ini antara lain tergantung dari sejauhmana pembaca dapat secara tepat mengorganisasikan informasi penting dalam bacaan. Pengorganisasian ini penting, bukan saja untuk menghemat kapasitas ingatan kerja yang terbatas, tetapi juga untuk membuat representasi mental sementara dalam ingatan kerja yang dibutuhkan selama proses pengolahan dan pengintegrasian terjadi.
Salah satu cara untuk mengorganisasikan informasi dalam bacaan ialah dengan membuat kerangka bacaan (outline). Dalam kerangka bacaan, pikiran utama dan pikiran penjelas setiap paragraf disusun secara vertikal. Cara inilah yang sampai saat ini dilatihkan pada siswa sejak di sekolah menengah. Mengingat beragamnya jenis bacaan eksposisi, maka menjadi pertanyaan apakah kerangka bacaan cukup efektif diterapkan bagi bacaan eksposisi ?
Penelitian-penelitian dibidang psikologi kognitif menunjukkan bahwa salah satu unsur penting dalam bacaan yang berperan dalam pemahaman bacaan eksposisi adalah struktur bacaan, yaitu sarana yang digunakan penulis bacaan dalam rangka menghubungkan gagasan-gagasan dalam tulisannya.
Bacaan eksposisi mempunyai beberapa struktur bacaan yang dapat diragakan dalam bentuk diagram yang berbeda. Diagram struktur bacaan eksposisi ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengorganisasikan informasi-informasi penting dalam bacaan dan mengisi skemata struktur bacaan yang diperlukan untuk menganalisis bacaan.
Secara kognitif, representasi mental melalui diagram struktur bacaan eksposisi akan lebih kuat tercatat dalam ingatan, mudah dibayangkan, mudah dibedakan, dan lebih menunjukkan hubungan antar informasi daripada kerangka bacaan. Diperkirakan, representasi mental dalam bentuk diagram struktur bacaan eksposisi lebih berpengaruh dalam pemahaman bacaan daripada kerangka bacaan. Tetapi hal ini belum pernah teruji melalui penelitian.
Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah pelatihan diagram struktur bacaan eksposisi dapat lebih meningkatkan pemahaman bacaan eksposisi dibandingkan pelatihan membuat kerangka bacaan? Bagaimana pengaruh pelatihan diagram struktur bacaan eksposisi terhadap pemahaman inferensial? Diagram struktur bacaan eksposisi mana yang lebih mudah atau lebih sulit diserap siswa? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektivitas metode pelatihan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan penelitian kuasieksperimental dengan Nonequivalent Control Group Design yang melibatkan 138 siswa SLTP kelas I dari dua SMPK di Jakarta. Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelampok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat pelatihan diagram struktur bacaan eksposisi, sedangkan kelompok kontrol mendapat pelatihan membuat kerangka bacaan sebagaimana yang diterapkan di sekolah saat ini. Pelatihan dilakukan selama tujuh minggu, dua jam pelajaran setiap minggunya. Pada sebelum dan sesudah pelatihan, siswa menjalani tes pemahaman bacaan.
Struktur bacaan yang digunakan adalah struktur Daftar, Jaringan Topik, Matriks, Hirarki, Rangkaian Kejadian, dan Pohon Beranting. Pemahaman bacaan dirinci ke dalam sub-pemahaman Gagasan Utama, Fakta, Terminologi, Hubungan, Kesimpulan, dan Elaborasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Secara umum, pelatihan diagram struktur bacaan eksposisi dapat lebih meningkatkan pemahaman bacaan dibandingkan pelatihan membuat kerangka bacaan. Hasil yang lama juga di dapat bila ditinjau dari masing-masing diagram struktur bacaan eksposisi, masing-masing sub-pemahaman, dan pemahaman inferensial.
Bila ditinjau dari keenam sub-pemahaman bacaan, pelatihan diagram struktur bacaan eksposisi lebih membantu siswa dalam mengidentifikasikan hubungan antar fakta dalam bacaan, menarik kesimpulan, dan melakukan elaborasi.
Beberapa faktor, seperti ketrampilan pemahaman dasar terutama ketrampilan dalam menarik kesimpulan, inteligensi, dan cara guru mengajar mempunyai pengaruh terhadap pemahaman bacaan dan pada pelatihan beberapa diagram struktur bacaan eksposisi.
Terdapat indikasi bahwa struktur Daftar dan Matriks lebih mudah diserap daripada struktur lainnya, baik ditinjau dari sudut pemahaman bacaan secara umum maupun dari sudut pemahaman inferensial. Sedangkan struktur Hirarki dan struktur Pohon Beranting cukup sulit bagi sampel penelitian ini. Namun demikian, kedua struktur ini masih cukup efektif dalam pemahaman inferensial dibandingkan struktur Jaringan Topik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D105
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guritnaningsih A. Santoso
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tindakan orangtua di pedesaan melanjutkan pendidikan anak mereka yang berusia 13-15 tahun ke tingkat SLTP. Menurut penulis penelitian ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi rendahnya angka partisipasi pendidikan di tingkat SLTP dan dalam rangka pelaksanaan wajib belajar 9 tahun yang meliputi SD 6 tahun ditambah SLTP 3 tahun.
Untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia yang sebagian besar tinggal di pedesaan, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang dapat menjelaskan tindakan orangtua menyekolahkan anak dalam masyarakat tersebut.
Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah; apakah variabel-variabel distal (sosial-ekonomis dan sosial-demografis) dan proksimal (psikologis) berpengaruh terhadap tindakan orangtua di pedesaan untuk menyekolahkan anaknya ke SLTP? Manakah di antara variabel-variabel tersebut yang lebih berpengaruh terhadap tindakan orangtua?
Yang dimaksud variabel distal dalam penelitian ini adalah variabel status sosial, variabel status ekonomi orangtua, dan terpaan informasi. Sedangkan variabel proksimal meliputi persepsi orangtua tentang biaya bersekolah di SLTP, persepsi tentang kaitan antara pendidikan dan kesempatan kerja, gender belief, target belief, sikap terhadap tindakan menyekolahkan anak ke SLTP, norma subyektif dan aspirasi orangtua tentang pendidikan bagi anaknya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang peran variabel-variabel distal dan proksimal tersebut terhadap tindakan orangtua, dilakukan analisis hubungan kausal dengan menggunakan model persamaan structural, dengan program LISREL (Linear Structural Relations) yang diciptakan oleh Joreskog, dick.
Penelitian dilakukan di pedesaan Jawa Barat dengan memilih daerah yang memiliki fasilitas pendidikan yang cukup memadai, namun memiliki angka partisipasi pendidikan SLTP yang rendah. Daerah yang terpilih adalah Kecamatan Surade dan Sagaranten di Kabupaten Sukabumi, serta Kecamatan Mande dan Cikalong Kulon di Kabupaten Cianjur.
Responden seluruhnya 403 orangtua dengan proporsi yang seimbang antara yang menyekolahkan dan yang tidak menyekolahkan anaknya ke SLTP. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara secara individual dan metode observasi.
Sasaran penelitian adalah orangtua yang memiliki anak dalam batas usia SLTP, 13-15 tahun, dengan alasan pada usia tersebut peran orangtua masih cukup besar dalam menentukan kehidupan anak, khususnya dalam pendidikan dan karir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan orangtua menyekolahkan anak ke SLTP sangat dipengaruhi oleh tingginya aspirasi mereka tentang pendidikan anak. Faktor status ekonomi tidak berpengaruh secara langsung terhadap tindakan orangtua melanjutkan pendidikan anak ke SLTP. Status ekonomi bersama-sama dengan status sosial orangtua. berpengaruh terhadap kesempatan orangtua memperoleh terpaan informasi, yang kemudian berpengaruh terhadap terbentuknya aspirasi orangtua tentang pendidikan anak. Aspirasi orangtua inilah yang kemudian mempengaruhi tindakan orangtua. Maka pandangan yang seringkali muncul bahwa rendahnya angka partisipasi pendidikan, atau tindakan melanjutkan sekolah ke SLTP itu terutama dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dalam penelitian ini tidak terbukti.
Peran terpaan informasi tampak cukup berpengaruh terhadap masyarakat pedesaan yang umumnya berpendidikan rendah. Maka terpaan informasi dapat mengisi kekurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pendidikan. oleh karena itu penyampaian informasi pendidikan melalui sarana komunikasi seperti media massa, media tradisional (pertunjukkan rakyat) maupun tokoh-tokoh masyarakat perlu lebih memperhatikan mengenai isi informasi, bentuk dan frekuensi penyajiannya dengan menekankan tentang pentingnya menyekolahkan anak ke sekolah lanjutan.
Meningkatnya frekuensi dan kualitas bentuk penyajian informasi tentang pendidikan akan dapat meningkatkan kesadaran dan pengenalan mengenai pentingnya melanjutkan pendidikan anak ke tingkatan yang lebih tinggi. Selanjutnya manakala orangtua meyakini akan pentingnya pendidikan lan-jutan bagi anaknya, mereka akan berusaha keras untuk mewujudkan keinginannya."
1993
D296
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanette Retnasanti Suwantara
"Penelitian ini mengenai efektivitas dua program pelatihan 'untuk orangtua, yaitu P.E.T. dan STEP/Teen dalam hal meningkatkan kualitas hubungan di dalam keluarga. Minat untuk mengadakan penelitian berawal dari kenyataan bahwa akhir-akhir ini banyak masalah remaja yang timbul sebagai akibat dari tidak terselenggaranya komunikasi yang baik antara orangtua-anak. Dari hasil penelitian yang ada dapat disimpulkan bahwa hubungan orangtua-anak yang dingin, kurangnya kesediaan orang tua untuk mendengarkan, merupakan penyebab dari timbulnya berbagai masalah pada remaja.
Masa remaja adalah masa yang rumit. Terjadi hentakan dalam pertumbuhan anak. Anak remaja mulai mencari identitas dirinya, yang muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku yang tidak selamanya positif. Hubungan orangtua-anak tidak berubah menjadi buruk dengan datangnya masa remaja, tetapi pasti akan berubah. Ini yang harus disadari oleh orangtua. la memerlukan kasih sayang dan kepercayaan dari orangtuanya untuk mendapatkan kemandirian emosional yang merupakan bagian dari tugas perkembangannya. Orangtua -- terutama ibu dengan anak remaja -- harus lebih menumbuhkan rasa percaya pada anaknya yang remaja. Adanya rasa percaya ini merupakan kualitas tersendiri dalam hubungan orangtuaanak.
Dalam keluarga yang sejahtera, ada beberapa kualitas/ciri yang menandai hubungan di dalam keluarga tersebut. Salah satunya adalah adanya rasa percaya ini. Yang Iainnya adalah adanya komunikasi yang terbuka dan kesediaan untuk mendengarkan, dukungan dari keluarga, penghargaan dan respek, serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi keluarga.
Penelitian ini ingin melihat apakah program P.E.T. dan STEPITeen dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hubungan di dalam keluarga, yang sangat dibutuhkan dewasa ini. Peningkatannya dilihat melalui adanya perubahan sikap pada pesertanya.
Responden penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak berusia di antara 11-16 tahun. Untuk melihat efektivitas pelatihan ini pada keluarga, anak dan ayahnya juga diminta untuk mengisi kuesioner-kuesioner penelitian. Pelatihan hanya kepada ibu bertujuan untuk melihat apakah selain terjadi peningkatan hubungan ibu-anak, efek pelatihan juga mengenai hubunganhubungan lain daiam keluarga (suami-isteri, ayah-anak). Hal ini berawal dari teori yang mengatakan bahwa keluarga adalah juga suatu sistem, perubahan pada satu unit dapat mempengaruhi unit lainnya di dalam sistem, karena adanya mekanisme umpan-balik. Juga melihat kenyataan bahwa ibu -- meskipun pada anak remaja --tetap menjadi pengasuh utama untuk anak.
Responden penelitian ini adalah 40 orang ibu yang mendapat pelatihan P.E.T. (K1), 40 orang ibu mendapat pelatihan STEPITeen (K2) dan 40 orang ibu sebagai Kontrol (K3). Rancangan penelitian ini adalah rancangan quasieksperimental, the untreated control group design with pretest and posttest dari Cook dan Campbell. Untuk sampel yang dapat terambil, tidak memungkinkan dipakainya rancangan lain.
Untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah pelatihan dipakai Survei Sikap Orangtua (SSO), Latihan Mendengarkan, Evaluasi Akhir yang hanya diisi oleh ibu; Persepsi Anak tentang Sikap Ibu dan Ayah (PAS1 dan PASA) yang diisi oleh anak; Persepsi Pribadi atas Intimitas Relasi (PPAIR) dan Survei Keadaan Keluarga (SKK) yang diisi oleh ibu dan ayah.
P.E.T. dan STEPITeen diberikan selama 8 minggu berturut-turut, satu kali seminggu, sekitar 3 jam setiap pertemuan, sesuai dengan program yang telah digariskan untuk tercapainya perubahan yang diharapkan menetap. Pada STEPITeen dilakukan pemadatan dari progam aslinya (dari 10 kali menjadi 8 kali) dengan penambahan jam setiap pertemuan. Pada masing-masing kelompok ditambahkan satu kali pertemuan untuk membicarakan aspek-aspek pokok dari program yang Iainnya. Kuesioner prauji diberikan seminggu sebelum pelatihan dimulai dan kuesioner pascauji diberikan pada akhir minggu kedelapan.
Dengan menggunakan analisis kovarians multivariat, diperoleh hasil berikut
Ada perbedaan pada sikap ibu setelah pelatihan, terutama dalam hal kepercayaan dan penerimaan kepada anak, ibu P.E.T. menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibanding dengan ibu STEP/Teen. Ibu P.E.T. dan Step/Teen memahami prinsip-prinsip Mendengar Aktif -- salah satu keterampilan yang biasa dipakai konselor profesional. Ibu P.E.T. dapat memahaminya dengan lebih baik dari Ibu STEP/Teen, sedangkan ibu Kontrol tidak mempunyai pemahaman. Dari analisis data kualitatif, tampak ibu sudah dapat menggunakan Mendengar Aktif dengan berhasil. Anak mempersepsi adanya perubahan umum dalam sikap ibu. Sekitar 50% anak menyatakan adanya perubahan sikap ke arah positif seperti lebih mau mendengarkan, lebih memberi kebebasan; tetapi melalui dimensi-dimensi PAST perubahan ini tidak kelihatan.
PPAIR dan SKK yang diisi ibu dan ayah tidak menunjukkan adanya perbedaan setelah pelatihan. Demikian pula persepsi anak tentang sikap ayah melalul PASA tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah ada peningkatan kualitas dalam hubungan ibu-anak, tetapi efek pada keseluruhan keluarga belum terukur secara kuantitatif. Data kualitatif menunjukkan arah yang positif. P.E.T. sepertinya lebih banyak membawa perubahan sikap dan keterampilan dibandingkan dengan STEP/Teen.
Pelatihan pada ibu saja belum mencukupi untuk membawa perubahan pada keluarga secara keseluruhan, ayah sebaiknya diikutsertakan dalam pelatihan.
Program pelatihan kepada orangtua dapat dipakai sebagai sarana intervensi dan prevensi untuk meningkatkan kualitas hubungan orangtua-anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
D223
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matindas, Rudolf Woodrow
"Untuk memahami perkembangan kematangan pribadi, agar kemudian dapat dipikirkan intervensi terencana untuk meningkatkan laju perkembangannya, dibutuhkan analisis mengenai keterkaitan antara berbagai dimensi kematangan pribadi. Dengan memahami hubungan satu dimensi dengan dimensi lainnya, dan dengan mempertimhangkan pengaruh faktor usia terhadap hubungan tersebut akan diperoleh berbagai kesimpulan mengenai kemungkinan merangsang laju perkembangan kematangan pribadi.
Kajian terhadap kontroversi tentang ada-tidaknya kualitas pribadi ideal, menghasilkan kesimpulan bahwa kontroversi ini bersumber pada ketidak cermatan dalam membedakan kematangan sosial (yang ditentukan oleh norma-norma lingkungan sosial maupun lingkungan budaya) dengan kematangan pribadi (yang lebih ditentukan oleh tingkat perkembangan seseoranq). Juga disimpulkan bahwa yang lebih perlu dikemhangkan dalam diri seseoranq adalah kematangan pribadinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D1257
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Enoch Markum
"Disertasi ini mengetengahkan masalah kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia berkenaan dengan Pembangunan Nasional. Dari pengamatan terhadap negara-negara maju dan negara-negara yang tergolong "The New Industrialized Countries" ternyata negara-negara itu tidak memiliki sumberdaya alam yang melimpah, tetapi mereka memiliki sumberdaya manusia yang kualitasnya tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemajuan suatu negara. antara lain ditentukan oleh kualitas SDM yang tinggi. Bagi Indonesia yang sedang membangun dan menghadapi persaingan yang semakin ketat sebagai konsekuensi dari era globalisasi, maka mau tidak mau harus mengandalkan pada SDM yang kualitasnya tinggi. Masalahnya adalah bagaimana kualitas SDM Indonesia itu pada kenyataannya.
Berbagai pendapat mengenai kualitas SDM Indonesia (Koentjaraningrat, 1974, 1976, dan 1979; Soeryohadiprodjo, 1982; Lubis, 1990: Swasono, 1984. 1988, dan Sukardi, 1991) pada intinya menunjukkan bahwa SDM Indonesia pada umumnya belum siap menghadapi tuntutan pembangunan yang makin majemuk dan persaingan yang semakin ketat di masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu dipersiapkan SDM Indonesia yang mampu menghadapi tuntutan pembangunan dan era globalisasi. Masalahnya adalah unsur kualitas SDM apakah yang perlu disiapkan (baca: ditingkatkan dan dikembangkan) ditinjau dari sudut psikologi. Sebelum menjawab pertanyaan itu perlu ditegaskan bahwa pengertian SDM dalam studi ini cakupan yang terbatas pada melihat manusia sebagai sumberdaya atau tenaga kerja yang erat kaitannya dengan hal-ikhwal produktivitas, efisiensi, dan efetivitas suatu performa kerja.
Landasan teoretis yang digunakan dalam studi ini adalah teori sifat (trait) Banellport karena teori ini dapat menjawab tujuan penelitian. Yaitu menemukan suatu predisposisi tingkahlaku yang perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan adanya konsistensi.
Seeara umum tujuan penelitian ini adalah menemukan sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia dan lingkungan keluarga serta sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat SDM Indonesia. Untuk itu dilakukan dua tahap penelitian yang masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda.
Penelitian tahap I dilakukan dengan melakukan pengkajian 68 buku mengenai riwavat hidup orang-orang berprestasi dalam berbagai bidang dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian tahap I menunjukkan adanya 6 sifat dari orang yang berprestasi tinggi, yakni kerja keras, disiplin, prestatif, komitmen, mandiri, dan realistis.
Penelitian tahap II merupakan penelitian lapangan sebagai kelanjutan dari penelian tahap I yang bertujuan menguji hipotesis mengenai sejauhmana (1) individu berprestasi tinggi memiliki ke 6 sifat di atas dan (2) pengaruh'lingkungan keluarga dan sekolah terhadap pembentukan sifat individu berprestasi tinggi.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa (280 orang) yang terdiri dan mahasiswa berprestasi tinggi (149 orang) dan mahasiswa berprestasi rendah (131 orang). Instrumen pengumpulan data terdiri dari (1) ISI '95 : untuk menemukan sifat. (2) Skala Keluarga : untuk melihat latar belakang keluarga. dan (3) Skala Sekolah : untuk meliltat peran lingkungan sekolah.
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini, digunakan metode analisis LISREL (Liniar Structural Relations) yang pada hakikatnya terdiri dari 2 tahap yang saling terkait, yaitu : (1) menguji kebenaran model dengan melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model teoritik dan data ini atau tidaknya model). (2) jika model dinyatakan fit selanjutnva dilakukan pengujian atas hipotesis tentang hubungan kausal antar variabel. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan :
(1) sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia sebagai penunjang pembangunan, adalah sifat kerja keras, disiplin komitmen. prestatif mandiri, dan realistis.
(2) lingkungan keluarga yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan yang menerapkan pola asuh yang otoritatif.
(3) lingkungan sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan sekolah yang menerapkan pola bina yang otoritatif.
(4) ada alur pembentukkan individu berprestasi tingkat 0 yakni diawali dengan pola asuh dan pola bina yang otoritatif yang keduanya akan berpengaruh terhadap pembentukkan sifat, dan pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi individu.
(5) peran ibu dan guru cukup signifikan terhadap pembentukan sifat.
(6) ibu berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya prestasi.
Dari hasil studi ini disarankan (1) ke enam sifat yang ditemukan hendaknya dijadikan rujukan dalam pengembangan SDM Indonesia, seperti dalam pendidikan dan pelatihan. buku cerita yang menonjolkan ke enam sifat. dan ekspose orang-orang yang berprestasi tinggi. (2) membuat sinergi pola asuh di rumah dan pola bina di sekolah seperti melalui perteinuan orangtua siswa dan guru secara teratur. (3) pengembangan pola asuh otoritatif d.alam berbagai bidang. (4) melakukan penelitian mengenai sifat individu yang lingkupnya lebih luas, seperti pada olahragawan, seniman, ilmuwan yang berhasil. (5) pengembangan instrumen penelitian untuk melihat sejaulunana ada konsislensi antara sifat dan tingkah laku nyata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
D224
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santosa Sukardi
"ABSTRAK
Disertasi ini mengkaji masalah pengembangan secara sengaja lapisan antreprenur dalam rangka pembangunan nasional jangka panjang tahap ke dua, khususnya masalah peningkatan efektivitas pribadiantreprenur melalui pendidikan dan pelatihan calon antreprenur di Indonesia.
Kajian disertasi menunjukkan meningkatnya jumlah antreprenur berhasil menciptakan kesempatan lapangan kerja serta penyerapan angkatan kerja dan menunjang lajunya pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.
Sementara itu usaha peningkatan lapisan . antreprenur melalui pendidikan dan pelatihan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena belum ditemukannya satu bentuk pendidikan dan pelatihan calon antreprenur yang dapat dijadikan model untuk ditiru dan dilaksanakan secara terbaru. Pendidikan dan pelatihan yang berlangsung dewasa ini belum memadukan tiga unsur yang sangat diperlukan yaitu unsur kebutuhan untuk terjun dalam dunia antreprenur, pengetahuan dan teori yang diperlukan untuk mengelola perusahaan dan kesempatan memecahkan masalahmasalah berusaha dalam kondisi nyata.
Kajian disertasi menemukan bahwa calon antreprenur dapat mempelajari keberhasilan seorang antreprenur melalui tingkah laku mereka dalam kegiatan sehari-hari di perusahaan yang mereka rintis. Selanjutnya tingkahlaku antreprenur berhasil menampilkan karakteristik tertentu yang menjadi sifat-sifat mereka (traits).
oleh karena itu kajian mengenai proses belajar mengajar untuk membentuk sifat-sifat tadi menjadi sangat relevan dan merupakan suatu yang berguna bagi penelitian psikologi. Untuk mendekati masalah belajar mengajar ini penelitian mengacu pada model teori yang dikembangka oleh Mc. Clelland tentang perubahan tingkahlaku calon antreprenur. Selain teori itu, penelitian juga mengacu pada teori-teori pelatihan antreprenur yang dikembangkan oleh Churchill, Hills, Ronstadt, Vesper dan Brockhause, serta teori gaya belajar untuk merubah tingkahlaku dari Bandura .dan Kolb. Pembahasan tentang sifat-sifat antreprenur mengacu pada teori sifat (traits) dari Allport.
Bentuk pendidikan dan pelatihan antreprenur yang memadukan unsur kebutuhan, pengetahuan dan teori, kesempatan memecahkan masalah dalam kondisi nyata dilaksanakan oleh Akademi Wiraswasta Dewantara yang mempergunakan proses belajar mengajar partisipatif dalam bentuk-bentuk kuliah, panduan, praktikum laboratorium dan praktek lapangan.
Untuk mengkaji efek proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh Akademi Wiraswasta Dewantara digunakan rancangan program evaluasi serta menggunakan instrumen pengukuran entrepreneur traits yang disusun pada tahun 1990. (P.T.E.P.'90). Instrumen ini mengukur sifat-sifat antreprenur yaitu sifat instrumental, kerja keras, luwes bergaul, prestatif, swa-kendali (personal control), pengambilan risiko, yakin diri, inovatif, dan mandiri.
Dari penelitian ini telah diperoleh hasil yang panting yaitu :
Pertama, keikutsertaan calon antreprenur dalam pendidikan dan pelatihan pembentukan sifat-sifat antreprenur yang dilaksanakan di Akademi Wiraswasta Dewantara, berpengaruh terhadap terbentuknya sifat-sifat antreprenur itu."
1991
D340
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Enoch Markum
"Disertasi ini mengetengahkan masalah kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia berkenaan dengan Pembangunan Nasional. Dari pengamatan terhadap negara-negara maju dan negara-negara yang tergolong "The New Industrialized Countries" ternyata negara-negara itu tidak memiliki sumberdaya alam yang melimpah, tetapi mereka memiliki sumberdaya manusia yang kualitasnya tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemajuan suatu negara. antara lain ditentukan oleh kualitas SDM yang tinggi. Bagi Indonesia yang sedang membangun dan menghadapi persaingan yang semakin ketat sebagai konsekuensi dari era globalisasi, maka mau tidak mau harus mengandalkan pada SDM yang kualitasnya tinggi. Masalahnya adalah bagaimana kualitas SDM Indonesia itu pada kenyataannya.
Berbagai pendapat mengenai kualitas SDM Indonesia (Koentjaraningrat, 1974, 1976, dan 1979; Soeryohadiprodjo, 1982; Lubis, 1990: Swasono, 1984. 1988, dan Sukardi, 1991) pada intinya menunjukkan bahwa SDM Indonesia pada umumnya belum siap menghadapi tuntutan pembangunan yang makin majemuk dan persaingan yang semakin ketat di masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu dipersiapkan SDM Indonesia yang mampu menghadapi tuntutan pembangunan dan era globalisasi. Masalahnya adalah unsur kualitas SDM apakah yang perlu disiapkan (baca: ditingkatkan dan dikembangkan) ditinjau dari sudut psikologi. Sebelum menjawab pertanyaan itu perlu ditegaskan bahwa pengertian SDM dalam studi ini cakupan yang terbatas pada melihat manusia sebagai sumberdaya atau tenaga kerja yang erat kaitannya dengan hal-ikhwal produktivitas, efisiensi, dan efetivitas suatu performa kerja.
Landasan teoretis yang digunakan dalam studi ini adalah teori sifat (trait) Banellport karena teori ini dapat menjawab tujuan penelitian. Yaitu menemukan suatu predisposisi tingkahlaku yang perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan adanya konsistensi.
Seeara umum tujuan penelitian ini adalah menemukan sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia dan lingkungan keluarga serta sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat SDM Indonesia. Untuk itu dilakukan dua tahap penelitian yang masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda.
Penelitian tahap I dilakukan dengan melakukan pengkajian 68 buku mengenai riwavat hidup orang-orang berprestasi dalam berbagai bidang dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian tahap I menunjukkan adanya 6 sifat dari orang yang berprestasi tinggi, yakni kerja keras, disiplin, prestatif, komitmen, mandiri, dan realistis.
Penelitian tahap II merupakan penelitian lapangan sebagai kelanjutan dari penelian tahap I yang bertujuan menguji hipotesis mengenai sejauhmana (1) individu berprestasi tinggi memiliki ke 6 sifat di atas dan (2) pengaruh'lingkungan keluarga dan sekolah terhadap pembentukan sifat individu berprestasi tinggi.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa (280 orang) yang terdiri dan mahasiswa berprestasi tinggi (149 orang) dan mahasiswa berprestasi rendah (131 orang). Instrumen pengumpulan data terdiri dari (1) ISI '95 : untuk menemukan sifat. (2) Skala Keluarga : untuk melihat latar belakang keluarga. dan (3) Skala Sekolah : untuk meliltat peran lingkungan sekolah.
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini, digunakan metode analisis LISREL (Liniar Structural Relations) yang pada hakikatnya terdiri dari 2 tahap yang saling terkait, yaitu : (1) menguji kebenaran model dengan melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model teoritik dan data ini atau tidaknya model). (2) jika model dinyatakan fit selanjutnva dilakukan pengujian atas hipotesis tentang hubungan kausal antar variabel. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan :
(1) sifat yang harus dimiliki oleh SDM Indonesia sebagai penunjang pembangunan, adalah sifat kerja keras, disiplin komitmen. prestatif mandiri, dan realistis.
(2) lingkungan keluarga yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan yang menerapkan pola asuh yang otoritatif.
(3) lingkungan sekolah yang kondusif bagi pembentukan sifat individu berprestasi tinggi adalah lingkungan sekolah yang menerapkan pola bina yang otoritatif.
(4) ada alur pembentukkan individu berprestasi tingkat 0 yakni diawali dengan pola asuh dan pola bina yang otoritatif yang keduanya akan berpengaruh terhadap pembentukkan sifat, dan pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi individu.
(5) peran ibu dan guru cukup signifikan terhadap pembentukan sifat.
(6) ibu berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya prestasi.
Dari hasil studi ini disarankan (1) ke enam sifat yang ditemukan hendaknya dijadikan rujukan dalam pengembangan SDM Indonesia, seperti dalam pendidikan dan pelatihan. buku cerita yang menonjolkan ke enam sifat. dan ekspose orang-orang yang berprestasi tinggi. (2) membuat sinergi pola asuh di rumah dan pola bina di sekolah seperti melalui perteinuan orangtua siswa dan guru secara teratur. (3) pengembangan pola asuh otoritatif d.alam berbagai bidang. (4) melakukan penelitian mengenai sifat individu yang lingkupnya lebih luas, seperti pada olahragawan, seniman, ilmuwan yang berhasil. (5) pengembangan instrumen penelitian untuk melihat sejauhmana ada konsislensi antara sifat dan tingkah laku nyata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
D677
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Soekandar Ginanjar
Depok: Universitas Indonesia, 2007
D1782
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library