Kurkumin merupakan pigmen kuning alami dari rimpang kunyit yang diduga memiliki aktivitas kemopreventif terhadap sel kanker melalui mekanisme jalur pensinyalan apoptosis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan kurkumin terhadap kadar protein RASSF1A, Bax, dan aktivitas kaspase-3 dalam menunjang mekanisme apoptosis pada sel kanker payudara CSA03, MCF-7, dan MDA-MB-468.
Penelitian eksperimen in vitro dilakukan di laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, serta RS Islam Jakarta tahun 2016–2018. Pemberian kurkumin terhadap sel kanker didasarkan atas perbedaan dosis dan waktu pemberian. Uji sitotoksisitas setelah pemberian kurkumin ditentukan secara MTS. Kadar protein RASSF1A dan Bax diuji secara ELISA. Aktivitas kaspase-3 digunakan untuk mengetahui apoptosis diuji secara flowsitometri. Selanjutnya perubahan morfologi sel diamati melalui pewarnaan acridine orange/ethidium bromide.
Pemberian kurkumin terhadap sel-sel yang diuji menunjukkan konsentrasi IC50 yaitu 40,85 µg/mL pada sel CSA03; 75,73 µg/mL pada sel MCF-7; dan 380,79 µg/mL pada sel MDA-MB-468. Pemberian kurkumin menunjang mekanisme apoptosis melalui jalur RASSF1A, Bax, dan aktivitas kaspase-3 pada sel kanker payudara.
Kata Kunci: Apoptosis, Bax, CSA03, kaspase-3, kurkumin, MCF-7, MDA-MB-468, pewarnaan ganda, RASSF1A
Curcumin is a natural yellow pigment from turmeric rhizome which is thought to have a chemopreventive effect on cancer through the mechanism of apoptotic signaling pathways. This study aims to examine the correlation of curcumin with protein level of RASSF1A, Bax, and caspase-3 activities in conjunction with the mechanism of apoptosis in CSA03, MCF-7, and MDA-MB-468 breast cancer cells.
In vitro experimental research was carried out at the Integrated Laboratory of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia Jakarta; RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta; and Jakarta Islamic Hospital during 2016–2018. Curcumin was administered to the cancer cells in different doses and time. Cytotoxicity test after administration of curcumin was determined by MTS. The protein level of RASSF1A and Bax were measured by ELISA. Caspase-3 activity was used to determine apoptosis by flow cytometry. Furthermore, changes in cell morphology were observed by acridine orange/ethidium bromide staining.
The administration of curcumin to the cells showed IC50 concentrations of 40.85 µg/mL in CSA03 cells; 75.73 μg/mL in MCF-7 cells; and 380.79 µg/mL in MDA-MB-468 cells. The administration of curcumin supports the mechanism of apoptosis through the RASSF1A, Bax, and caspase-3 activity in breast cancer cells.
"Apium graveolens L. (seledri) merupakan obat herbal yang digunakan untuk pengobatan hipertensi. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan bersama herbal dengan obat sintetik dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada farmakokinetik dan farmakodinamik obat sintetik. Informasi mengenai interaksi antara obat herbal dengan obat sintetik masih terbatas sehingga perlu diketahui efektivitas dan keamanan penggunaan kombinasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya interaksi farmakodinamik dan farmakokinetik kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri yang diberikan secara oral sebagai antihipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengujian interaksi farmakokinetik dengan mengambil darah tikus pada titik waktu tertentu setelah pemberian obat dan ekstrak seledri. Konsentrasi kaptopril diukur menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM), selanjutnya dihitung Ke, Cmax, AUC, Tmax, dan T1/2. Bagian kedua yaitu pengujian interaksi farmakodinamik untuk efek antihipertensi dengan metode pengukuran tekanan darah secara non-invasive pada ekor. Tekanan darah diukur sebelum perlakuan, setelah induksi NaCl 4%, dan setelah pemberian bahan uji. Pengambilan sampel urin dan darah untuk pengujian kadar natrium, kalium, volume urin, kadar kreatinin, aktivitas enzim ALT (SGPT), dan enzim penghambat konversi angiotensin. Hasil uji pada profil farmakokinetik kaptopril berbeda antara pemberian tunggal dengan kombinasi ekstrak seledri. Pemberian kaptopril 2,5 mg/kg bb bersamaan dengan ekstrak seledri 40 mg/kg bb tanpa jeda waktu menurunkan Cmax dan AUC serta memperpanjang waktu Tmax dan T1/2. Pemberian ekstrak seledri 1 jam sebelum kaptopril (10 mg/kg bb) pada kombinasi, meningkatkan Cmax dan AUC, serta memperpanjang T1/2. Tekanan darah tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurun lebih besar dibandingkan dengan pemberian kaptopril tunggal. Penurunan tekanan darah pada kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri diikuti dengan peningkatan volume urin. Kadar natrium urin dan serum, serta kadar kalium serum cenderung mengalami peningkatan pada semua kelompok perlakuan namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kadar kalium urin cenderung mengalami penurunan kecuali pada kelompok kombinasi kaptopril (5 mg/kg bb) dan ekstrak seledri (40 mg/kg bb). Kreatinin serum cenderung meningkat pada kelompok kombinasi kaptopril dengan ekstrak seledri tetapi masih dalam rentang normal. Kreatinin urin dan bersihan kreatinin pada tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri tidak berbeda dengan kelompok normal. Kadar SGPT cenderung menurun pada semua kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri, namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pemberian kombinasi kaptopril dosis 2,5 mg/kg bb dan 10 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb secara oral dapat mengubah farmakokinetik kaptopril. Pemberian kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurunkan tekanan darah kembali normal pada tikus hipertensi yang diinduksi NaCl.
Apium graveolens L. (celery) is commonly used as herbal medicine for antihypertension. There was evidence that herb combines with the synthetic drug may affect the pharmacokinetics and pharmacodynamics of the synthetic drug. Information about the interaction between herbal medicines and synthetic drugs is still limited, therefore it will be necessary to explore the clinical results when using these combinations. This study aimed to investigate the pharmacodynamic and pharmacokinetic interaction of oral administration of combined captopril and celery as antihypertensive agent in animal model. The study was divided into two parts. In the first part which was the pharmacokinetics study, blood samples were collected at a various time points after herb-drug combination administration. The blood values of Ke, Cmax, AUC, Tmax, and T1/2 of captopril were obtained by using LC-MS/MS method. The second part was the pharmacodynamic study. The blood pressure was measured bymeans of non-invasive tail method and recorded before and after treatment of induction of 4% NaCl solution and herb-drug administration. The urine and blood were collected and the sodium and potassium concentration, cumulative urine volume, creatinine, the activities of glutamic pyruvic transaminase enzyme and angiotensin converting enzyme inhibition were measured. The results of the pharmacokinetic study showed that concomittant administration of 2.5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased Cmax, Ke, AUC and increased T1/2 and Tmax of captopril. When 40 mg/kg bw of celery extract was given 1 hour before 10 mg/kg bw of captopril, the Cmax, T1/2, AUC of captopril were increased and Ke was decreased compared with captopril alone. The combination 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased the blood pressure in hypertensive rats better than 5 mg/kg bw of captopril alone. The decreased in blood pressure was followed by an increase in urine volume. Urinary and serum sodium, serum potassium levels tended to increase in all treatment groups, but they were not significantly different from the normal group. Urinary potassium levels tended to decrease except in the combined 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract. In conclusion, oral administration of combination of 2,5 mg/kg bw and 10 mg/kg bw captopril with 40 mg/kg bw celery extract changes the pharmacokinetics of captopril, whereas the administration of combination of 5 mg/kg bw captopril and 40 mg/kg bw celery extract decreased the blood pressure to normal value in NaCl-induced hypertension rats.
"