Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isni Hindriaty Hindarto
Abstrak :
Penelitian dilatarbelakangi keunikan penerbitan komik “Superman; Son of Kal-El” pada preferensi seksualitas Superman. Dari segi pasar, komik berhasil memperluas jangkauannya melalui penyebaran produk digital ke kalangan minoritas seksual. Namun, dari aspek khalayak, konten komik memicu kontroversi di antara subkultur fandom setia Superman yang tidak rela identitas superhero arus utama dirusak historisitas, maskulinitas, dan aksi heroiknya. Dalam ilmu komunikasi fenomena pergeseran kemasan komik, perubahan model pemasaran dan intensi produksi merujuk pada konsep komodifikasi. Penelitian dengan tujuan untuk memberikan analisis secara kritis terhadap komodifikasi seksualitas superhero Superman yang dipilih oleh DC Comics ini, dilakukan secara kualitatif dengan paradigma kritis konstruktivisme.  Teknik pengumpulan data didasarkan pada sumber primer (teks, gambar, dan intensi produksi komik) serta elaborasi data sekunder melalui Analisis Wacana Kritis versi Fairclough. Analisis ini menitikberatkan pada teks/visual, praktik diskursif, dan praksis sosio-kultural. Hasil penelitian menunjukkan pergeseran wacana tidak sepenuhnya mengubah karakter utama Superman, melainkan hanya pada Superman generasi kedua. Meskipun masih terdapat ambiguitas pada konten biseksual Superman, khalayak pemegang teguh normativitas keagamaan atau ideologi kenegaraan tertentu menolak komik ini dan mengantarkan pada penghentian produksi. Kesimpulan, komik ini berhasil menciptakan dinamika terciptanya kesadaran baru terhadap kelompok minoritas di dunia global yang jumlahnya terus meningkat signifikan. Secara bisnis, keuntungan justru diperoleh dari kontroversial dan komitmen kuat komunitas minoritas.  ......The background of this research is the uniqueness of comic “Superman; Son of Kal-El", regarding Superman's sexual preference. The comic has succeeded in expanding market reach through digital products distribution to sexual minorities. However, the content has sparked controversy among the subculture of Superman's loyal fandom, who reject their superhero’s mainstream new identity with damaged historicity, masculinity, and heroic actions. Communication science refers the phenomenon of changes in  comic packaging, marketing models, and production intentions as commodification concept. This research aimed at providing a critical analysis on Superman's sexuality commodification was conducted qualitatively with a critical constructivism paradigm. Data collection technique is based on primary sources (text, images, and comic production intentions), and secondary data elaboration through the Fairclough version of Critical Discourse Analysis.This analysis focuses on text/visuals, discursive practices, and socio-cultural praxis. The result shows that the discourse changes do not completely change the first Superman’s character, but the second generation of Superman. Despite ambiguity in Superman's bisexual content, religious audiences reject this comic and has led to production halt. In conclusion, commodification that leads comic production and distribution focus on the market has failed. Meanwhile, audience commodification has succeeded in creating new awareness of minority groups, whose numbers continue to increase significantly. This also reinforces the findings that comic publishers gain profits from the controversial and strong commitment of the minority groups and the fandom subculture of Superman lovers.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Nadiya Putri
Abstrak :
Komunikasi hyper-personalization yang dilakukan oleh suatu perusahaan adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang ditunjukan kepada konsumen sebagai upaya untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Penelitian ini berusaha menganalisis penggunaan komunikasi hyper-personalization dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Perusahaan A. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif menggunakan paradigma post-positivis. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi studi kasus dengan teknik pengambilan data wawancara dan data respon komunikasi hyper-personalization yang dimiliki oleh Perusahaan A. Teori konseptual yang digunakan adalah Social Judgment Theory. Teori Penilaian Sosial berusaha menjelaskan seberapa besar kemungkinan seseorang akan mengubah opini mereka, kemungkinan arah perubahan itu, toleransi mereka terhadap pendapat orang lain, dan tingkat komitmen mereka terhadap posisi mereka (Mallard, 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan konsumen terhadap komunikasi hyper-personalization yang dilakukan oleh Perusahaan A ditentukan oleh references points, three latitudes dan ego-involvement. Dalam penelitian ini, references point terbagi atas 2 jenis yaitu, referensi internal dan eksternal. Latitudes dipengaruhi oleh references point dan ego-involvement. Dalam ego-involvement, telihat bahwa responden akan menerima dan merespon komunikasi hyper-personalization yang dilakukan oleh Perusahaan A jika kontennya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasinya. Komunikasi hyper-personalization dengan bantuan Artificial Intelligent (AI) dapat mempengaruhi ego-involvement yang dapat menghasilkan latitudes yang diharapkan. Hal ini dikarenakan Artificial Intelligent (AI) dapat membaca dan mengumpulkan informasi dari perilaku konsumen yang menghasilkan data yang akhirnya bisa di analisis dan melahirkan strategi hyper-personalization yang sesuai dan berdampak terhadap latitudes of acceptance. Penggunaan Secara umum, penelitian ini menujukkan bahwa ada kecenderungan rentang penerimaan yang luas dan sikap yang positif dalam menerima komunikasi hyper-personalization yang dilakukan oleh Perusahaan A. ......Hyper-personalization communication carried out by a company is a form of marketing communication that is shown to consumers as an effort to increase consumer loyalty to a brand. This study seeks to analyze the use of hyper-personalization communication in marketing communications conducted by Company A. This research was conducted qualitatively using a post-positivist paradigm. The strategy used in this research is a case study strategy with interview data collection techniques and hyper-personalization communication response data owned by Company A. The conceptual theory used is Social Judgment Theory. Social Appraisal Theory seeks to explain how likely a person is to change their opinion, the possible direction of that change, their tolerance for other people's opinions, and their level of commitment to their position (Mallard, 2010). The results of this study indicate that consumer acceptance of hyper-personalization communication conducted by Company A is determined by reference points, three latitudes and ego-involvement. In this study, references point are divided into 2 types, namely, internal and external references. Latitudes are influenced by references point and ego-involvement. In ego-involvement, it appears that the respondent will accept and respond to hyper-personalization communications made by Company A if the content matches his needs and aspirations. Hyper-personalization communication with the help of Artificial Intelligent (AI) can affect ego-involvement which can produce the expected latitudes. This is because Artificial Intelligent (AI) can read and collect information from consumer behavior which results in data that can eventually be analyzed and produce appropriate hyper-personalization strategies that have an impact on latitudes of acceptance. Usage In general, this study shows that there is a tendency for a wide range of acceptance and a positive attitude in accepting hyper-personalization communications conducted by Company A.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntia Claudia
Abstrak :

Iklan layanan masyarakat merupakan salah satu bentuk media yang sudah lama digunakan dalam konteks krisis kesehatan. Berbeda dengan iklan pemasaran produk, iklan layanan masyarakat memiliki bentuk khusus yang menggunakan bahasa sederhana dan cenderung tidak baku, singkat hingga dapat dengan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Pesan yang dikandung dalam iklan pun mampu meningkatkan kesadaran dan mengubah opini publik tentang isu-isu penting melalui penyebaran informasi secara langsung. Iklan layanan masyarakat menggunakan tanda, wacana, simbol, bahasa, budaya hingga norma-norma sosial untuk menjual ide dan instruksi. Salah satu simbol budaya yang kerap digunakan dalam iklan layanan masyarakat bertema kesehatan seorang ibu yang dikaitkan dengan peran tradisional. Pada masa Covid-19, pemerintah Indonesia turut memproduksi iklan layanan masyarakat dalam kampanye kesehatannya yang berjudul “Ingat Pesan Ibu”. Dalam iklannya yang berjudul “Anak Kost” “Pekerja Rantau”, “Restu Ibu” dan “Ingat Pesan Ibu”, ditampilkan figur anak dan ibu yang sedang berdialog terkait protokol kesehatan dan dikemas dalam narasi-narasi yang emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimana iklan layanan masyarakat tersebut dikonstruksikan dan dimaknai oleh khalayaknya. Penelitian ini juga menggunakan paradigma konstruktivisme dengan strategi penelitian studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur sebagai data primer didukung dengan studi dokumen sebagai data sekunder. Didapatkan enam decoder dalam penelitian ini dengan beragam posisi pemaknaan sesuai dengan konsep analisis resepsi Stuart Hall. Pemaknaan khalayak berbeda-beda akibat beragam faktor, salah satunya kondisi keluarga. Decoder yang memiliki orang tua lengkap memaknai iklan secara dominant reading. Di sisi lain, decoder yang memiliki ibu tunggal dapat memaknai iklan dengan dua cara, negotiated dan oppositional. Uniknya, seluruh decoder menyepakati bahwa ibu merupakan sosok yang harus dipatuhi dan dihormati karena hal tersebut telah diajarkan melalui pendidikan budaya dan agama. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat kampanye Ingat Pesan Ibu menjadikan ibu sebagai aktor penting yang menjaga anak-anaknya agar tidak tertular penyakit. ......Public service advertisements are a form of media that has long been used in the context of health crises. In contrast to product marketing advertisements, public service advertisements have a special form that uses simple language and tends to be non-standard, short so that it can be easily understood by all levels of society. The messages contained in advertisements are also able to raise awareness and change public opinion on important issues through direct dissemination of information. Public service advertisements use signs, discourse, symbols, language, culture to social norms to sell ideas and instructions. One of the cultural symbols that is often used in public service advertisements is the theme of a mother's health which is associated with traditional roles. During the Covid-19 period, the Indonesian government also produced public service advertisements in its health campaign entitled "Remember Mother's Message". In the advertisements entitled “Anak Kos”, “Pekerja Rantau”, “Restu Ibu” and “Ingat Pesan Ibu”, the figures of children and mothers are shown in dialogue regarding health protocols and packaged in emotional narratives. The purpose of this research is to find out how public service advertisements are constructed and interpreted by the audience. This study also uses a constructivism paradigm with a case study research strategy. Data obtained through semi-structured interviews as primary data supported by document studies as secondary data. There were six decoders in this study with various positions of meaning according to Stuart Hall's concept of reception analysis. The meaning of the audience varies due to various factors, one of which is family conditions. Decoders that have complete parents interpret advertisements in a dominant reading manner. On the other hand, decoders with single mothers can interpret advertisements in two ways, negotiated and oppositional. Uniquely, all decoders agree that mothers are figures who must be obeyed and respected because this has been taught through cultural and religious education. Thus, the public service advertisement for the “Ingat Pesan Ibu” campaign makes mothers an important actor who protects their children from contracted the disease.

Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Rospitasari
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada kekerasan simbolik yang dialami oleh perempuan yang memiliki multi-peran sebagai seorang ibu, istri, dan mahasiswa pendidikan pasca-sarjana. Konteks pandemic Covid-19 memberikan beban ganda yang sangat signifikan terhadap perempuan yang harus mengikuti perkuliahan online. Tanggung jawab mereka menjadi tumpang tindih karena tidak ada batas tempat antara pekerjaan rumah tangga dan tugas perkuliahan. Dalam perspektif feminis, beban ganda ini merupakan implikasi dari konstruksi gender yang mengakar pada masyarakat tentang domestifikasi perempuan. Ideologi patriarki yang tertanam kuat pada keluarga membuat perempuan menanggung semua beban, baik secara fisik, psikologis, dan ekonomi. Berdasar pada Teori Kekerasan Simbolik Pierre Bourdieu, penelitian ini hendak membongkar dominasi patriarki yang terselubung dalam bahasa, simbol, dan representasi. Dengan menggunakan metode fenomenologi, penelitian ini menemukan bahwa cinta, rasa bersalah, dan kekeluargaan memiliki dominasi dalam mengukuhkan doxa patriarki yang membentuk habitus perempuan untuk selalu mengalah dan berkorban kepada suami, kakak laki-laki, dan ayahnya. Adanya proses misrecognition, condescension, consent, and complicity membuat perempuan tidak sadar atas penindasan dan subordinasi yang menimpanya. Kapital ekonomi (penghasilan) dan kapital budaya (gelar pendidikan) yang dimiliki oleh Scholarship Momstudent justru diarahkan untuk mereproduksi budaya patriarki secara homology di berbagai arena kehidupannya.  ......This study focuses on the symbolic violence experienced by women who have multiple roles as mothers, wives, and graduate education students. The context of the Covid-19 pandemic places a very significant double burden on women who have to attend online lectures. Their responsibilities become overlapping because there is no place limit between household work and coursework. In a feminist perspective, this double burden is an implication of the gender construction that is rooted in society regarding the domestication of women. The patriarchal ideology that is firmly entrenched in the family makes women bear all the burdens, both physically, psychologically, and economically. Based on Pierre Bourdieu's Theory of Symbolic Violence, this study aims to uncover the hidden patriarchal domination of language, symbols, and representations. By applying the phenomenological method, this research finds that love, guilt, and kinship have the dominance in strengthening the doxa of patriarchy that forms the habitus of women to always succumb and sacrifice to their husbands, older brothers, and fathers. The existence of a process of misrecognition, condescension, consent, and complicity makes women unaware of the oppression and subordination that befell them. The economic capital (income) and cultural capital (education degree) owned by the Scholarship Momstudents are precisely directed to reproduce patriarchal culture homology in the various arenas of their life.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Prayoga
Abstrak :
Saat ini, mayoritas penduduk Indonesia menurut data Sensus Penduduk 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan generasi Z. Kelompok generasi yang dimulai dari mereka yang lahir di tahun 1996 hingga 2012 ini telah mulai memasuki lingkungan dunia kerja. Ini membuat mereka saat ini berada pada fase transisi antara sekolah dengan bekerja. BPS, sebagai instansi pemerintah juga memiliki banyak sumber daya manusia dari generasi Z. Apalagi setiap tahunnya kebutuhan tenaga statistisi di BPS dipenuhi oleh lulusan baru dari Politeknik Statistika STIS, sebuah sekolah kedinasan yang berada di bawah afiliasi BPS. Pada masa transisi ini yang kadang membuat munculnya celah (gap) komunikasi yang dapat menjadi hambatan dalam sebuah organisasi. Gap ini memungkinkan munculnya ketidakharmonisan antara pegawai baru generasi Z ini dengan pegawai lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivisme dengan metode penelitian studi kasus melalui wawancara mendalam kepada generasi Z di BPS yang dilengkapi wawancara pelengkap, kajian terhadap data dari internal BPS dan majalah internal BPS, serta penelitian terdahulu yang memiliki kaitan. Penelitian ini mengidentifikasi adanya tahapan transisi yang dilakukan oleh generasi Z di BPS dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan kerja. Dimulai dari sejak berkuliah di Politeknik Statistika STIS, dilanjutkan dengan ketika melakukan program internship di BPS pusat, dan ketika sudah ditempatkan di BPS penempatan masing-masing. Dari temuan penelitian terdapat beberapa faktor spesifik yang menonjol bagi generasi Z sebagai kelompok co-cultural dalam memilih praktik komunikasi. Seperti pengalaman mereka berinteraksi dengan kelompok lainnya serta konteks situasional, meliputi budaya setempat, situasi, dan waktu. Faktor yang menjadi temuan baru penelitian adalah bagaimana pimpinan di lingkungan kerja menerapkan kebijakan, serta karakteristik institusi pemerintah yang hanya ditemui di Indonesia, dalam penelitian ini karakteristik sekolah kedinasan Politeknik Statistika STIS dan BPS. Beberapa faktor ini membuat para generasi Z dapat memiliki pendekatan komunikasi dan hasil yang diinginkan seperti apa yang diinginkan dalam interaksinya di lingkungan kerja. Dalam temuan penelitian juga mengindikasikan belum disediakannya wadah resmi bagi kelompok co-cultural untuk berkesempatan melakukan komunikasi lintas generasi ketika kuliah, serta belum adanya laporan dan evaluasi menyeluruh dari pelaksanaan program internship sebagai program penunjang masa transisi generasi Z di dunia kerja. ......Currently, the majority of Indonesia's population according to the 2020 Population Census data from the Badan Pusat Statistik (BPS) are generation Z. This generation group, starting from those born in 1996 to 2012, has begun to enter the world of work. This makes them currently in a transitional phase between school and work. BPS, as a government agency, also has a lot of human resources from generation Z. Moreover, every year the needs for statisticians at BPS are met by new graduates from the Politeknik Statistika STIS, an official school under BPS affiliation. This transitional period sometimes creates communication gaps that can become obstacles in an organization. This gap allows the emergence of disharmony between these new generation Z employees and other employees. This research uses a post-positivism approach with a case study research method through in-depth interviews with generation Z at BPS accompanied by complementary interviews, a review of data from internal BPS and internal BPS magazines, as well as previous research. This study identified the existence of transitional stages carried out by generation Z at BPS in adjusting to the work environment. Starting from studying at the Politeknik Statistika STIS, followed by doing an internship program at BPS Headquarter, and when they were placed at their respective placement BPS. From the research findings, there are several specific salient factors for Generation Z as a co-cultural group in choosing communication practices. Such as their experiences interacting with other groups as well as situational contexts, including local culture, situation, and time. Factors that become new research findings are how leaders in the work environment implement policies, as well as the characteristics of government institutions that are only found in Indonesia, in this study the characteristics of the official school of the Politeknik Statistika STIS and BPS. Several of these factors make generation Z able to have a communication approach and the preferred outcome as desired in their interactions in the work environment. The research findings also indicate that there has not been an official forum for co-cultural groups to have the opportunity to communicate across generations while in college, and there has been no comprehensive report and evaluation of the implementation of the internship program as a program to support the transition period for Generation Z in the world of work.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ashari
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang jurnalis suratkabar dalam menghadapi perubahan lingkungan kerja sebagai akibat penerapan teknologi digital oleh perusahaannya. Adopsi teknologi digital oleh perusahaan media kerap menimbulkan tegangan antara jurnalis dengan manajemen. Tesis ini melihat perubahan lingkungan kerja yang dialami oleh jurnalis tidak terlepas dari posisinya di dalam arena jurnalistik yang tengah berada dalam dominasi kapitalisme digital. Jonathan Pace (2013) mendefinisikan kapitalisme digital sebagai persilangan antara kecenderungan struktur kapitalisme dengan proses-proses digital. Menurutnya, kapitalisme digital merupakan kumpulan proses, situs dan/atau momen, dimana teknologi digital memerantarai kecenderungan struktural kapitalisme, yakni akumulasi kapital. Dengan demikian, penelitian ini melihat jurnalis berada dalam dua relasi-sosial yang saling berlawanan, yakni jurnalis sebagai agen yang ditundukkan dalam relasi kuasa ekonomi, dimana ia sepenuhnya dipandang sebagai komoditi dan jurnalis sebagai agen yang menjalankan perannya, merealisasikan potensinya di arena jurnalistik, yakni arena yang sebenarnya memiliki nilai, prinsip, serta cara bermainnya tersendiri dan tidak sepenuhnya berdasarkan logika kuasa ekonomi. Penelitian ini menggunakan Teori Arena-Habitus-Kapital Pierre Bourdieu untuk menganalisis kontestasi jurnalis di arena jurnalistik yang didominasi oleh kapitalisme digital tersebut. Penelitian dilakukan terhadap empat subyek yang berprofesi jurnalis Pikiran Rakyat. Paradigma penelitian ini adalah paradigma kritis yang melihat ada hubungan kuasa di dalam praktik sosial agen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bila dominasi kapitalisme digital dalam media massa cetak, khususnya Pikiran Rakyat, berlangsung dari keterlibatannya dalam relasi pertukaran berbasis pasar komoditi media. Kompleksitas yang terjadi dari dominasi kapitalisme digital di “PR” mewujud ke dalam kontestasi jurnalisnya sebagaimana yang tecermin dalam subyek penelitian ini. Di tengah kontestasi subyek, kelas dominan memainkan peran yang menentukan melalui pendistribusian kuasanya ke dalam arena ......This thesis discusses newspaper journalists in dealing with changes in the work environment as a result of the application of digital technology by their companies. The adoption of digital technology by media companies often creates tension between journalists and management. This thesis observes that the changes in the work environment experienced by journalists cannot be separated from their position in the journalistic arena which is currently dominated by digital capitalism. Jonathan Pace (2013) defines digital capitalism as a cross between the structural tendencies of capitalism and digital processes. According to him, digital capitalism is a collection of processes, sites and / or moments, where digital technology mediates the structural tendency of capitalism, namely capital accumulation. Thus, this research sees journalists in two opposing social relations, namely journalists as agents who are subject to economic power relations, where they are fully viewed as commodities and journalists as agents who carry out their roles, realizing their potential in the journalistic arena, the arena which has its own values, principles, and ways of playing and is not entirely based on the logic of economic power. This study uses Pierre Bourdieu's Arena-Habitus-Kapital Theory to analyze journalists' contestation in the journalistic arena which is dominated by digital capitalism. The study was conducted on four subjects who are journalists. This research paradigm is a critical paradigm that sees a power relationship in the agent's social practice. The research method used is the case study method. The results obtained are trajectory or a description of the life experience of the subject where the habitus and capital are recorded. The results showed that the domination of digital capitalism in newspaper, especially in Pikiran Rakyat, took place from its involvement in exchange relations of commodity markets. The complexity that occurs from the domination of digital capitalism in "PR" manifests in its journalists' contestation as reflected in the informant of this study. In the midst of journalist contestation, the dominant class plays a decisive role through the distribution of power into the arena
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hutami
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi wacana kecantikan mainstream dan alternatif yang ada di dalam komentar konten instagram @overheardbeauty dan menunjukkan adanya wacana kecil lainnya yang turut membangun wacana di dalam Instagram @overheardbeauty.  Penelitian ini diawali dengan proposisi bahwa industri kapitalis menyusup ke dalam media sosial, termasuk ke dalam komunitas online @overheardbeauty yang ada di Instagram. Oleh karenanya, penting untuk mengecek masing-masing konten beserta tanggapan di dalam komentar unggahan tersebut. Penelitian ini menggunakan konsep wacana, instagram, serta kecantikan ideal. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif serta menggunakan paradigma konstruktivis. Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen dan observasi non partisipan pada akun instagram @overheardbeauty. Dari penelitian ini ditemukan kesimpulan yaitu wacana alternatif dan arus utama ditemukan dalam anggota komunitas @overheardbeauty, namun akun @overheardbeauty masih dominan mmembahas wacana kecantikan arus utama, meskipun anggotanya memiliki kebebasan untuk mengungkapkan wacana yang terpecah-pecah di dalam kolom komentar. Beberapa wacana kecantikan baik arus utama maupun alternatif yang muncul dalam akun @overheardbeauty terbagi ke dalam topik besar seperti tinggi dan bentuk tubuh, kulit, gaya rambut, wajah, dan wacana kecil lainnya, seperti produk kecantikan dan biayanya.

 


This study aims at identifying mainstream and alternative beauty discourses in @overheardbeauty Instagram comments and show other small discourses that contribute to build beauty discourse on @overheardbeauty. This research begins with a proposition that the capitalist industry is infiltrated into social media, including the online community @overheardbeauty on Instagram. Therefore, it is important to check each contents along with the responses in the comment section. This research uses the concept of discourse, instagram, and ideal beauty. This research was conducted with a qualitative approach and using a constructivist paradigm. The data collection technique used in this study is to use document studies and non-participant observation. From this study, it was concluded that alternative and mainstream discourse was found in @overheardbeauty community members, but the @overheardbeauty account was still dominant in discussing mainstream beauty discourse, even though its members have the freedom to express various beauty discourses in the comments section. Some mainstream and alternative beauty discourses that appear on @Overheardbeauty account are divided into several major topics such as height and body shape, skin, hairstyle, face, and other small discourses, such as beauty products and their costs.

 

 

 

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Nadhira
Abstrak :
ABSTRAK
Pesan komunikasi pemerintah untuk pengembangan destinasi wisata halal di beberapa kota di Indonesia mengalami penolakan, karena dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat lokal. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan, tetapi masyarakat memiliki penilaiannya tersendiri terhadap pariwisata di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi penilaian sosial pesan komunikasi wisata halal dari pemerintah ke masyarakat Jakarta dan Makassar. Dua daerah tersebut dipilih dengan mengingat Jakarta dan Makassar memiliki penduduk dengan penganut agama paling beragam diantara daerah lainnya. Sayangnya, kasus intoleransi agama dan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi alkohol masih tinggi. Penilaian masyarakat menjadi penting agar program pemerintah dapat berjalan dengan lancar. Penelitian ini menggunakan Social Judgment Theory dengan lebih mendalami aspek-aspek dalam teori tersebut, seperti reference points, latitude, dan ego-involvement dalam menilai isu sosial. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan strategi single case study, serta wawancara mendalam, observasi, dan dokumen pendukung sebagai metode pengumpulan data penelitian. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat Jakarta dan Makassar sebagai bentuk kelompok sosial yang menetap di Jakarta ataupun Makassar. Secara umum, penelitian ini menujukkan bahwa ada kecenderungan rentang penerimaan yang luas dan sikap yang positif dalam menilai pesan wisata halal di Jakarta dan Makassar. Meskipun begitu, masyarakat sendiri belum mengetahui dengan jelas definisi, konsep, serta bagaimana pengaplikasian wisata halal yang sesuai dengan aturan pemerintah. Hasil wawancara juga menunjukkan rentang penolakan dengan adanya resistensi terhadap wisata halal dari pelaku pariwisata.
ABSTRACT
The government's communication message for the development of halal tourist destinations in several cities in Indonesia was rejected because it is considered not following the habits of the local community. It shows that although the tourism industry is one of the leading sectors, society has its assessment of tourism in Indonesia. This study aims to determine the identification of social judgment of halal travel communication messages from the government to the people of Jakarta and Makassar. Those two regions got chosen with reason in mind that Jakarta and Makassar have the most diverse religious population among other provinces. Unfortunately, cases of intolerance and the habit of consuming alcohol are quite high. Community judgment of social problems is necessary for the government to run their programs smoothly. This study uses the Social Judgment Theory to explore aspects of the theory further, such as reference points, latitude, and ego-involvement in assessing social issues. This research method uses qualitative methods, with a single-case study's strategy, including in-depth interviews, observations, and supporting documents as a method of collecting research data. The informants chosen in this study were the people of Jakarta and Makassar as a form of a social group that settled in Jakarta or Makassar. In general, this study shows that there is a tendency for a wide range of acceptance and a positive attitude in assessing halal tourism messages in Jakarta and Makassar. Even so, the people themselves do not yet know the definitions, concepts, and how to apply halal tourism per government regulations. The interview results also show the range of rejection with the resistance to halal tourism from small tourism actors.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainy Sucianti Marundha
Abstrak :
Tesis ini membahas pembentukan makna dalam unggahan media sosial Instagram minuman beralkohol lokal bernama Anggur Orang Tua, @Anggur_ot. Dari semua unggahan di akun tersebut, dipilih tiga belas gambar dan caption yang diunggah dalam periode Januari–Desember 2020 berdasarkan jumlah likes dan comment terbanyak. Kemudian, dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana pembentukan makna pada unggahan yang memiliki jumlah interaksi terbanyak dalam periode tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem tanda digunakan untuk membentuk makna pada objek-objek yang ditayangkan pada unggahan @Anggur_ot. Beberapa unggahan mengandung perbedaan makna antara tanda visual di unggahan gambar dan tanda bahasa pada narasi caption. Selain itu, beberapa unggahan lainnnya menggunakan tanda bahasa pada caption untuk memperjelas pesan pada tanda visual. Dalam unggahan-unggahan tersebut ditemukan konsistensi penggunaan tanda bahasa ‘kawan’. Tanda ini berkonotasi pada minuman beralkohol yang dapat menemani konsumen saat melakukan kegiatannya. Selain itu, tanda ini juga berkonotasi pada pertemanan yang dapat terjalin antarkonsumen produk Anggur Orang Tua. Pada unggahan ditemukan visualisasi yang mewakili kegiatan kaum muda, hiburan berupa permainan dengan reward bagi partisipator, tampilan produk sebagai objek dengan tanda bahasa yang mendukung, serta unggahan yang menginformasikan partisipasi brand dalam acara musik. Penggambaran ini cenderung menyembunyikan fakta mengenai bahaya dan masalah yang dapat ditimbulkan akibat mengonsumsi minuman beralkohol. Hal ini bertujuan untuk memperluas upaya pemasaran kepada pasar kaum muda. ...... This thesis discusses the formation of meaning through Instagram social media uploads for a local alcohol brand, named Anggur Orang Tua with the account @Anggur_ot. Thirteen image uploads and captions for the January-December 2020 period with the most likes and comments were selected on @Anggur_ot account, to find out how the meaning of the uploads with the most interactions in that period was formed. This study found that the sign system is used in uploads contain different meanings regarding the object in the visual sign in the image uploads and the language sign in the caption narrative. Some other uploads, use language signs in the caption to highlight the message from the visual image. In the uploads, it is found that the consistency of the use of the sign language 'kawan', which implies that alcoholic drinks can become friends for consumers in their activities and also friendships that can be made between fellow consumers of Anggur Orang Tua products. In the uploads of @Anggur_ot, there are visualization representing youth activities, entertainment in the form of games with rewards for participants, display of products as objects with supporting language signs, as well as posts informing the brand's participation in music events. These depictions tend to hide facts about the dangers and problems that alcohol consumption can cause, to expand the marketing target to youth market.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riomanadona Mayastiardy Putra
Abstrak :
Konstruksi identitas musisi independent atau yang lebih dikenal dengan musisi indie, merupakan bentuk idealisme seorang musisi yang ingin menciptakan musik dengan gaya bermusik mereka sendiri. Gaya bermusik yang khas ini kemudian dituangkan dalam bentuk karya musik, yang memilki banyak unsur dari karya-karya gabungan para idola dari sang musisi tersebut. Seringkali karya-karya musisi indie berbeda dengan pakem musik pop pada umumnya. Idealisme yang bebas nilai ekonomi serta memiliki filosofi untuk menciptakan kenyamanan untuk diri sendiri merupakan bentuk ekspresi diri, menjadi identitas dari musisi indie. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana identitas sebagai seorang musisi indie terinternalisasi terhadap jenis musik yang mereka ciptakan, bagaimana pula musisi tersebut melakukan pertimbangan dan penilaian terhadap musik yang menginspirasinya (objektivasi), dan bagaimana musisi tersebut menerima pengalaman sebagai bentuk eksternalisasi identitas sebagai seorang musisi indie. Dengan menggunakan pisau analisis teori konstruksi realitas sosial yang dicetuskan Berger dan Luckman, serta didukung dengan konsep identitas, media sosial, dan musik indie, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan paradigma konstruktivisme. Penggalian data yang dilakukan berdasarkan wawancara mendalam dengan para musisi yang berpartisipasi pada akun YouTube Sounds From The Corner. Pada Hasil penelitian ini menggambarkan internalisasi dari keluarga, teman-teman sekolah, peer group yang berjalan beriringan dengan terpaan dari media. Disini peneliti menemukan bahwa proses eksternalisasi yang terjadi secara berulang di media sosial, ternyata mempercepat konstruksi identitas diri mereka sebagai musisi indie. ......The identity construction of independent musicians or better known as indie musicians is a form of idealism for a musician who wants to create music with their own musical style. This distinctive musical style is then expressed in the form of musical works, which have many elements from the combined works of the musician's idols. Often the works of indie musicians differ from the standards of pop music in general. Idealism that is free from economic values and has a philosophy of creating comfort for oneself is a form of self-expression, this has become the identity of indie musicians. This study aims to determine how the identity as an indie musician is internalized to the type of music they create, how the musicians consider and assess the music that inspires them (objectivation), and how the musician accepts the experience as a form of externalization of identity as an indie musician. By using the analysis knife of social reality construction theory coined by Berger and Luckman, and supported by the concept of identity, social media, and indie music, this research is a qualitative research that uses the constructivism paradigm. Data mining was carried out based on in-depth interviews with participating musicians on the YouTube Sounds From The Corner account. The results of this study describe the internalization of family, school friends, peer groups that go hand in hand with exposure from the media. Here the researchers found that the externalization process that occurred repeatedly on social media actually accelerated the construction of their identity as indie musicians.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>