Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, James Eden
"Latar belakang : Seiring dengan dominasi penggunaan komputer di tempat kerja, dampak terhadap kesehatan pekerja termasuk nyeri bahu pun meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nyeri bahu dengan posisi janggal dan faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pengguna komputer.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain cross sectional , dilakukan di perusahaan X pada bulan Mei-Juli 2010. Responden dipilih dengan mctode consecufive sampling Faktor-faktor yang diteliti ialah sosiodemogmfi, gaya hidup dan pekeljaan. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner, pemeriksaan iisik, wawancara dan pengukuran tempat kerja. Analisis multivariate dengan metode regresi logistik digunakan untuk mcncntukan variabel-variabel predictor dengan interval kepercayaan 95% dan batas kemaknaan 0,05.
Hasil : Terpilih 78 responde dari 402 populasi .Prevalensi nyeri bahu 47,4% dengan posisi janggal paling sering dijumpai ialah ante fleksi 2 60°. Faktor-falctor risiko signitikan adalah posisi janggal (OR=l3,58; 95%CI:2,25-82,18), perempuan (0R:4,54; 95%CI:l,l0-l8,73), kcbiasaan berolah raga (OR=2,65;95%CI:0,72-9,83), lama mcnggunakan komputer >8 jam (OR:7,46; 95%CI:l,77~3l,35), pelatihan crgonomi (0R:3,43; 95%CI:O,93-l2,60).

Background: In alignment with dominant use of computers at the workplace, the toward worker health impact as well shoulder pain is increasing. This study aims to determine the relationship between shoulder pain with awkward position of the upper arm and others related risk factors.
Methods: This cross sectional study was conducted at company X during May to July 2010. Respondents were selected by consecutive sampling method. Risk factors included in this study were sociodetnographic, lifestyle and work environment. Data were collected by using questionnaires, conducting physical examinations, interview and workplace measurements. Multivariate analysis with logistic regression method has been used to identify detemtinant factors with 95% confidence interval and significance linrit of 0.05.
Results: There are 78 respondents of 402 total population. Prevalence of shoulder pain 47.4% with the most frequent awkward position is forward flexion 260°. Signijicant risk factors were awkward position (OR=13,58; 95%CI:2,25-82,l8), fema1e(OR:4,54; 95%CI:l,l0-l8,73), physical exercise (OR=2,65;95%CI:0,72-9,83), using computer 28 hrs per day (OR:7,46; 95%CI:1,77-3l,35), ergonomic training (0R:3,43; 95%CI:0,93-l2,60).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32301
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Wijaya
"Later Belakang : Dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar, sebagian besar komunikasi yang dilakukan seorang guru adalah dalam bentuk komunikasi verbal. Penggunaan suara harus cukup lantang dan stabil sehingga pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Proses pengeluaran suara merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan suara selain faktor - faktor risiko lainnya.
Metode : Peneiitian dengan metode potong lintang untuk mendapatkan hubungan kegiatan belajar mengajar dan gangguan suara serta faktor - faktor lain. Gangguan suara ditentukan bila tenjadi peningkatan dua atau lebih parameter akustik pada hasil pemeriksaan analisis suara. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, pengukuran lingkungan kerja dan analisis suara dengan menggunakan alat MDI/P produksi Kay Elemetric corp.
Hasil Penelitian : Guru yang mengajar disekolah dengan akreditasi "A" sebanyak 51,5%, yang mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 80,'7% dan mengajar lebih dari 16 jam dalam seminggu sebanyak 54,4%. Prevalensi gangguan suara pada guru sekolah dasar sebesar 29,2%. Terdapat tiga faktor determinan terjadinya gangguan suara yaitu, status akreditasi sekolah (p = 0,021 , CI = 1,133 - 4,624 , OR = 2,28) , masa kerja (p = 0,04, CI = 1,004 - 8,073, OR = 2,84) serta lama keija perminggu (p = 0,040, CI = 1,020 - 4,209, OR = 2,072). Tidak didapati perbedaan yang bermakna untuk faktor risiko yang lainnya terhadap terjadinya gangguan suara.
Kesimpulan : Tempat mengajar, lama kerja perminggu serta mesa kerja sebagai guru berhubungan dengan terjadinya gangguan suara pada guru sekolah dasar.

Background: While carrying out the teaching and leaming activities, most communication was done by verbal communication. Use of sound should be loud enough and stable so that lessons can be delivered well-received. Vocal loading is one of the risk factor for voice disorders.
Methods : This cross sectional method to obtain the relationship of teaching and learning activities and voice disorders. Voice disorders is determined if there was an increase of two or more parameters on the results of acoustic voice analysis. Data collected through questionnaires, physical examination, working environment measurement and analysis of voice using MDVP Kay Elemetric corp.
Results : Teachers who teach in schools with the accreditation of the "A" as much as 5l.5%, which has the working lives of more than 5 years were 80.7% and teach more than 16 hours a week as much as 54.4%. Prevalence of voice disorders in primary school teachers by 29.2%. There are three factors as the determinant of the occurrence of voice disorders, school accreditation status (p = 0.02l, Cl = 1.133 to 4.624, OR = 2.28), length of employment (p = 0.04, CI = 1.004 to 8.073, OR = 2.84 ) and the length of work per week (p = 0.040, CI = 1.020 to 4.209, OR = 2.072). No significant difference was found for other risk factors on the occurrence of voice disorders.
Conclusion : The place of teaching, working period per week and years of service as a teacher associated with the occurrence of voice disorders in primary school teachers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32330
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardhana
"Pendahuluan : Pekerja laboratorium teknik gigi memiliki risiko mengalami gangguan sistem respirasi yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru akibat pajanan metil metakrilat (MMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar MMA di lingkungan laboratorium teknik gigi di DKI Jakarta dan Kotamadya Tangerang, risiko pajanannya terhadap keluhan respirasi dan gangguan fungsi paru, serta hubungannya dengan faktor individu dan pekerjaan.
Metode : Desain penelitian cross sectional melibatkan 69 pekerja laboratorium teknik gigi dari 4 laboratorium. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pengukuran kadar MMA lingkungan dan pemeriksaan spirometri.
Hasil : Kadar MMA pada 4 laboratorium teknik gigi adalah 0,26 ? 5,72 ppm, jauh di bawah Nilai Ambang Batas. Ditemukan hubungan bermakna ketersediaan ventilasi personal dengan kadar MMA (p <0,05). Prevalensi keluhan subyektif respirasi 39,1 %, dengan faktor yang berhubungan adalah kadar MMA >0,5 ppm (OR = 4,90, 95% CI: 1,49 ? 16,14) dan masa kerja >10 tahun (OR = 0,14, 95% CI: 0,03 ? 0,61). Prevalensi gangguan fungsi paru 44,9 %, seluruhnya restriktif. Faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru adalah kebiasaan merokok (OR = 3,94, 95% CI: 1,22 ? 12,76) dan kadar MMA >0,5 ppm (OR = 3,29, 95% CI: 1,01 ? 10,80).
Kesimpulan : Kadar MMA >0,5 ppm memberikan risiko 4,9 kali lebih besar timbulnya keluhan subyektif respirasi pada pekerja. Kadar tersebut juga memberikan risiko 3,29 kali lebih besar timbulnya gangguan fungsi paru pada pekerja. Pekerja yang sudah bekerja >10 tahun menurunkan kemungkinan timbulnya keluhan subyektif respirasi sebesar 86 %. Efek ini diperkirakan akibat timbulnya toleransi pekerja terhadap keluhan subyektif seiring dengan waktu. Pekerja yang merokok memiliki risiko 3,94 kali lebih besar mengalami gangguan fungsi paru.

Background : Dental laboratory workers are at risk of respiratory symptom and pulmonary function disorder,due to exposure to methyl methacrylate (MMA). The objective of this study is to know the level of MMA at dental laboratories at DKI Jakarta and Kotamadya Tangerang, the risk of its exposure toward respiratory symptom and pulmonary function disorder among dental laboratory worker, and its association with individual and occupational factors.
Method : This is a cross sectional study involving 69 dental laboratory workers from 4 laboratories. Data were collected through interview, observation, environmental MMA measurement and lung function examination by spirometer.
Result : MMA levels in 4 dental laboratories were 0.26 ? 5.72 ppm, well below Treshold Limit Value. The prevalence of respiratory symptom was 39.1 %, with associated factors are MMA level >0.5 ppm (OR = 4.90, 95% CI: 1.49 ? 16.14) and working period of >10 years (OR = 0.14, 95% CI: 0.03 ? 0.61). The prevalence of pulmonary function disorder was 44.9 %, all of them restrictive. Factors associated with pulmonary function disorder were smoking habit (OR = 3.94, 95% CI: 1.22 ? 12.76) and MMA level >0.5 ppm (OR = 3.29, 95% CI: 1.01 ? 10.80).
Conclusion : MMA level of >0.5 ppm pose a 4.9 times greater risk of respiratory symptom among workers. That level also poses a risk 3.29 times greater of pulmonary function disorder among workers. Workers with >10 years length of service decreased their possibility of respiratory symptom by 86%. This effect is probably due to tolerance the workers develop towards the subjective symptoms. Smoking workers have a risk 3.94 times greater for pulmonary function disorder."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Scorlice Okfadi Mangori
"ABSTRAK
Latar Belakang : Bagi para pekerja yang beraktivitas diluar ruangan dan siang hari tentu akan rentan terhadap keadaan yang disebut Heat Stress akibat pajanan panas. Jika kemampuan tubuh berkurang dalam rangka menurunkan suhu inti tubuh, maka akan membuat beberapa gangguan kesehatan bagi para pekerja. Asupan cairan yang cukup akan membuat pekerja lebih tahan terhadap dampak Heat Stress. Salah satu cara melihat kecukupan cairan tubuh adalah dengan melihat Status Hidrasi. Status Hidrasi dapat dilihat dengan mengukur Berat Jenis Urin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Status Hidrasi pada pekerja Land Seismic serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Status Hidrasi serta ketaatan pekerja terhadap kebijakan perusahaan mengenai konsumsi air selama bekerja.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang yang dipilih berdasarkan total sampel (1unit pekerja). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik (Tinggi dan Berat Badan), pengukuran suhu lingkungan, dan pengukuran Berat Jenis Urin di akhir shift kerja. Pengukuran Berat Jenis Urin dilakukan dengan menggunakan Hand Refractometer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Square.
Hasil : Prevalensi Status Hidrasi yang TIDAK BAIK pada pekerja di akhir shift sebesar 42%. Faktor-faktor yang mempengaruhi status hidrasi (Umur, Indeks Masa Tubuh, Asupan Cairan, Lama Kerja) yang diteliti tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Status Hidrasi. Selain itu, tingkat kepatuhan pekerja terhadap kebijakan perusahaan sangat rendah yaitu hanya 1,2% pekerja yang patuh terhadap kebijakan perusahaan.

ABSTRACT
Background : For workers who work outdoors and during the day would be prone to a condition called Heat stress due to heat exposure. If the ability of the body is reduced in order to lower the body's core temperature, it will create some health problems for workers. Adequate fluid intake will make workers more resistant to the effects of Heat Stress. One way to look at the adequacy of body fluids is to look Hydration Status. Hydration status can be seen by measuring Urine Specific Gravity. This study aims to look at Land seismic workers' hydration status and look at factors that affect the hydration status and also want to see workers adherences against company policy regarding the consumption of water during work.
Methode : This research using Cross Sectional design with 68 samples (total samples) . Data collected by interview, quesioners, physical check (body weight and Height), working enviroment temperature measurement, and Urin specific gravity measurement. Measurement of urine specific gravity using Hand- refractometer. Data analysed using Chi Square.
Result : The prevalence of hydration status is that classified as NOT GOOD (≥1.020) at end of shift at 42%. Factors that affect the hydration status (age, body mass index, intake of liquids, work time status) studied did not have a significant relation with the hydration status. In addition, the level of compliance of workers against company policy is very low at only 1.2% of workers who adhere to company policies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah
"Latar belakang dan tujuan: Pengaruh dari pencemaran udara khususnya akibat kendaraan bermotor belum sepenuhnya dapat dibuktikan dan bersifat kumulatif. Tujuan penelitian umuk mengetahui kadar NO; dan SO; di lingkungan kerja SPBU dan mengetahui hubungan antara prevalens gangguan iimgsi pam dan gejala respirasi dengan faktor usia, indeks massa tubuh, masa kerja dan faktor kebiasaan merokok dan olahraga pada operator pompa bensin.
Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan di beberapa SPBU. Desain penelitian potong lintang. Populasi adalah operator pompa bensin, dengan besar sampel 196 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, kuesioner, analisa lingkungan dan pemeriksaan spiromeni.
Hasil penelitian: Kadar NO; dan SO; di semua SPBU masih di bawah nilai ambang batas. Prevalens gangguan fimgsi pam restriksi 23,4% dan gejala respirasi 20,4%. Terdapat hubungan bermakna antara gangguan fungsi pam restriksi dengan usia Z 41 tahun (OR = 3,42). Terdapat hubungan bermakna antara gejala respirasi dengan perokok tingan (OR : 4,32) dan status gizi obes (0P¢5,87) serta status gizi lebih (OR: 3,78).
Kesimpulan dan saran: Gangguan fungsi paru restriksi berhubungan dengan usia dan keluhan respirasi berhubungan dengan kebiasaan merokok dan status gizi obes dan lebih. Saran yang diajukan agar pemeriksaan bcrkala spirometri dan foto toraks perlu dilakukan untuk mendeteksi gangguan fimgsi pam lebih dini sehingga terhindar dari penyakit paru yang lebih berat.

Background and objectives : The influence of pollution, especially due to vehicle has not been fully proven and cumulative. The purpose of this study was to determine levels of NO2 and S02 at gas stations and knows the relationship between the prevalence of lung function disorders and respiratory symptoms by factor of age, body mass index, periods of working smoking habits and exercise.
Methods : This research was conducted at the gas stations using cross sectional design. Population are gasoline operator, 196 respondents. Data was collected by interviews, questionnaires, environmental analysis, spirometry.
Results : Levels of NO2 and S02 at all gas stations were below the threshold limit value. Prevalence of restriction lung disorder were 23 ,4% and prevalence of respiratory symptoms were 20,4%. There was association between restriction with age >41 years (OR = 3.42) and there were association between respiratory symptoms with light smokers (OR: 4.32), obese (OR;5,87) and also overweight (OR: 3,78).
Conclusions : Lung iimction disorder was associated with the age and respiratory symptoms were associated with smoking and body mass index (obese and overweight). Suggestions were proposed for periodic inspection spirometry and chest X-ray needs to be done to detect early lung disorder to avoid the worse lung disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32304
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Aquino Da Gomez
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pada penelitian tahun 2005-2010 ditemukan pekerja PT. X yang terpajan VCM berisiko 2.15 kali menderita gangguan enzim hati. Sehingga perusahaan melakukan program pencegahan dan pengendalian faktor resiko. Pada penelitian ini ingin melihat pengaruh pajanan VCM serta faktor lainnya terhadap perubahan kadar enzim hati pekerja PT. X ini setelah dilakukan upaya perbaikan.
Metode: Desain penelitian adalah Kohort Retrospektif menggunakan data sekunder MCU tahun 2011-2015. Melibatkan 196 orang sampel, dimana pekerja terpajan VCM 98 orang dan sisanya tidak terpajan VCM. Saat awal, kondisi enzim hati seluruh sampel dalam batas normal. Penilaian peningkatan enzim hati berdasarkan enzim AST dan ALT. Analisis statistik menggunakan Chi Square dengan p< 0.05. Multivariat menggunakan Regresi Cox.
Hasil: Didapatkan 76 orang (38.8%) mengalami peningkatan enzim hati, 40 orang (40.8%) pekerja terpajan VCM dan 36 orang (36.7%) tidak terpajan VCM. Jumlah kasus baru tahun 2012 adalah 14.3% menurun menjadi 4.6% tahun 2015. Hasil analisis Chi Square menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara faktor usia, jenis kelamin, masa kerja, posisi jabatan, indeks masa tubuh, obesitas sentral, riwayat DM dan kebiasaan olah raga dengan perubahan kadar enzim hati (p > 0.05). Untuk Regresi Cox menegaskan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pajanan VCM (RRsuaian=0.82; IK95% = 0.52-1.31; p=0.410) terhadap perubahan kadar enzim hati.
Kesimpulan: Pajanan VCM tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar enzim hati. Perubahan kadar enzim hati yang terjadi berupa penurunan karena jumlah kasus baru terus menurun setiap tahun.

ABSTRACT
Background: In the 2005-2010 study found that PT. X workers exposed to VCM had a 2.15 times greater risk of liver enzyme disorders. So the company conducted prevention and control programs against the risk factors. In this study we want to see the effect of VCM exposure and other factors on alteration in liver enzyme levels of PT. X workers after the improvement effort.
Method: The study design is Retrospective Cohort using secondary data of MCU in 2011-2015. There are 196 persons involved as samples, where 98 workers are exposed to VCM and the rest are not exposed to VCM. At baseline, the liver enzyme conditions throughout the sample are within normal limits. Assessment of elevated liver enzymes based on AST and ALT enzymes. The Chi-squared test with p <0.05 is used for statistical analysis. Multivariate uses Cox Regression.
Results: 76 people (38.8%) had elevated liver enzymes, 40 (40.8%) exposed workers VCM and 36 people (36.7%) were not exposed to VCM. The number of new cases in 2012 is 14.3% decreased to 4.6% in 2015. Chi Square analysis results show no significant relationship between age, sex, work period, job title, body mass index, central obesity, history of DM and exercise habits with liver enzyme levels alteration (p> 0.05). The Cox Regression test confirms that there is no significant association between VCM exposure (RRadjusted=0.82; CI95%=0.52-1.31; p=0.410) to liver enzyme levels alteration.
Conclusions: VCM exposure has no effect on alteration in liver enzyme levels. Alteration of liver enzyme that occur is a decrease as number of new cases continues to decline every year."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library