Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febriani
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat bertujuan
agar mahasiswa dapat memahami tugas pokok dan fungsi seksi sumber daya
kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat, tata cara
perizinan Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, sarana farmasi, dan pengelolaan
persediaan obat. Tugas khusus yang diberikan dengan judul Penyimpanan Obat Di
Gudang Farmasi Puskesmas bertujuan untuk menilai kesesuaian penyimpanan
obat di Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan Kembangan dengan syarat yang
berlaku.

ABSTRACT
Practice Pharmacist in West Jakarta Health Sub-Department aims to allow
students to understand the duties and functions of health resources section Tribal
Health Department in West Jakarta, licensing procedures for Pharmacists,
Pharmaceutical Technical Workers, pharmaceutical facilities, and inventory
management of medications. Special assignment given to titles In Drug Storage
Warehouse Pharmacy Health Center aims to assess the suitability of storage of
drugs in the Pharmacy Warehouse District Health Clinics Kembangan with the
applicable requirements."
2014
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Noerdin
"Di Indonesia bahan cetak alginate banyak digunakan di kalanan kedokteran gigi walaupun masih harus diimpor dari luar negeri. Sejak krisis tahun 1998 harga bahan cetak alginate terus meningkat sampai empat kali pada saat itu. Keadaan ini menyebabkan ada usaha untuk memodifikasi bahan cetak alginat seperti yang dilakukan oleh salah seorang dokter gigi di propinsi Sumatera Selatan-Indonesia. Usahanya adalah menambahkan pati ubi kayu ke dalam bahan cetak alginat yang digunakan untuk membuat gigi tiruan lepas. Peneltian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan pati ubi kayu yang dicampurkan ke dalam bahan cetak alginat dalam hal kemampuan reproduksi detail hasil pencetakan yang dicor dengan gipsum tipe III. 120 spesimen dibagi dalam 6 kelompok dengan variasi penambahan pati ubi kayu 45-55%. Spesimen adalah hasil cetakan dari reproduksi detail test block berdasarkan ISO No. 1563/1978 dan diperiksa di bawah steromikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan cetak alginat yang ditambahkan pati ubi kayu sampai dengan 47.5% masih dapat mencetak dengan baik berupa garis dengan kedalaman 50 m dan 75 m.

The utilization of additional cassava starch (Manihot utilisima) for alginate dental impression material. In Indonesia alginate which is a common impression material used in dentistry is still imported. Since the economic crisis in 1998 the alginate price becoming four times more expensive. This situation resulted in efforts to modify the commercial alginate as had been conducted by a dentist in South Sumatera province in Indonesia. He who had added cassava starch into the commercial alginate used to make partial denture impression. The aim of this research is to investigate the effect of additional cassava starch into the commercial alginate on its ability to produce reproduction detail using type III gypsum the amont of 120 specimens were divided into 6 group of various additional cassava starch 45?55%. The specimens then being impressed with detail reproduction tool (ISO No. : 1563/1978) and the result is then analyzed under a stereo microscope. Conclusion: the alginate impression material with cassava starch with ratio up to 47,5% can be used as an impression in 50μm and 75μm in depth line."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rurry Novitasari
"Masalah ketidaklengkapan pencatatan dan pelaporan keperawatan merupakan salah satu masalah di ruang IGD. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan dokumentasi keperawatan di ruang IGD RS. Medistra Jakarta. Penelitian deskriptif sederhana ini menggunakan 30 sampel berupa dokumen asuhan keperawatan. Hasil penelitian pelaksanaan pendokumentasian intervensi keperawatan di IGD RS. Medistra Jakarta paling efektif (96.7%) dibanding hasil pendokumentasian pengkqiian (33.3%), diagnosa (46.7%), implmentasi (46.'?%), dan evaluasi (60%). Adapun hasil pendokumentasian pengkajian paling tidak efektif (96.7%) dibanding hasil pendokumentasian diagnosa (53.3%), intervensi (33%), implementasi (53.3%), dan evaluasi (40%). Peneliti merekomendasikan pelatihan dan penyegaran pendokumentasian keperawatan baik konseptual maupun keterampilan secara berkala dan berkesinambungan agar pendokumentasian keperawatan menjadi lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5391
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manggarsari
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Meila Sutanti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas gambaran hasil terapi rinitis alergi persisten sedang-berat pada 2 kelompok terapi di RSCM, dimana kelompok pertama diberikan terapi reduksi konka radiofrekuensi disertai steroid topikal hidung, sedangkan kelompok kedua diberikan terapi steroid topikal hidung saja. Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan dengan metode penelitian uji klinis. Penilaian skala analog visual (SAV) untuk 4 gejala utama rinitis alergi (bersin-bersin, gatal hidung, ingus encer, dan sumbatan hidung), pemeriksaan nasoendoskopi untuk menilai ukuran konka inferior, dan pemeriksaan aliran udara hidung dengan Peak Nasal Inspiratory Flow (PNIF) dilakukan pada sebelum terapi dan minggu ke-6 pasca terapi. Pada penelitian ini rerata usia kelompok steroid topikal hidung adalah 28,3 tahun (SD 10,3 tahun), sedangkan pada kelompok reduksi konka adalah 27,6 tahun (SD 8,1 tahun). Sebanyak 67% subyek adalah perempuan. Keluhan rinitis alergi paling berat adalah sumbatan hidung. Sebanyak 80% subyek penelitian mengalami hipertrofi konka inferior, yaitu 50% hipertrofi derajat 3 dan 30% hipertrofi derajat 4. Ditemukan perbedaan bermakna ukuran konka inferior sebelum terapi dengan minggu ke-6 pasca terapi, baik pada kelompok reduksi konka maupun kelompok steroid dan ditemukan pula perbedaan bermakna ukuran konka inferior pada minggu ke-6 pasca terapi antara kedua kelompok terapi. Untuk nilai SAV gatal hidung, ditemukan perbedaan bermakna sebelum terapi dengan minggu ke-6 pasca terapi, baik pada kelompok reduksi konka maupun kelompok steroid topikal saja, dan ditemukan pula perbedaan bermakna nilai SAV gatal hidung pada minggu ke-6 pasca terapi antara kedua kelompok terapi. Perbedaan bermakna sebelum terapi dengan minggu ke-6 pasca terapi ditemukan pada nilai SAV gejala rinitis alergi yang lain (bersin-bersin, ingus encer, dan sumbatan hidung) dan nilai PNIF, baik pada kelompok reduksi konka maupun kelompok steroid topikal saja. Tidak ditemukan perbedaan bermakna nilai SAV gejala rinitis alergi yang lain dan nilai PNIF, jika dibandingkan antara kedua kelompok terapi pada minggu ke-6 pasca terapi.

ABSTRACT
This paper reported result of treatment in moderate-severe allergic rhinitis at Cipto Mangunkusumo Hospital. In this research, there were 2 groups of treatment. First group was treated with radiofrequency turbinoplasty and nasal steroid after turbinoplasty performed, second group was treated only with nasal steroid. This research is a pilot clinical study. Analogue Visual Scale for 4 major symptoms of allergic rhinitis (sneezing, nose itching, rhinorrhea, nose obstruction), nasoendoscopy to evaluate size of inferior turbinate, peak nasal inspiratory flow to evaluate nasal air flow were performed before treatment and 6 weeks after treatment. In this research, mean age of patients in steroid alone group was 28,3 years old with standard deviation 10,3 years, and in radiofrequency group mean age was 27,6 years old with standard deviation 8,1 years. Sixty seven percent patients was woman. The most bothering symptom found was nasal obstruction. Eighty percent patients had inferior turbinate hypertrophy, 50% patient with grade 3 and 30% patient with grade 4. Statistical significance in inferior turbinate degree was found if comparison performed before treatment with 6 weeks after treatment, in both treatment group,and also found statistical difference if compared between 2 treatment group at 6 weeks after treatment. Statistical difference was found only in VAS for nasal itching symptom if compared between 2 treatment group at 6 weeks after treatment. There were no statistical difference for another major symptom with VAS if compared between 2 group at 6 weeks after treatment. If comparison was performed before treatment with 6 weeks after treatment for VAS in all allergic rhinitis major symptoms and peak nasal inspiratory flow, there were statistical significance found, in radiofrequency group and nasal steroid group, but if comparison was performed between 2 treatment groups at 6 weeks after treatment, there were no statistical difference found."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhwan
"ABSTRAK
Latar belakang: Fungsi dari tuba Eustachius (TE) adalah ventilasi, proteksi, dan pembersihan telinga tengah. Disfungsi TE berperan penting pada patogenesis terjadinya kasus otitis media, sehingga hasil pengobatan dan prognosis kasus ini sangat bergantung pada fungsi TE yang adekuat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi angka keberhasilan rekonstruksi telinga tengah. Data penelitian mengenai fungsi ventilasi TE masih sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi dan operasi pada kasus OMSK. Tujuan : Mendapatkan gambaran fungsional ventilasi TE pada pasien OMSK tipe aman dan subjek non otitis media serta mendapatkan modalitas lain untuk mengukur fungsi ventilasi TE pada pasien dengan membran timpani utuh maupun perforasi. Metode: Penelitian comparative cross sectional pada 36 subjek telinga OMSK tipe aman dan 80 telinga subjek non otitis media dengan sonotubometri dan dinilai parameter jumlah frekuensi pembukaan, peningkatan amplitudo, dan durasi pembukaan. Hasil : Gangguan fungsi ventilasi TE lebih banyak didapatkan pada kelompok OMSK tipe aman (47%) dibandingkan kelompok non otitis media (18,75%). Terdapat perbedaan bermakna (p=0,002) antara fungsi ventilasi TE subjek OMSK tipe aman dengan subjek non otitis media, dimana subjek OMSK tipe aman dapat mengalami gangguan fungsi ventilasi TE 3,88 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek non otitis media. Kesimpulan : Pasien OMSK tipe aman lebih berpotensi mengalami gangguan fungsi ventilasi TE dibandingkan subjek non otitis media

ABSTRACT
Background : The function of the Eustachian tube (ET) is ventilation, protection and cleaning of the middle ear. TE dysfunction plays an important role in the pathogenesis of otitis media cases, so that the treatment and prognosis of these cases is very dependent on adequate TE function that can ultimately affect the success rate of middle ear reconstruction. Data research on ventilation ET function is needed for the success of the therapy and surgery in the case of chronic suppurative otitis media (CSOM) Objective : To determine ventilation ET function on benign type chronic suppurative otitis media and non otitis media subject and get another modality to measure ventilation function TE in patients with intact and perforated tympanic membrane. Methods : Comparative Cross-sectional study in 36 subjects benign type CSOM and 80 non otitis media subjects with sonotubometry and rated parameter number of frequencies opening, increasing the amplitude and duration of the opening ET. Results : Malfunctioning ventilation ET function more obtained at benign type CSOM (47%) than among non otitis media subjects (18.75%). There is a significant difference (p = 0.002) ventilation ET function between benign type CSOM subject and non otitis media subject, where the benign type CSOM subject may be malfunctioning ventilation ET function 3.88 times larger than the non otitis media subjects. Conclusion : Patients with benign type potentially have malfunctioning ventilation ET function than non otitis media subjects."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library