Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deksa Presiana
"Perkembangan dunia industri, selain membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat, dapat juga menimbulkan dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari kegiatan industri itu sendiri. Hal ini terlihat pada industri tekstil, di mana debu kapas yang dihasilkan akibat proses produksi dapat mengganggu kesehatan terutama sistem pernapasan pekerja. Pekerja bagian weaving PT.Lucky Print Abadi, Cibitung, Jawa Barat mengalami sesak papas dan batuk sebanyak 25% pada tahun 1998 dan 30% pada tahun 1999. Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Belum ada data dosis debu kapas yang terhirup pekerja dan kelainan faal paru pekerja bagian weaving PT. Lucky Print Abadi, Cibitung, Jawa Barat.
Penelitian ini dilaksanakan di bagian weaving PT.Lucky Print Abadi, Cibitung, Jawa Barat, dengan menggunakan rancangan cross sectional dan bersifat deskriptif analitik. Jumlah sampel sebanyak l6 orang pekerja sesuai kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Dari hasil penelitian diketahui pekerja mengalami kelainan faal paru sebesar 75% yang terdiri dari gangguan obstruksi yang terbanyak yaitu 37,5%, gangguan restriksi 25% dan gangguan yang bersifat kombinasi (obstruksi dan restriksi) sebesar 12,5%. Umur pekerja bervariasi antara 18 tahun sampai 29 tahun dengan masa kerja antara 8 bulan sampai 24 bulan. Kebiasaan menggunakan alat pelindung diri yang baik baru mencapai 37,5% dan kebiasaan merokok pada pekerja hanya 25%. Pekerja yang terpajan debu kapas melebihi nilai ambang batas sebesar 68,75% dan didapatkan pekerja yang pernah atau yang sedang mengalami gangguan penyakit paru obstruktif kronis sebesar 31,25%.
Disarankan melakukan upaya mengurangi dosis debu kapas yang diterima pekerja dengan pengendalian teknik, pengendalian administratif dan alat pelindung diri yang meliputi penambahan jumlah dan jenis alat pembersih debu kapas (dust cleaner), pemeriksaan berkala untuk dosis debu kapas yang diterima pekerja dan pemeriksaan kesehatan fungsi paru pekerja, serta mengganti jenis alat pelindung diri yang digunakan (masker) dengan masker yang dilengkapi tudung muka atau tudung mulut dan penjepit hidung serta penapis untuk menghilangkan debu.
Hasil penelitian ini hanya untuk kondisi pekerja bagian weaving PT. Lucky Print Abadi, Cibitung, Jawa Barat, tidak dapat digunakan untuk menggeneralisisr keseluruhan pekerja PT. Lucky Print Abadi, Cibitung, Jawa Barat maupun pekerja-pekerja dan lingkungan kerja pada pabrik-pabrik tekstil lainnya di Indonesia.

Study on the Exposures Cotton Dust and Disfunetion of Lung Physiology of Workers in the Weaving Department of the Textile Company, PT. Lucky Print Abadi, on Cibitung, West Java, in the Year 2000Industrial Development could enhance community income on the other hand, if could cause unexpectedlunwanted effect which derived from industrial activities. In the textile industry impact cotton dust can be produced as a result of textile production process. It can cause adverse health effect mainly in the respiratory system. Based on the research, 25% of workers from weaving division of PT. Lucky Print Abadi, Cibitung, West Java, experience the difficulties to breath and cough in 1998 and 30% in 1999. Until now (year of 2000), there is no information about cotton dust dosage that expose the workers and disfunction of lung physiology of the workers in the weaving division.
Research was done in the weaving division of PT_ Lucky Print Abadi, on the Cibitung area of West Java, using the cross sectional and descriptive method. The sample taken from this study is 16 workers bases on the criteria set by the researcher. The age ranges between 18 and 19 years old with the working period between 8 and 24 month.
The main result from this study is that about 75% of the workers experienced the disfunction of lung physiology. The break down of this number is 37.5% on obstructive, 25% on restrictive, and 12.5% on combination of both. In addition to that result, the study says that about 37.5% of the workers use appropriate personnel protective equipment and about 25% of them are smoke. The number looks higher when it come to the fact that about 68.75% Of the workers were effected by the cotton dust out of the upper limit. More over, the workers ever and ce rently experience the obstructive-chronic lung disease is about 31.25%.
Furthermore, the study suggest that some solution to reduce the concentration of cotton dust are by controlling the technical and administrative use of masker (including the increase of quantity and type of dust cleaner), periodical checking of cotton dust concentration consume by the workers, periodical lung functional checking, as well as changing the type of currently used masker with the better masker, which equipped by the face or mouth cover, nose clip, and dust filter.
This research result only for workers in the weaving division and can not be generalized for all workers in PT. Lucky Print Abadi, Cibitung, Weast Java and workers and the work enviroment in others textile industries in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Nuraga
"Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu penyakit kelainan kulit yang sering timbul pada industri dimana dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak akibat kerja terjadi oleh karena pekerja kontak dengan bahan kimia termasuk Iogam sehingga menimbulkan kelainan kulit yaitu dermatitis kontak akibat kerja. Tujuan utama penulisan ini adalah untuk diketahuinya factor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang terpajan bahan kimia di PT Moric Indonesia Cibitung Jawa Barat tahun 2006. Penelitian bersifat deskriptif. Subyek penelitian diambil secara acak dengan stratified random sampling yang berjumlah 54 responden. Hasil dari penelitian yang semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, 74,07% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja : akut 25,92% 14 pekerja, sub akut 38,9% (21 pekerja), dan kronik 9,25% (5 pekerja) adalah subyek penelitian yang mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan analisis statistic multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini yaitu: lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Kesimpulan dari penelitian ini adalah insidensi rate 64,81% per seratus pekerja, dan prevalensi rate 74,07% per seratus pekerja, Untuk meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja dengan penggunaan sarung tangan yang tepat, berdasar pengetahuan pekerja yang baik.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yandi Lasmana
"PT BASF Indonesia merupakan salah satu perusahaan PMA yang bergerak di bidang kimia manufaktur mempunyai kewajiban untuk mengelola bahaya dan atau risiko sebagai akibat dari kegiatan yang dikelolanya, sehingga bahaya tersebut tidak menimbulkan dampak negatif terhadap perusahaan, karyawan, lingkungan, dan masyarakat sekitar perusahaan. Pengendalian bahaya dari bahan kimia di Indonesia di atur oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Kep. 187/MEN11999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi besaran risiko dan mengelola risiko di area tank farm C 20 PT BASF Indonesia, sehingga didapatkan potensi bahaya dan risiko yang mungkin timbul dan diketahuinya pengelolaan risiko berdasarkan kajian. Kepmenaker no. 187/MEN/I999 mengenai pengendalian bahan kimia di tempat kerja digunakan untuk mengetahui potensi bahaya, sedangkan teknik analisa risiko HAZOP dan FTA digunakan untuk mengetahui tingkat risiko dan persamaan Gaussian digunakan untuk mengukur sebaran bahan kimia yang lepas ke lingkungan.
Aktifitas dan tangki yang terdapat di fasilitas tank farm C 20 kemudian diidentifikasi bahaya dan risikonya, setelah itu dilakukan evaluasi berdasarkan data yang terdapat di tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas tersebut mempunyai potensi bahaya yang besar untuk perusahaan dan lingkungan, pada radius 1000 m konsentrasi butadiene sebesar 826,38 ppm. Meskipun tangki butadiene mempunyai potensi bahaya besar tapi risikonya lebih kecil dibanding tangki lain.
Saran kepada Pemerintah diajukan untuk memperbaiki Kepmenaker no. 1871MEN11999 mengenai pengendalian bahan kimia di tempat kerja, karena peraturan tersebut tidak cukup handal untuk menentukan suatu bahan kimia bersifat toksik atau tidak. Melihat dampak yang ditimbulkan bisa terjadi bencana dengan cakupan area yang luas, maka PT BASF Indonesia harus mempersiapkan suatu prosedur tanggap darurat yang berkoordinasi dengan kelembagaan yang ada di masyarakat dan Pemerintah.

PT BASF Indonesia is one of foreign investment companies which operate in chemical manufacture having the obligatory to manage hazard andlor risk resulted by its operation in order to prevent them affect to the company, employees, environment and surrounding community. Hazard control of chemical in Indonesia has been regulated by the Decree of Indonesian Workforce Ministry No. Kep. 1871MEN11999 about Control of Hazardous Chemical in the Workplace.
This research is aimed to evaluate risk measurement and risk management in tank farm C20 PT BASF Indonesia area, that potential hazard and risk are identified and risk management based on research is attained Kepmenaker No. 187/MEN/I 999 about control of chemical in the workplace is used for identifying potential hazard, while HAZOP and ETA risk analysis technique are used for measuring risk level and Gaussian is used for measuring the spread of chemical exposure to the environment.
The hazard and risks of tank and its activities in Tank farm C20 then are identified, followed by evaluation based on the data resulted by the research. The research shows that the facility has high potential hazard to the company and environment of 1000 meters radius of butadiene amounts to 826.38 ppm. Although butadiene tank has high potential hazard but it has lower risk compared with other tanks.
Suggestion to the Government is given in order to review Kepmenaker No. 187/MEN/I 999 about control of chemical in the workplace because the regulation is not reliable for defining whether a chemical is toxic or non-toxic. Realizing that the affected can create a disaster with wide coverage, PT BASF Indonesia shall prepare a procedure with a coordination with existing community and governmental institutions.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cintha Estria
"Kebakaran merupakan salah satu risiko yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja dalam kegiatan pelayaran kapal laut, risiko terjadinya kebakaran di kapal laut cukup besar karena jumlah kasus kebakaran menduduki peringkat kedua setelah jumlah kasus tenggelamnya kapal. International Maritime Organization (IMO) mengeluarkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi, salah satunya yaitu SOLAS ?74 (Safety of Life at Sea). Terkait dengan tingginya tingkat risiko kebakaran yang dapat terjadi di kapal laut dan menyebabkan kerugian finansial yang cukup besar bahkan sampai menelan korban jiwa yang jumlahnya tidak sedikit, maka diperlukan suatu sistem penanggulangan kebakaran khususnya pada kapal penumpang.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekriptif kualitatif dengan pendekatan observasional dan wawancara. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di KM Lambelu dengan membandingkan faktor-faktor didalam sistem penanggulangan kebakaran yang meliputi: sarana proteksi aktif (berupa: detektor dan alarm, hidran dan fire pump, sprinkler dan APAR), sarana proteksi pasif (berupa: escape (pintu, tangga, petunjuk arah dan jalan keluar darurat) emergency lighting (penerangan darurat), muster station (tempat berkumpul), fire door (pintu tahan api), lifebuoy (pelampung), lifejacket (jaket pelampung) dan survival craft (lifeboat, rescue boat dan liferaft)) dan manajemen penanggulangan kebakaran (berupa: organisasi penanggulangan kebakaran, prosedur penanggulangan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran) dengan standar dalam SOLAS ?74.
Berdasarkan hasil penelitian, KM Lambelu mempunyai risiko kebakaran berat namun kapal sudah diproteksi baik secara desain konstruktif dan sarana proteksi kebakaran kapal yang lulus standar IMO. Untuk sarana proteksi kebakaran aktif dan pasif sudah dilengkapi dengan semua persyaratan sebuah kapal penumpang hanya saja kondisi dari sarana proteksi kebakaran tidak terjaga dengan baik. Sedangkan manajemen penanggulangan kebakaran di KM Lambelu sudah berjalan baik. Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu mengintegrasikan sistem yang ada di kapal dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 demi berjalannya keselamatan dan kesehatan kerja di atas kapal, melakukan identifikasi sumber bahaya kebakaran di kapal lebih mendalam serta memelihara sarana proteksi kebakaran aktif maupun pasif."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Cempaka Putri
"Universitas merupakan suatu tempat kerja, pusat ilmu budaya dan aset yang berupa sumber daya manusia cerdas dan peralatan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi namun, upaya untuk menekan potensi bahaya tersebut masih rendah. Berdasarkan data yang didapatkan dari UPT-PLK UI terjadi kenaikan angka kecelakaan transportasi di lingkungan Universitas Indonesia sebesar hampir 2 kali lipatnya pada tahun 2007 dan menurut data kesehatan kerja Universitas Indonesia didapatkan lebih dari 50 % pekerja di PAU UI memiliki kadar kolesterol diatas 200mg%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai langkah-langkah pengembangan sistem manajemen K3 di UI, mengetahui persyaratan apa saja yang harus di penuhi oleh UI untuk mengembangkan Sistem Manajemen K3 di UI kemudian mengembangkan Sistem Manajemen K3 yang terintegrasi di UI.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan deskriptif analitik dan menggunakan disain studi crosecctional. Data diperoleh melalui kegiatan observasi dengan terlibat sebagai panitia K3L UI, wawancara dengan 4 orang informan dari tim K3L UI, dan telaah dokumen yang meliputi laporan akhir tahun, laporan tengah tahun dan laporan kegiatan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis elemen SMK3 UI dan isinya dan membandingkan dengan Permenaker no 5 tahun 1996 dan OHSAS 18001 serta SMK3 di Universitas, dalam hal ini universitas yang penulis ambil perbandingan SMK3nya adalah UNSW dan UT.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) universitas Indonesia telah memiliki pernyataan komitmen K3L UI yang tertuang dalam elemen kebijakan UI, 2) Universitas Indonesia sudah memiliki elemen perencanaan akan tetapi belum dijalankan, 3) Universitas Indonesia sudah memiliki elemen implementasi dan sudah menjalankan walaupun belum 100% memenuhi persyaratan, 4) Universitas Indonesia sudah memiliki elemen evaluasi dan monitoring akan tetapi belum sepenuhnya diimplementasikan, dan 5) Universitas Indonesia telah memiliki elemen tinjauan kembali oleh manajemen, akan tetapi belum dilaksanakan. Oleh sebab itu perlu : 1) mengimplementasikan elemen perencanaan yang telah dibuat oleh universitas, 2) melengkapi hal-hal yang kurang pada elemen implementasi. Setelah kedua tersebut dijalankan dengan baik baru dapat mengimplementasikan elemen evaluasi & monitoring dan elemen tinjauan manajemen karena untuk mengembangkan SMK3 di Universitas Indonesia seluruh elemen SMK3 yang sesuai dengan UI harus diimplementasikan dan dijalankan sepenuhnya oleh Universitas Indonesia.

University is the workplace, center of science, intellectual people and other science property inside that have high potential hazard, but there is less effort to decrease it. Based on data from UPT-PLK, University of Indonesia has increased the number of traffic accident in side campus in 2007. Based on occupational health data in University of Indonesia, there is more that 50% staffs have number of cholesterols more than 200%mg. The study objectives are to analyze the step of development occupational safety and health management system (OSHMS) in University of Indonesia, know the requirement to developed occupational safety and health in University of Indonesia and also development of occupational safety and health in University of Indonesia.
This research applies qualitative approach with analytic description using crossectional study method. Those collected data are source from observation, in-depth interview with 4 informants from K3L team and the K3L UI document, which are final report, half-final report, and K3L event report. Analyze data technique in this research are using content and the element and compare it to Permenaker no 5 tahun 1996, OHSAS 18001 and Occupational safety and Health Management System in University. Researcher takes the Occupational safety and Health Management System standard from UNSW and UT.
These results of the study show that: 1) University of Indonesia has a commitment to developed Occupational Safety and Health and also environment, this commitment show in policy element, 2) University has planning element of occupational safety and health management system but University of Indonesia has not implementation yet, 3) University of Indonesia has implementation element and it has implemented although has not perfected yet, 4) University of Indonesia has monitoring and evaluation element but it has not implemented yet, 5) University of Indonesia has management review element but it has not implemented yet. There is necessity to: 1) Implementation planning element which have been made by university before, 2) completing the content of implementing element, after that, you can implementation monitoring & evaluation element and management review element, because to develop of occupational safety and health management system that appropriate for UI all OSHMS element must be implemented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adis Ardiza Lanin
"Dumai tank farm memiliki risiko bahaya kebakaran dan ledakan karena merupakan tangki timbun yang berfungsi untuk menimbun Crude Oil yang merupakan flammable liquid dalam jumlah yang besar Sehingga perlu dilakukan penilaian risiko bahaya kebakaran dan ledakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan pengendalian dan pemenuhan terhadap tuntuan hukum. Penelitian yang dilakukan merupakan penilaian risiko bahaya kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil (tangki 302) di Dumai Tank Farm dengan menggunakan metode Dow?s Fire and Explosion Index. Objek penelitian merupakan tangki timbun yang menyimpan Crude Oil jenis Sumatra Light Crude Oil dalam jumlah besar dan karena nilai flammabilitynya lebih tinggi dibandingkan dengan Duri Crude Oil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F&EI pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar 61,92 sehingga masuk dalam klasifikasi tingkat bahaya moderat. Radius pajanan jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sejauh 200,72 ft (61,18 m). Luas daerah pajanan jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah seluas 126.499,72 ft2 (38.557,11 m2). Nilai daerah yang terpajan jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar US$ 2.740.112,39 (Rp. 31.237.281.261,90). Namun dikarenakan faktor kerusakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar 45 %, maka jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil akan menimbulkan kerusakan dasar sebesar US$ 1.233.050,58 (Rp.14.056.776.567,86).
Faktor pengendalian kerugian (loss control) pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar 0,60. Dengan adanya faktor pengendalian tersebut maka besarnya nilai kerugian sebenarnya jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar US$ 745.163,68 (Rp. 8.494.865.919,27). Lamanya hari kerja yang hilang jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil selama 21 hari, namun perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin agar tidak ada hari kerja yang hilang jika terjadi kebakaran dan ledakan. Nilai kerugian akibat terhentinya bisnis jika terjadi kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Crude Oil adalah sebesar US$ 23.106.359,47 (Rp. 263.412.497.926,91)."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joviana
"Telah dilakukan penelitian pengukuran konsentrasi aktivitas radon (222Rn) dan thoron (220Rn) dan parameter fisik di 3 gedung DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konsentrasi aktivitas radon dan thoron serta parameter fisik dengan gejala SBS. Selain itu pula penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, lama bekerja, dan persepsi tentang kualitas udara dalam ruang kerja dengan gejala SBS. Hal ini perlu dilakukan penelitian mengingat semakin banyaknya gedung bertingkat di Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode disain studi cross sectional. Sedangkan pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran konsentrasi aktivitas radon dan thoron dilakukan menggunakan Duridge RAD-7 Radon Monitor, kelembaban dan temperatur menggunakan Thermo-hygrometer Digital Model GMK-930HT. Perolehan data lainnya dilakukan dengan metode wawancara dan observasi menggunakan checklist. Selain itu penelitian ini didukung pula dengan data yang diperoleh dari kuesioner mengenai karakteristik responden, persepsi terhadap kualitas udara di dalam ruang kerja, dan mengenai Sick Building Syndrome (SBS).
Data hasil sampling dianalisis secara univariat dan selanjutnya dianalisis secara bivariat untuk mencari hubungannya dengan SBS menggunakan piranti lunak SPSS versi 13.1. Hasil pengukuran konsentrasi aktivitas Radon (222Rn) dan Thoron (220Rn) Gedung 1 lantai basement, lantai 1, dan lantai 2 berturut-turut sebesar 83.5 Bq/m3, 36.2 Bq/m3 dan 11.1 Bq/m3. Gedung 2 lantai basement 22.3 Bq/m3, lantai 2 2.78 Bq/m3 , lantai 3 5.56 Bq/m3 . Gedung 3 Lantai basement 0.00 Bq/m3, lantai 12A 33.4 Bq/m3, lantai 17 5.56 Bq/m3. Sedangkan analisis bivariat menunjukkan bahwa konsentrasi aktivitas Radon (222Rn) dan Thoron (220Rn) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan SBS, dengan p > 0.05. Dari hasil penelitian ini ditemukan hubungan antara jenis kelamin dengan gejala SBS pada Gedung 1 dengan p = 0,025 < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara Jenis kelamin dengan gejala SBS. Perhitungan Odds Rasio diperoleh angka sebesar 6,000 ini berarti bahwa perempuan mempunyai kemungkinan untuk mengalami SBS 6 kali dibandingkan laki-laki.
Konsentrasi aktivitas Radon (222Rn) dan Thoron (220Rn) di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang relatif terbatas dan umumnya ruangan yang memiliki AC (Air Conditioner) seperti Gedung 1 Lantai basement ruangan bagian pergudangan, maka konsentrasi aktivitas Radon(222Rn) dan Thoron (220Rn) akan lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan terbuka seperti perkantoran yang di batasi partisi, dan area parkir basement. Untuk mengurangi tingginya konsentrasi aktivitas radon dan thoron dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem sirkulasi udara atau ventilasi dan pengecatan yang sempurna di seluruh dinding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Sari
"Sistem manajemen keselamatan radiasi dalam hal ini radiasi pengion merupakan salah satu upaya dalam melindungi kesehatan dan keselamatan kerja pekerja radiasi dari dampak dan efek yang ditimbulkan akibat pemanfaatan radiasi untuk menegakkan diagnosa. Penelitian ini mengkaji bagaimana implementasi sistem manajemen keselamatan radiasi pengion di unit kerja radiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit radiologi masih perlu memastikan terlaksananya sistem manajemen keselamatan radiasi sinar-X, agar pekerja radiasi memiliki rasa aman dan dapat bekerja secara professional.

Radiation safety management system in this case the ionizing radiation is one effort in protecting the health and safety of radiation workers from the impact and effects caused by the use of radiation for diagnosis. This study examines how the implementation of safety management system to ionizing radiation in radiology work unit. The results showed that the radiological units still need to ensure the implementation of safety management system to the X-rays radiation, radiation that workers have a sense of security and can work professionally."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Mayriza Putri
"PT X, Y & Z adalah tiga perusahaan manufaktur farmasi di Indonesia yang mewakili, perusahaan swasta multinasional, lokal dan milik negara dalam penelitian ini. PT X menghasilkan berbagai bentuk sediaan padat, PT Y tidak hanya menghasilkan produk farmasi, tetapi juga produk kosmetik, dan PT Z menghasilkan berbagai padat, semi-padat, cair dan bentuk sediaan juga produkproduk steril. Dalam pembuatan produk obat, banyak jenis zat aktif dengan berbagai tingkat sifat berbahaya dan toksisitas ditangani. Pada dasarnya, di bidang manufaktur farmasi, GMP (Good Manufacturing Practices) aspek-aspek yang ditekankan untuk melindungi produk tidak terkontaminasi dan Kesehatan Keselamatan (Health Safety) aspek yang ditekankan untuk melindungi pekerja agar tidak terpajan oleh bahan kimia, harus berjalan berdampingan dan melengkapi satu sama lain. Salah satu fasilitas yang paling penting untuk kedua persyaratan adalah alat pelindung pernapasan atau RPE. Seleksi pada RPE dalam industri farmasi harus lebih ditentukan dalam aspek kesehatan dan keselamatan pekerja secara menyeluruh daripada pada aspek GMP dasar. Jenis dan karakteristik dari bahan dan zat aktif, ukuran batch, dosis dan komposisi, frekuensi produksi; jenis proses dan peralatan, waktu kontak, tempat kerja dan pemantauan kualitas udara, bahan dan aliran personil dan kinerja AHU (udara satuan penanganan), pekerja pengetahuan dan pelatihan, kenyamanan pribadi, dan biaya investasi, operasional dukungan manajemen, perusahaan dan persyaratan global dan tekanan; peraturan lokal; rekam medis, penyakit dan ketidakhadiran, kesehatan bahaya penilaian risiko, dll, merupakan semua faktor yang mempengaruhi keputusan manajemen dalam pemilihan RPE.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang manajemen dan pekerja pada kriteria pemilihan RPE terkait untuk menguji kebugaran, tingkat dukungan manajemen yang terkait dengan biaya RPE, tingkat pengetahuan dan disiplin pekerja di pelaksanaan terkait dengan langkahlangkah pengolahan dan hari ke hari operasi termasuk penggunaan yang tepat dan pemeliharaan RPE.
Metode pada penelitian ini menggunakan wawancara langsung dan kuesioner kepada manajemen dan pekerja terkait; diperiksa silang oleh kunjungan situs dan surveilans dan kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan peraturan COSHH (Pengendalian Bahan Berbahaya untuk Peraturan Kesehatan).
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa tingkat pengetahuan manajemen pada seleksi RPE, hanya di PT X yang sudah sesuai dengan peraturan COSHH. PT X dan PT Z sudah mempertimbangkan beberapa faktor mempengaruhi pada pilihan RPE, tetapi tidak pada PT Y. Tingkat pengetahuan baik manajemen dan para pekerja di bahan berbahaya dan proses aplikasi sangat berbeda. PT X telah mengklasifikasikan semua bahan aktif sistematis dan secara bertahap meningkatkan proses penanganan untuk sistem tertutup dan otomatis. PT Z belum ditentukan aktif pada setiap produk tetapi pendekatan teknis untuk meminimalkan paparan kimia untuk pekerja telah dilaksanakan, sebagian besar peralatan proses utama sudah dalam sistem tertutup dan otomatis. PT Z tidak memiliki sistem klasifikasi atau pendekatan teknis, proses manufaktur yang masih manual dan sebagian besar adalah penanganan terbuka. PT X dan PT Z telah melakukan tes kebugaran RPE tetapi tidak dalam secara teratur. PT Z bahkan tidak tahu tentang itu. Tingkat aplikasi manajemen, pemeliharaan dan penyimpanan RPE dalam kegiatan sehari-hari untuk semua tiga perusahaan yang baik karena hal ini terkait dengan persyaratan GMP dan prosedur.

PT X, Y & Z are the three pharmaceutical manufacturing companies in Indonesia which are representing the multinational, private local and owned stated companies on this study. PT X produces various solid dosage forms, PT Y produces not only pharmaceutical products but also cosmetic products, and PT Z produces various solid, semi-solid, liquid dosage forms and also sterile products. In the drug product manufacturing, many types of active substances with various levels of hazardous properties and toxicity are handled. Basically, in pharmaceutical manufacturing, the GMP (Good Manufacturing Practices) aspects which are stressed to protect products not being contaminated and HS (Health Safety) aspects which are stressed to protect personnel not being exposed by chemicals, have to walk side by side and complement each other. One of the most important facility or equipment for both requirements is the respiratory protective equipment or RPE. Selection criteria on the RPE in pharmaceutical industry have to be more determined by more complex HS aspects rather than on basic GMP aspects. Type and characteristic of materials and active substances; batch size, dose and compositions, production frequency; type of processes and equipments; contact time, workplace air quality and monitoring; materials and personnel flow and the performance of AHU (air handling unit), worker knowledge and training, personal comfort, invesment and operational cost, management support, corporate and global requirement and pressure; local regulations; medical record; illness and absenteeism, health hazard risk assessment, etc., all of these factors are influencing RPE selection and the management decision.
The aim of this study is to determine the knowledge level of the management and the worker on the selection criteria of RPE related to fitness test; level of the management support related to the cost of RPE, level of the knowledge and discipline of the worker on the implementation related to the processing steps and day to day operation including the proper usage and maintenance of RPE.
The method on this study uses a direct interview and questionnaire to the management and related workers; cross-checked by site visit and surveillance and then analyzed and compared to the COSHH regulations (Control of Substances Hazardous to Health Regulations).
Results from the study found that the level of management knowledge on RPE selection, only PT X is in accordance to the COSHH regulation. PT X and PT Z are already considering some influenced factors on RPE selection, but not at PT Y. The level of knowledge of both the management and the workers on hazardous materials and the process application is very different. PT X has classified all the active materials systematically and gradually improves the process handling to closed and automatic system. PT Z has not specified the actives on each product but the technical approach to minimize chemical exposure to the worker has been implemented; most of the main process equipments are already in closed and automatic system. PT Z neither has classification system nor technical approach; the manufacturing processes are still manual and mostly are open handling. PT X and PT Z have carried out the RPE fitness test but not in regular basis. PT Z doesn?t even know about that. Level of management application, maintenance and storage of RPE in day to day operation for all three companies are good since it is associated to the GMP requirements and procedures.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rezeki
"Rumah Sakit merupakan Rumah Sakit X sebagai salah satu institusi pelayanan masyarakat yang tidak terlepas dengan kemungkinan terjadinya kasus kebakaran, gempa bumi, kecelakaan, maupun malapetaka lainnya. Data dari BMKG pada bulan Oktober 2011, gempa terjadi di Bali ada sekitar 3 rumah sakit yang rusak namun tidak ada korban jiwa dalam gempa tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan dalam menghadapi keadaan darurat gempa. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data, baik data primer maupun data sekunder, diketahui bahwa Rumah Sakit X belum sepenuhnya memiliki kesiapan dalam menghadapi keadaan darurat gempa bumi.

Hospital is a Hospital X as one of public service institutions that can not be separated with the possibility of a case of fire, earthquake, accident, or other catastrophe. Data from BMKG in October 2011, an earthquake occurred in Bali there are about three hospitals damaged but no casualties in the quake.
This study aims to determine the state of emergency preparedness in the face of the earthquake. Based on data collection and processing of data, both primary data and secondary data, it is known that X has not been fully Hospital has an emergency preparedness in dealing with earthquakes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>