Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Indah Noviyanti
"Minat menjadi faktor penting dalam pemilihan jurusan maupun pemilihan pekerjaan atau karir seseorang. Oleh karena itu seseorang perlu mengetahui minatnya agar is dapat memilih jurusan di sekolah ataupun pekerjaan yang disukainya. Tidak hanya bagi siswa SMA, siswa SMK juga perlu melakukan pemilihan jurusan yang sesuai dengan minatnya. Pentingnya mengetahui minat bagi siswa SMK saat pemilihan jurusan terkait dengan adanya tuntutan bahwa lulusan SMK harus siap memasuki lapangan pekerjaan atau dunia usaha dan industri sesuai bidang keahlian yang dimilikinya. Apabila siswa tersebut memilih jurusan yang sesuai dengan minatnya maka ia akan semakin termotivasi dalam belajar sehingga pada alchirnya akan mampu menguasai keterampilan yang dimilikinya dan menerapkannya. Dengan melihat pentingnya mengetahui arah minat bagi calon siswa SMK pada saat pemilihan jurusan yang dilakukan saat penerimaan siswa Baru, maka peneliti merasakan pentingnya suatu inventori minat bagi siswa SMK.
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 26 Jakarta yang merupakan SMK kelompok TeknoIogi dan Industri. Kelompok ini merupakan salah satu kelompok program yang cukup stabil dan diramalkan akan mengalami perkembangan yang wajar. Selain itu, SMK Negeri 26 Jakarta merupakan SMK percontohan untuk wilayah Jakarta sehingga memiliki jurusan yang lengkap.
Hasil uji reliabilitas menggunakan Teknik korelasi rank Spearman yang diolah dengan program SPSS versi 10 for Windows menunjukkan bahwa terdapat empat pasang pernyataan tugas yang terbukti tidak reliabel dan 86 pasang pernyataan tugas terbukti reliabel dengan koefisien reliabilitas berkisar antara 0,023 sampai 0,483. Pemyataan tugas yang terbukti reliabel, yaitu pada Teknik Listrik Industri situasi (item) B, C dan D serta pada Teknik Mesin Perkakas situasi (item) A, C dan D. Adapun rentang koefisien reliabilitas berkisar antara 0,023 sampai 0,483 mengindikasikan bahwa kebervariasian skor inventori minat kejuruan ini yang mencerminkan kondisi responden yang sebenarnya atau minat kejuruan responden sebesar 2,3% sampai 48,3%, sedangkan sebesar 51,7% sampai 97,7% terkait dengan kesalahan dalam pengukuran. Hasil uji validitas inventori minat kejuruan SMK kelompok Teknologi dan Industri menunjukkan hanya satu situasi (item) B yang terbukti valid, sedangkan situasi (item) A, C, D, E dan F terbukti tidak valid.
Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih luas di beberapa SMK kelompok Teknologi dan Industri (STM) dan meliputi siswa kelas 1, 2 dan 3 dengan rentang usia 16-18 tahun. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan terhadap pernyataan tugas Teknik Listrik Industri pada situasi (item) B, C dan D serta pernyataan tugas Teknik Mesin Perkakas pada situasi (item) A, C dan D yang terbukti tidak reliabel. Penelitian selanjutnya juga perlu memperhatikan proses pengadministrasian tes terutama yang terkait dengan kondisi ruang tes dan posisi duduk responden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vonny Susanty
"Teori Sensory Integration (SI) secara garis besar menjelaskan cara otak menerima dan memproses stimulus sensorik dari Iingkungan dan dari dalam tubuh (Trott, Laurel dan Windeck, 1993). Apabila seseorang dapat memproses input sensorik dengan baik, maka ia akan berperilaku secara adaptif. Sedangkan gangguan SI disebabkan karena individu kesulitan dalam menerima dan memproses input sensorik, sehingga perilaku yang muncul menjadi tidak adaptif. Hal ini terjadi pada anak ASO (Autism Spectrum Disorder) dan anak dengan gangguan perkembangan lain. Pemahaman mengenai gambaran sensorik sangat diperlukan untuk menentukan langkah-langkah intervensi, namun belum tersedia alat ukur yang terstandar, yang dapat memberikan gambaran sensorik anak.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis melakukan adaptasi terhadap alat ukut The Infant/Toddler Sensory Profile, yang dikembangkan oleh Dunn (2002) dan dianggap reliabel dan valid untuk mengukur gambaran sensoris anak usia 7 - 36 bulan yang telah mampu menerima dan mcngolah infonmsi melalui seluruh sistem sensorik. Penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif terhadap 103 subyak yang dipilih menggunuakan teknik incidental sampling. Subyek adalah caregiver (orang tua, kerabat dan pengasuh) yang mempunyai dan atau mengasuh anak usia 7 sampai dengan 36 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur ini cukup konsisten dalam mengukur gambaran sensorik anak usia 7 - 36 bulan. Analisa item dilakukan secara kualitatif dan dilakukan sejak awal penyusunan alat ukur ini. Alat ini juga valid, mengukur dimensi yang hendak diukur, melalui 6 faktor, yaitu sensation seeking, low threshold (context), low threshold (self), oral processing, low registration dan sensory avoiding.
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah memperbaiki penyusunan item berdasarkan membuat definisi operasional yang lebih konkrit. Selain itu, penambahan jumlah item pada beberapa dimensi serta penambahan jumlah sampel, terutama pada sampeI dari populasi anak-anak yang memiliki gangguan perkembangan, juga disarankan. Menambah metode penelitian dalam melakukan uji reliabilitas dan validitas sangat diperlukan untuk menyempurnakan alat ukur yang disusun.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rahmawati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai peran guru dan perkembangan kemampuan anak tunaganda-netra. Subjek dari penelitian ini adalah tiga orang guru yang mengajar anak tunaganda-netra. Gambaran mengenai peran guru diperoleh peneliti dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Selain itu, penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai perkembangan kemampuan anak tunaganda-netra pada delapan aspek perkembangan (kognitif, bahasa dan komunikasi, sosial, motorik kasar, motorik halus, orientasi-mobilitas, visual, bina-bantu diri). Gambaran tersebut diperoleh dengan melakukan asesmen pada anak. Karakteristik ketunaan siswa berbeda satu sama lain, tetapi mereka sama-sama mengalami ketunaan berupa tunanetra-tunarungu.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ketiga subjek telah menjalankan ketiga perannya (pengajar, manajer, dan konselor) dalam membantu perkembangan kemampuan anak tunaganda-netra. Perbedaan karakteristik siswa pada ketiga subjek membuat pelaksanaan peran menjadi berbeda. Dalam menjalankan peran-perannya, ketiga subjek melakukan metode yang berbeda dari guru kebanyakan seperti melakukan strategi pemaksaan untuk mengajarkan bahasa isyarat, menerapkan pengobatan herbal dan diet glutin untuk menangani epilepsi dan gangguan emosi, serta penerapan sudut individual bagi siswa yang sedang marah.

The purpose of this research is to get description about teacher`s role and skills development of Multiple Disabilities and Visual Impairment (MDVI) children. Respondent of this research are three teachers who teach MDVI children. Description about teacher`s role is got by the researcher from interview, observation, and document analysis. Beside that, this research also give the description about skills development of MDVI children in eight aspect of development (cognitive, language and communication, social, gross motor, fine motor, orientation-mobility, visual, and self-help). The description is got by doing assessment to the child. Characteristics if student`s impairment are different from one to another, but they have similarities that they are suffering deaf-blind.
From this research is knew that the three subjects already done the three teacher`s role (instructional expert, manajer, and counselor) in helping skills development of MDVI children. Differences of children`s characteristics make the role implementation become different too. When implementing their roles, those three respondent doing methods that differ from most of other teachers like doing forcing strategy to teach sign language, applicating herbal medical treatment and glutine diet to handle epilepsy and emotional disturbance, and also applicating individual corner for angry student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Martiana
"Perkembangan remaja ditandai oleh perkembangan seksualitas yang terdiri dari perkembangan fisik, pengetahuan seksual, dan perilaku seksual (Crooks & Baur, 2005). Dalam pengembangan seksualitasnya, remaja cenderung mencari informasi dari sumber-sumber lain seperti teman sebaya, sekolah, guru, dan media massa, khususnya televisi (TV) (Peterson, 2004). TV menjadi sumber yang penting untuk bersosialisasi yang diandalkan oleh para remaja dan digunakan secara eksklusif (Roberts, Foehr, & Rideout, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh TV terhadap sikap seksual remaja, secara khusus hipotesis pertama studi ini ialah hubungan antara durasi menonton TV dan sikap seksual pada remaja. Hipotesis kedua studi ini ialah perbedaan antara hubungan heavy dan light viewers terhadap sikap seksual remaja. Landasan teori yang digunakan ialah teori seksualitas, perkembangan seksual remaja, sikap, dan teori kultivasi (Gerbner, 1976; Vaughan & Hogg, 2005, Wikipedia, 2007). Alat ukur divalidasikan pada studi ini yang kemudian dipakai untuk pengambilan data pada 71 murid SMA 6 Jakarta. Responden berpartisipasi untuk mengisi kuesioner yang mengukur sikap seksual remaja berdasarkan 3 komponen, yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Korelasi point-biserial menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara durasi menonton TV dan sikap seksual remaja. Independent groups t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hubungan heavy dan light viewers terhadap sikap seksual remaja. Hipotesis pertama diterima sedangkan hipotesis kedua ditolak. Penelitian lanjutan sebaiknya memperhatikan jumlah sampel, teknik pengambilan sampel, desain penelitian, alat ukur, dan variabel lain.

Adolescent development is colored by development of sexuality which consists of physical development, sexual knowledge, and sexual behavior (Crooks & Bau, 2005). As they develop their sexuality, they started to look up and rely on peers, schools, teachers, and mass media especially television (TV) (Peterson, 2004). TV has become an important source of socialization which most of teenagers have been relied on and have been used exclusively (Roberts, Foehr, & Rideout, 2004). Current study is aimed to examine the influence of TV-viewing towards adolescents? sexual attitudes. There are 2 hypotheses to be tested in 71 high school students at SMA 6 Jakarta. First, it is hypothesized that the TV-viewing duration would correlate with sexual attitudes. Second, heavy viewers and light viewers would significantly different in terms of sexual attitudes. The theories of sexuality, adolescent sexual development, attitude, and cultivation theories are used as a theoretical background in this study (Gerbner, 1976; Vaughan & Hogg, 2005, Wikipedia, 2007). The attitude scale is validated and then used in current study. The participants were asked to complete questionnaires which measure the sexual attitudes. Results indicated that there was a significant positive correlation between TV-viewing duration and adolescents? sexual attitudes. An independent group t-test revealed a nonsignificant difference between heavy viewers and light viewers in sexual attitudes. The first hypothesis is supported while the second hypothesis is not supported with current research findings. Further research should carefully and structurally select the sample, and the examination of other research design, attitude scale and TV-viewing habit variables are needed."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Andiny
"Penelitian ini mencoba melihat perbedaan self-efficacy antara guru yang mengajar di SMA 'Plus' dengan guru yang mengajar di SMA Non 'Plus'. Partisipan dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA 'Plus' dan guru-guru SMA non 'Plus' di DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner skala Likert. Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah guru tetap yang mengajar di SMA 'Plus' ataupun SMA non 'Plus', hanya mengajar satu mata pelajaran, dan telah mengajar lebih dari satu tahun. Partisipan yang berhasil didapatkan berjumlah 104, dengan rincian sebanyak 57 partisipan dari SMA 'Plus' dan 47 partisipan dari SMA Non 'Plus'.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan self-efficacy yang signifikan antara guru SMA 'Plus' dengan guru SMA non 'Plus'. Hal ini berarti dalam penelitian ini, tingkat self-efficacy guru tidak berbeda pada lingkungan mengajar yang berbeda. Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya mencoba melihat perbedaan self-efficacy pada guru di lingkungan sekolah yang berbeda, selain SMA 'Plus' dan SMA Non 'Plus'."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.2 AND p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirandi N.E.S.
"Penelitian ini tentang kemandirian pada remaja yang terlibat dalam Program Pembinaan Kesiswaan (P2K). P2K terdiri dari organisasi siswa dan kegiatan ekstrakurikuler. Remaja yang terlibat aktif dalam P2K dinilai akan memiliki inisiatif, tanggung jawab dan kontrol diri yang tinggi. Ketiga hal ini erat kaitannya dengan kemandirian remaja. Data yang didapat dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan metode kuesioner sebagai alat pengumpul data. Partisipan penelitian berjumlah 119 siswa/I SMA kelas XI yang sedang terlibat sebagai pengurus maupun anggota dalam P2K baik organisasi siswa maupun kegiatan ekstrakurikuler. Analisis dilakukan dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan dalam P2K dengan kemandirian remaja. Berarti, remaja yang terlibat semakin aktif dalam P2K akan semakin mandiri. Berdasarkan pengolahan dimensi-dimensi kemandirian remaja, ditemukan bahwa keterlibatan dalam P2K memiliki hubungan positif yang signifikan dengan dimensi Attitudinal Autonomy dan Functional Autonomy. Ini berarti, keterlibatan dalam P2K membuat remaja mampu menentukan tujuan dan memilih strategi efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan Emotional Autonomy. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan dalam P2K tidak membuat remaja sepenuhnya terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain dapat dibandingkan kemandirian antara siswa yang terlibat dengan yang tidak terlibat dalam P2K. Saran praktis untuk sekolah adalah agar lebih meningkatkan kualitas dari organisasi siswa dan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

This study is about adolescence involvement in school-based extracurricular activity and their autonomy. School-based extracurricular activity is including student organization and extracurricular activities. Adolescence whose involve in that activity will have high initiative, responsible and self-control. These are related to autonomy. This is a quantitative study using questionnaire as a tool to collect data. Subject of this study is 119 second year high school student whose involve in student organization or extracurricular activities. To analyze, Pearson Product Moment correlation is being used. The result of this study said that there is a significant correlation between involving in school-based extracurricular activity and adolescence autonomy. It means, student whose highly involved in that activity will have high autonomy. Analysis aspects of adolescence autonomy shows that involving in that activity has a positive correlation with attitudinal and functional autonomy. This means that by involving in school-based extracurricular activities, adolescence is capable to find a goal and select the most effective strategy to fulfill it. However, it does not has correlation with emotional autonomy. It means that involving in school-based extracurricular activities does not make adolescence fully capable to stand to their decision without influence from others. Suggestion for next study is to compare the adolescence autonomy between student whose involved and uninvolved in school-based extracurricular activities. Suggestion for school is to maximize the quality of school-based extracurricular activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
155.5 MIR h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fellianti Muzdalifah
"Dalam membina hubungan dengan orang lain manusia membutuhkan suatu kecakapan untuk memulai dan mempertahankan hubungannya Kecakapan ini disebut dengan keterampilan sosial. Bila seseorang memiliki keterampilan sosial yang sudah baik, maka dirinya akan lebih rnudah melakukan interaksi dan beradaptasi dengan orang lain. Ia juga mampu dalam menganalisa dan memutuskan pennasalahan dari situasi-situasi sosial secara tepat. Namun demikian, tidak semua manusia memiliki keterampilan sosial yang baik. Individu yang memiliki hambatan fisik dan psikis sulit mencapai keterampilan sosial dengan baik, misalnya penyandang tuna rungu.
Penyandang tuna rungu adalah individu yang kehilangan atau kurang mampu daiam mendengarkan yang disebabkan panca indera pendengarannya tidak bertimgsi dengan semestinya. Akibat ketidakmampuan dalam mendengarkan, penyandang tuna rungu mengalami hambatan dalam perkembangan sosialnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap keterampilan sosial yang dimilikinya. Unluk meningkatkan keterampilan sosial bagi penyandang tuna nmgu maka perlu adanya suatu program pembelajaran keterampilan sosial.
Program pembelaiaran keterampilan sosial ini ditujukan kepada para penyandang tuna nlngu yang berada di bawah bimbingan Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur. Program pembelajaran keterampilan sosial ini terdiri dari empat materi, yaitu komunikasi non verbal, mendengarkan_ empati, dan asenif yang merupakan kemampuan dasar bagi seseorang dalarn membina hubungan dengan orang lain.
Penyajian program ini menggunakan metode description, modelling, role playing, dan games yang disesuaikan dengan karakteristik penyandang tuna rungm Program ini dijalankan selama 4 hari berturut-turut. Agar program ini lebih efektif maka dalam pelaksanaarmya setiap kelas terdiri dari 6 orang penyandang tuna rungu dengan I orang pengajar dan I wakil pengajar.
Program pembelajaran keterampilan sosial ini belum pemah diujicobakan kepada penyandaug tuna rungu sehingga dalam pelaksanaannya nanti akan diperoleh umpan balik mengenai keefektifan metode dan materi bagi tercapai tujuan dari program pembelajaran ketrampilan sosial. Dengan adanya program pembelajaran keterampilan sosial ini diharapkan penyandang tuna rungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicaxa Melati Bambu Apus, Jakarta Timur akan memiliki keterampilan sosial yang akan membantunya dalam beradaptasi di lingkungan sosialnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Widyasari
"Pembuatan program intervensi ini bertujuan untuk memhentuk kemampuan bantu diri makan menggunakan sendok bagi anak tuna netra-rungu bemsia 6 tahun 2 bulan dengan mctode modifikasi perilaku. Pronquing dan fading merupakan teknik pembentukan perilaku yang dilakukan karena teknik tcrsebut merupakan teknik yang paling panting ketika akan mcngajarkan kemampuan bantu diri makan (Snell, 1983). Selain itu, dipergunakan pula teknik shaping karena anak mendapatkan kemandiriannya dalam mcnampilkan kcmampuan bantu diri melalui tahapan-tahapan (Venkatesan, 2004).
Dalam pelaksanaarmya, disertakan pula program intewcnsi cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat untuk aktivitas makan agar guru dan orangtua dapat berkomunikasi secara konsisten dengan subyek. Intervensi dilakukan di mmah dan dilaksanakan oleh peneliti dan orangtua.
Hasil yang didapatkan setelah program intervensi dijalankan adalah adanya peningkatan kemampuan subyek dalam menggunakan sendok ketika aktivitas makan. Suhyek juga terlihat mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menjalankan program intervensi secara berkesinambungan dengan dua orang peneliti atau lebih, penggunaan sendok yang lebih sesuai dengan kebutuhan anak, serta pelibatan ahli dan tenaga profesional yang bergcrak di bidang tuna netra-rungu.

The aim of this intervention program is to shape self-help skill in eating with a spoon for deatlblind child aged 6 year 2 months using behavior modification method. Prompting and fading are the techniques used to shape behavior because those techniques are the most important in teaching self-help eating skill (Snell, 1983). Moreover, shaping technique is also used because children will learn independence in showing self-help skill through numerous phases (Venkatesan, 2004).
In implementing the intervention program, it is necessary to include the sign language program for eating activity to facilitate teachers and parents to be able to communicate with the subject consistently. Intervention was conducted by a researcher and subject`s parents at subject’s home.
Result of the intervention program shows there is an increase in subject’s self-help skill in using spoon while eating. Subject also begins to show an ability to communicate with sign-language. For liirther interventions, a few suggestions are made, such as implementing the intervention program continuously with two or more researchers, the use of a spoon which is in line with the need ofthe child, and the involvement of experts and professionals in deaf-blind children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34042
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uly Gusniarti
"Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar (LKID) merupakan sebuah program yang wajib diikuti oleh mahasiswa baru di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Sebagai program yang sudah berjalan selama enam tahun, program ini perlu untuk dievaluasi karena selama ini belum pernah ada yang melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan hasil program LKID. Evaluasi terhadap program LKID ini dilakukan dengan melihat efektivitas perencanaan dan pelaksanaan program LKID pada tahun akademik 2003/2004 serta mencoba untuk menggunakan empat tahap evaluasi model Kirkpatrick yaitu evaluasi terhadap reaksi peserta, evaluasi terhadap hasil pembelajaran, evaluasi terhadap perilaku, dan evaluasi terhadap hasil pelatihan.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode pengambilan data berupa wawancara terhadap pengelola dan peserta program LKID tahun akademik 2003/2004, daftar isian, serta dokumentasi dilakukan analisis terhadap efektivitas program LKID ini. Secara umum program LKID yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UII belum dapat dikatakan sebagai program pelatihan yang efel-:tif Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat suatu program pelatihan yang efektif belum pemah dilal
Hal-hal yang menjadi temuan dalam penelitian ini antara lain adalah fasilitator dianggap belum mampu membangkitkan motivasi peserta untuk belajar dan belum memiliki pengalaman yang cukup; fasilitas selama program LKID berlangsung dirasakan kurang memuaskan peserta; hampir tidak ada satupun peserta yang merasa senang mengikuti program LKID dari awal sampai akhir; hampir semua peserta cukup mengetahui tujuan umum program LKID namun tidak ada satupun yang mengetahui sasaran utama program LKJD yaitu membuat mahasiswa mau aktif dalam organisasi intrakampus; peserta menilai sasaran dari program LKID belum tercapai; tidak ada satupun peserta yang ingat dengan semua judul materi yang didapat selama LKID; sebagian peserta merasa materi yang diberikan selama LKID cukup dapat mereka pahami walaupun ada beberapa materi yang dirasa sulit untuk dipahami seperti materi tentang Manajemen, Pilar Substansial Islam, dan Dakwah; peserta yang tidak mengalami perubahan sikap terhadap organisasi lebih banyak daripada peserta yang mengalami perubahan sikap terhadap organisasi setelah mengikuti LKID; peserta cukup merasakan adanya perubahan dalam pemahaman akan diri sendiri setelah mengikuti LKID; peserta tidak merasakan adanya perubahan minat terhadap organisasi setelah mengikuti LKID; peserta yang tidak mengalami perubahan dalam hal keterampilan manajerial lebih banyak daripada peserta yang merasakan adanya perubahan dalam keterampilan manajerial setelah mengikuti LKID; tidak ada satupun peserta yang rnerasa mengalami perubahan kemampuan dalam menulis ilmiah setelah mengikuti LKID; perubahan dalam kemampuan kepemimpinan hanya dirasakan oleh sebagian kecil peserta setelah mengikuti LKID; sebagian besar peserta merasa tidak ada perubahan yang cukup dalam kemampuan berdakwah setelah mengikuti LKID; Serta Fakultas dinilai kurang memberikan dukungan dan sarana bagi pengembangan kemampuan dan perubahan perilaku peserta setelah selesai mengikuti LKID; Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa upaya yang sebaiknya dilakukan Oleh penyelenggara untuk meningkatkan dan mengembangkan program LKID di masa yang akan datang. Saran-saran yang diberikan dapat digunakan untuk proses perencanaan dan pelaksanaan LKID selanjutnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marantika, Dika
"Pendidikan inklusif merupakan model pendidikan terintegrasi yang sedang berkembang bagi anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap pendidikan inklusif dan strategi pengajaran pada guru SMA Negeri Inklusif (N=56) dan SMA Swasta Inklusif (N=57). Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan menggunakan alat ukur The Multidimensional Attitude Toward Inclusive Education Scale (MATIES) dan Bander Classroom Structure Questionnaire (BCSQ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara sikap terhadap pendidikan inklusif dan strategi pengajaran pada guru di SMA negeri inklusif dan SMA swasta inklusif. Dan tidak ditemukan perbedaan sikap terhadap pendidikan inklusif dan strategi pengajaran pada kedua kelompok. Penelitian ini merekomendasikan untuk memberikan pelatihan terkait pendidikan inklusif dan penanganan anak kebutuhan khusus bagi para guru.

Inclusive Education is the integrated education model that develop to special education students. The aim of this research is to investigate the relationship between attitude toward inclusive education and teaching strategy of teachers in inclusive public high school (N=56) and inclusive private high school (N=57). This research uses accidental sampling technique using The Multidimensional Attitude Toward Inclusive Education Scale (MATIES) and Bander Classroom Structure Questionnaire (BCSQ).
The result of this research shows that there is a significance correlation between attitude toward inclusive education and teaching strategy of teachers in inclusive public high school and inclusive private high school. And there is no difference between attitude toward inclusive education and teaching strategy in both groups. This research recommends the training about inclusive education and handling of children with special needs for the teachers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>