Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Listiono
"Di Kabupaten Bogor diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan rnasyarakat yang cukup serius, selain angka kejadian yang tinggi, dalam 5 tahun terakhir selalu menimbulkan KLB. Bahkan pada tahun 2009 tezjadi 8 icali kejadian KLB diare di empat kecamatan, salah satunya di wilayah kerja Puskesmas Lebakwangi, Kecamatan Cigudeg, sebanyak 258 penderita dengan CFR sebesar 0,78%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeiahui falctor-faktor yang berhubungan dngan kejadian diare di wilayah keija Puskesmas Lebakwangi, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor tahun 2009.
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol, sebagai kasus adalah penderita diare diwilayah keija Puskesmas Lebakwangi periode 22 Agustus 2009 sarnpai dengan periode KLB berakhir, sebagai kontrol penduduk di wilayah yang sama. Sampel berjumlah 130 untuk kasus dan 130 untuk I-control- Pengumpulan data dengan wawancara langsung menggunakan kuesionr terstmktur. Kuesioner berisi pertanyaan tentang variabel karakteristik responden, perilaku dan lingkungan. Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariat.
Dari analisis secara multivariate diperoleh bahwa faktor kebiasaan mencuci alat-alat makan tidal-c menggunakan sabun berisiko 3,38 kali lebih besar unnik teljadinya diare dibanding dengan yang mencuoi dengan menggunakan sabun. Responden yang tidak menggunakan jamban keluarga berisiko 2,76 kali dibading dengan yang menggunakan jamban keluarga. Ketersediaan sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 1,79 kali Iebih besar dibanding dengan yang menggunakan air bersih.
Kesimpulan: mencuci alat makan dengan sabun, ketersediaan jamban keluarga clan ketersediaan sumber air bersih merupakan risiko yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Lebakwangi 2009.

In Bogor District diarrhea is still a very serious public health problem, in addition to high morbidity, in the last five years always cause outbreaks. Even in 2009, have been 8 times occurrence of diarrhea outbreak in four sub district, one occur in the working area of Lebakwangi Public Health Center, Cigudeg Sub District, with a total of 258 patients and CFR 0-78%. The purpose of this study was to determine factors associated with occurrence of diarrhea in the working area of Lebakwangi Public Health Center, Cigudeg Sub District, Bogor District in 2009.
This study design case-control, as case is patients with diarrhea in Lebabkwangi Public Health Center territory, since 22 August 2009 until outbreak ends, as a control is persons without diarrhea in population in the same region. The number of sample 130 for cases and 130 for controls. The collection of data by direct interviews using a structured questionnaire. The questionnaire obtains questions about variable characteristics of respondent, behaviors and environment variable. Data analysis was done using univariate, bivariate and multivariate.
From multivariate analysis found that behaviors factor did not 'use Soap to wash eating equipment 3.38 times greater risk for the occurrence of diarrhea compared with washing with soap. Respondent that didn't utilize family latrine will be risk 2,76 times for occurance diarrhea compaired they utilize family latrine. The availability of clean water sources that do not meet health requirements 1.79 times greater risk for the occurrence of diarrhea compared than using clean water that meet health requirements.
Conclusion: washing eating tool with soap, availability of family latrine and availability of clean water source that meet health requirements is risk factors that associate with occurrence of diarrhea in Lebakwangi Health Center Territory, Cigudeg Sub District in 2009.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33208
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Gede Artawan Eka Putra
"Peningkatan prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Temanggung merupakan masalah yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru (PMK) terhadap pencapaian berat normal pada BBLR. Desain penelitian ini adalah hohort retrospektif dengan survival analysis. Populasi adalah BBLR yang lahir periode 1 Januari sampai 31 Desember 2011. Jumlah sampel sebanyak 192, terbagi menjadi kelompok terpajan dan tidak terpajan PMK.
Penelitian ini mendapatkan bahwa median waktu pencapaian berat normal pada BBLR terjadi pada minggu ke-8. BBLR yang mendapat PMK, median waktu tercapai pada minggu ke-6 sedangkan yang tidak setelah minggu ke-8 (nilai p=0,006). Risiko pencapaian berat normal pada BBLR yang mendapat PMK 2,1 kali dari pada yang tidak (95%CI: 1,3-3,5). Untuk itu penerapan PMK sangat penting dilakukan dalam merawat BBLR.

The Increased of LBW (low birth weight) prevalence in Temanggung was an important problem. The study aimed to determine the influence of kangaroo mother care KMC at LBW to achieve the normal weight. The design was a retrospective cohort with survival analysis. The population was LBW that born at January 1 ? December 31, 2011.
This study found that median time of LBW to achieve normal weight at week 8. LBW who received KMC, median time achieved at week 6, while who did not, median time achieved after week 8 (p value = 0.006). The risk of LBW with KMC to achieve the normal weight 2.1 times than LBW without KMC. (95%CI: 1.3 to 3.5). In addition the KMC is very important conducted to care LBW.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30494
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Rahmansyah
"ABSTRAK
Tahun 2009 Indonesia berada pada peringkat kelima dunia dalam jumlah
orang dengan TB. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total
jumlah pasien TB didunia. Salah satu permasalahan program TB yaitu tingginya
angka DO. Tahun 2010 angka DO kota Palembang yaitu 6,3% dan tertinggi di
Rumah Sakit Paru Palembang yaitu 17,64%. Studi ini bertujuan untuk mengetahui
faktor yang berhubungan dengan terjadinya DO pada penderita TB paru. Desain
penelitian ini kohort retrospektif dengan estimasi survival Kaplan Meier dan Log
Rank Test sebagai analisis bivariat serta regresi cox sebagai analisis multivariat.
Populasi penelitian ini adalah semua penderita TB dewasa di Rumah Sakit Paru
Palembang tahun 2010. Sampel adalah keseluruhan populasi (N=205). Penelitian ini
mendapatkan angka DO penderita TB paru di Rumah Sakit Paru Palembang tahun
2010 sebesar 21,5%. Faktor yang berhubungan dengan DO yaitu status pekerjaan
p=0,003 (HR=3,7 95%CI: 1,6 ? 8,4) dan efek samping obat p=<0,001 (HR 7,3
95%CI: 3,1-17,2). Penderita TB terutama yang bekerja perlu dimotivasi dalam
menjalani pengobatan dan mendapat manajemen yang baik untuk mengantisipasi efek
samping obat.

ABSTRACT
In 2009 Indonesia was the fifth in the world in the number of people with TB.
The number of TB cases in Indonesia approximately 5.8% of total number of the
world. One of TB program problem is the high of dropout rate. In 2010 in Palembang
the dropout rates were 6.3% and the highest were 17.64% in Palembang Lung
Hospital. This study aimed to identify the factors that associated to dropout of
pulmonary TB cases. This was a retrospective cohort study using Kaplan-Meier
survival estimation and Log Rank test in bivariate analysis and Cox Regression in
multivariate analysis. The population was all of adult TB cases at Palembang
Hospital 2010. The sample were total population (N=205). The study found 21.5% of
TB cases at Palembang Lung Hospital 2010 were dropout. The factors that associated
to drop out were occupation status p=0,003 (HR=3.7, 95%CI: 1.7?8.4) and side effect
of anti tuberculosis drugs p=<0,001 (HR=7.3, 95%CI: 3.1?17.2). Need a good
motivation to support the therapy of TB cases that have work and a good
management to anticipated the side effect of therapy."
2012
T30717
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adang Mulyana
"ABSTRAK
Persalinan 2 bidan merupakan kebijakan baru di Kabupaten Kebumen dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi AKB.
Desain studi kohort restropektif pada ibu bayi untuk mengetahui hubungan
pelayanan 2 bidan dengan pengetahuan dan kepuasan ibu tentang asuhan bayi
baru lahir (BBL). Jumlah sampel 226 ibu. Persalinan 2 bidan berpengaruh
terhadap peningkatan pegetahuan pelayanan BBL (OR: 4,61, 95% CI 2,30-9,26)
setelah di kontrol pelatihan APN dan pendidikan ibu, tetapi tidak berpengaruh
terhadap kepuasan (OR: 0,11, 95% CI 0,01-1,24). Dalam jangka pendek kebijakan
tersebut cukup baik. Pemerintah perlu meningkatkan mutu layanan untuk
meningkatkan kepuasan ibu

ABSTRACT
2 midwives childbirth is a new policy in Kebumen in to reduce maternal mortality
(MMR) and infant mortality rate IMR. Retrospective cohort study design on the
baby's mother to determine the relationship of labor 2 midwives with the
knowledge and satisfaction about the mothers of newborncare (NBW). Number of
samples 226 mothers. 2 midwives childbirth affect the increased knowledge of
newborn care (OR: 4.61, 95% CI 2.30 to 9.26) after the control of APN training
and education of the mother, but had no effect on satisfaction (OR: 0.11, 95% CI
0.01 to 1.24). In the short term the policy is good enough. Governments need to
improve the quality of services to improve maternal satisfaction."
2012
T30776
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Musthofa
"Di Kabupaten Pacitan kasus malaria didominasi oleh pekerja musiman yang pulang bekerja dari luar jawa 347 orang (95,8% dari total kasus) pada tahun 2011. Berdasarkan surveilans aktif Puskesmas Tegalombo prosentase pekerja musiman bergejala klinis malaria yang pulang dari luar Jawa tidak memeriksakan ke layanan kesehatan sebesar 76,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman yang bekerja keluar pulau jawa setelah kepulangannya di daerah asal tempat tinggalnya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 270 pekerja musiman, berumur ≥ 17 tahun dengan gejala klinis malaria 1 bulan setelah kedatangannya dari luar Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan 37,4% pekerja musiman melakukan pengobatan sendiri malaria klinis yang dideritanya. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan dan jarak dengan perilaku pencarian pengobatan malaria klinis pekerja musiman keluar Pulau Jawa dengan OR masing-masing 2,43 (95% CI; 1.411-4.171) dan 3,38 ( 95 CI; 1,945- 5,862) Pendekatan layanan kesehatan hendaknya di ikuti dengan peningkatan pengetahuan petugas kesehatan khususnya bidan desa dan perawat untuk melakukan pengambilan sediaan darah guna penegakan diagnosis pasti malaria. Diperlukan peningkatan pengetahuan pekerja musiman melalui media penyuluhan.

In Pacitan district case of malaria dominated by temporally workers who return to work from outside Java island. In 2011 total case of malaria by temporally 347 people (95.8% of total cases). Percentage of clinical malaria temporally workers who come from outside Java island not hecked into the Tegalombo health service is 76%. The Objective of this study was to determine clinical malaria treatment seeking behavior of temporally workers who work out of Java island after his return to his residence. Study design is cross sectional. Research subjects and as many as 270 temporally workers aged ≥ 17 years, one month after his arrival from outside Java.
The results showed 37% of temporally workers make own treatment of clinical malaria symptoms that their suffered. There is a significant association between the variables of knowledge and distance with a clinical malaria treatment seeking behavior temporally workers with respective OR 2.43 (95% CI: 1411-4171) and 3.38 (95 CI: 1.945 to 5.862). Health care approach should be followed by an increase in knowledge of health workers, especially midwives and nurses to perform collection of blood preparation for definite diagnosis of malaria. Required increased knowledge of temporally workers through media outreach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kurnia Rabbani
"Gizi kurang sering dialami anak. Ini perlu perhatian karena menyangkut mutu generasi muda. Gizi buruk sering berakibat kematian. Kemiskinan sering dijadikan alasan penyebab gizi kurang. Semakin parah jika ditambah dengan adanya pengeluaran rokok.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan besar pengeluaran RT untuk rokok dengan status gizi balita pada RT miskin di kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor 2016.
Desain penelitian kasus kontrol, kasus adalah RT miskin yang memiliki balita (12-59 bulan) gizi kurang (Z-score < -2SD). Kontrol adalah RT miskin yang memiliki balita gizi baik (nilai z-score >-2 SD s/d 2 SD). Pemilihan kontrol dengan teknik simple random sampling dari desa yang sama dengan kasus. Analisis menggunakan regresi logistik ganda.
Hasil analisis adanya interaksi antara pengeluaran rokok dengan riwayat penyakit infeksi terhadapa status gizi. RT dengan pengeluaran rokok tinggi berisiko memiliki balita gizi kurang 8 ? 9 kali dibandingkan balita dalam RT dengan pengeluaran rokok rendah setelah mengontrol variabel riwayat penyakit infeksi, OR 8,86 (95% CI 4,01-19,58). Karena kemiskinan sudah membatasi RT dalam pemenuhan kebutuhannya ditambahlagi dengan adanya pengeluaran untuk rokok oleh sebab itu perlu peningkatan upaya promotif akan pentingnya gizi dan efek rokok dengan melibatkan semua sektor terkait serta tindakan tegas pemerintah dalam pengendalian tembakau.

Malnutrition often happened by children. It needs attention because it involves the quality of the young generation. Malnutrition is often fatal in child. Poverty often become a reason for the caused of malnutrition. It more severe with the cigarette expenditure.
The purpose of this study to determine the relationship of the family expenditures for cigarettes with nutritional status of the children in poor family in the Bojong Gede subdistrict, Bogor district, 2016.
Design study is case-control. Cases are poor family that have a children (12-59 months) with malnutrition (Z-score ≤ -2SD). Controls are poor family that have children (12-59 months) with good nutrition (Z-score >-2 SD). Selection of the control by simple random sampling from the same village with the case. Analysis using multiple logistic regression.
The results is OR 8,86 (95% CI 4,01-19,58) its mean family with high cigarette expenditure has a risk 8-9 times to make children have malnutrition compared children in poor family with lower cigarette expenditures after controlling infectious diseases variable. Need to increase promotional about the importance of nutrition and the effects of smoking by involving all relevant sectors. The central government can raise taxes on tobacco and cigarette prices and restrictions on cigarette advertising. Must be committed to the local regulations about the region without cigarettes, to actually apply punishment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Totok Sutianto
"Ibadah haji adalah ibadah dengan aktifitas fisik tinggi yang membutuhkan kebugaran fisik. Komponen penting kebugaran fisik yaitu kebugaran jantung-paru. Faktor risiko yang berpengaruh adalah usia, pendidikan, penyakit yang diderita, perilaku kesehatan, lingkungan sosial, sosial ekonomi dan psikologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kebugaran jantung-paru calon jemaah haji usia ge; 40 tahun.Desain penelitian adalah cross sectional dengan sumber data sekunder rekapitulasi hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama calon jemaah haji usia ge; 40 tahun di Kabupaten Bogor Tahun 2017. Data diambil pada bulan Juli 2017, sebanyak 2.474 sampel terpilih dengan cara total population sample. Identifikasi variabel independen dan variabel dependen dilakukan berdasarkan data tersebut dan kemudian dilakukan analisis. Analisis yang digunakan yaitu Cox Regression.
Pada penelitian ini prevalensi kebugaran jantung-paru kurang sebesar 27,2. Prevalensi kebugaran jantung-paru kurang sebagian besar pada umur ge; 60 tahun 43,8, berjenis kelamin laki-laki 27,8, berpendidikan rendah 31,6, tidak bekerja 29,8, status gizi normal 28,4, hipertensi 46,7 dan ada penyakit jantung-paru 43,1. Kesimpulannya, faktor-faktor yang berhubungan bermakna terhadap kebugaran jantung-paru kurang adalah umur ge; 60 tahun, hipertensi, ada penyakit jantung-paru dan adanya variabel interaksi antara umur dengan tekanan darah. Calon jemaah haji, pada usia ge; 60 tahun jika hipertensi memiliki risiko 1,54 kali mempunyai kebugaran jantung paru kurang dan jika tidak hipertensi memiliki risiko 2,52 kali mempunyai kebugaran jantung paru kurang.

Hajj is worship with high physical activity that requires physical fitness. An important component of physical fitness is cardiorespiratory fitness. Influential risk factors are age, education, illness, health behavior, social environment, socioeconomic and psychological. This study was conducted to determine the risk factors that affect cardiorespiratory fitness of pilgrims candidate aged ge 40 years.The research design is cross sectional with secondary data source of recapitulation result of first stage examination of pilgrims candidate aged ge 40 years in Bogor Regency 2017. Data taken in July 2017, as many as 2,474 selected samples by total population sample. Identification of independent variables and dependent variables is done based on the data and then analyzed. The analysis used is Cox Regression.
In this study, the prevalence of cardiorespiratory fitness was less than 27,2. The prevalence of cardiorespiratory fitness was less common at age ge 60 years 43,8, male sex 27,8, low educated 31,6, non employment 29,8, normal nutritional status 28,4, hypertension 46,7 and cardiorespiratory disease 43,1. In conclusion, factors related significantly to cardiorespiratory fitness are less than age ge 60 years, hypertension, cardiorespiratory disease and the presence of variable interactions between age and blood pressure. Pilgrims candidate, at the age of ge 60 years if hypertension has a risk of 1,54 times have cardiorespiratory fitness less and if not hypertension has a risk of 2,52 times have less cardiorespiratory fitness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evawangi
"Skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan berat yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Di Indonesia, prevalensi skizofrenia adalah 1,7 per 1.000 populasi. Jumlah kunjungan gangguan jiwa di puskesmas Kabupaten Bogor telah meningkat secara signifikan dari 1.648 menjadi 13.390 pada tahun 2013-14. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan skizofrenia di Kabupaten Bogor tahun 2017.Studi kasus kontrol tidak berpasangan dilakukan di 63 puskesmas Kabupaten Bogor mulai Mei-Juni 2017. Kasus adalah penderita skizofrenia yang berusia 15-50 tahun yang didiagnosis oleh dokter / spesialis dan dicatat dalam register pasien puskesmas kabupaten Bogor pada tahun 2017. Kontrol Adalah orang sehat berusia 15-50 dan berdomisili di Kabupaten Bogor. Sebanyak 229 kasus dan 229 kontrol dipilih dengan teknik multistage sampling. Probability proportional to size digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing puskesmas. Kuesioner semi terstruktur yang telah diuji sebelumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang relevan dari kontrol dan salah satu anggota keluarga kasus.
Test Chi Square dan regresi logistik multivariat diterapkan untuk analisis data.Faktor-faktor yang berhubungan dengan skizofrenia: jenis kelamin laki-laki AdjOR: 11.68; 95 CI: 4,96 -27.50 , riwayat keluarga skizofrenia AdjOR: 4.02; 95 CI: 1,90-8,48 , pendidikan dasar AdjOR: 30,63; 95 CI: 4.21-222.81 , pendidikan menengah AdjOR: 25,35; 95 CI: 3,51-182.90 , pengangguran AdjOR: 5,6; 95 CI 2,52-12,45 , tidak menikah AdjOR: 8,20; 95 CI 2,52-12,45 , masalah dalam keluarga AdjOR: 4,93; 95 CI 2,43-9,99 dan masalah di tempat kerja / sekolah AdjOR: 32.60; 95 CI 7.29 - 145.76 .Dalam studi ini, faktor biologis laki-laki dan riwayat keluarga skizofrenia , sosio-demografi tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja dan tidak menikah dan faktor lingkungan masalah dalam keluarga dan tempat kerja/sekolah berhubungan dengan skizofrenia. Studi analitis prospektif diperlukan untuk mengeksplorasi lebih jauh hubungan ini.

Schizophrenia is a a chronic and severe mental disorder that affects thinking, feeling, and behavior of a person. In Indonesia, the prevalence of schizophrenia is 1.7 per 1,000 populations. The number of visits of mental disorders in puskesmas of Bogor Regency has increased significantly from 1,648 to 13,390 in 2013 14. This study aimed to determine the factors associated with schizophrenia in Bogor Regency 2017.An unmatched case control was conducted in 63 health centers of Bogor regency from May June 2017. Cases were schizophrenic patient aged 15 50 years diagnosed by physicians specialists and recorded in the register of Bogor district health centers in 2017. Controls were the healthy people aged 15 50 and domiciled in Bogor Regency. A total of 229 cases and 229 controls were selected by multistage sampling technique. Probability proportional to size was usedto determine the number of samples from each puskesmas. A pre tested semi structured questionnaires was used to collect relevant data from controls and one of the family members of cases.
Chi square test and multivariate logistic regression were applied for data analysis.Folowing factors were associated with schizophrenia male gender AdjOR 11.68 95 CI 4.96 27.50 , family history of schizophrenia AdjOR 4.02 95 CI 1,90 8,48 , basic education AdjOR 30.63 95 CI 4.21 222.81 , secondary education AdjOR 25.35 95 CI 3.51 182.90 , unemployed AdjOR 5.6 95 CI 2,52 12,45 , unmarried AdjOR 10,20 95 CI 2,52 12,45 , problems in the family AdjOR 4.93 95 CI 2.43 9.99 and problems at work school AdjOR 32.60 95 CI 7.29 145.76 .In the study setting, biological male and family history of schizophrenia ,sociodemographic low level of education, unemployment and unmarried and environmental factors problems in family, workplaceor school were associated with schizophrenia. Prospective analytical studies are needed to further explore these associations.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Aswal Liambo
"ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat, WHO melaporkan hampir satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diprediksi meningkat menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 nanti. Kurang aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlalu besar. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia sebesar 25,8 dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1 . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi kurang aktivitas fisik dan hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia berdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional, populasi penelitian yakni seluruh penduduk dewasa ge;18 tahun yang menjadi responden IFLS 5 tahun 2014 dengan sampel sebanyak 26.043 responden. Kriteria hipertensi menggunakan pedoman JNC-7 140/90 mmHg , penilaian aktivitas fisik berdasarkan kebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiri dari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 24,09 , proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68 , serta terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi P value 0,000 . Penduduk yang kurang aktivitas fisik berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yang memiliki aktivitas fisik aktif PR: 1,15; 95 CI: 1,09-1,21 . Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan fisik ringan berupa jalan kaki minimal selama 30 menit setiap harinya dan kepada Dinas Kesehatan untuk berinovasi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya aktivitas fisik dengan menggunakan sosial media Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya .

ABSTRACT
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHO reported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated that this number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physical activity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required great effort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was 25,8 and the proportion of insufficient physical activity was 26,1 . This study aims to know the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity and also its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years and above. The JNC 7 guidelines used to defined hypertension if systolic blood pressure ge 140 mmHg and or diastolic ge 90 mmHg , whereas physical activity measured by the habit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test on bivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertension was 24,09 and the proportion of insufficient physical activity was 35,68 . Statistical test shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension P value 0,000 , people with insufficient physical activity at risk 1,15 times having hypertension than those with active physical activity PR 1,15 95 CI 1,09 1,21 . Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province district health office needs to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promoting the benefit of physical activity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Henderiawati
"Pendahuluan: Ulkus diabetik masih menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia, penurunan kualitas hidup pasien dan membutuhkan sumber daya kesehatan yang besar. Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya luka pada kaki pasien Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan merawat kaki dengan kejadian ulkus diabetik. Metodologi: Penelitian kasus kontrol dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo periode April-Mei 2019. Total sampel 316 pasien diabetes terdiri dari 115 kasus dan 201 kontrol. Kasus merupakan semua pasien ulkus yang berobat periode Oktober 208-Mei 2019, kontrol merupakan pasien tanpa ulkus yang berobat periode April-Mei 2019 dan diambil secara random. Variabel yang diperiksa adalah Ulkus diabetik, merawat kaki, umur, lama menderita DM, kadar gula darah, hipertensi, obesitas, penggunaan alas kaki, merokok dan aktifitas fisik. Analisis menggunakan regresi logistik dengan backward procedure model. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dari 316 pasien sebagian besar mengalami ulkus derajat 2(50%) kemudian derajat 3(34%). Responden yang melakukan perawatan kaki dengan baik sebesar 61.71%, dengan distribusi kasus sebesar 45.22% dan kelompok kontrol sebesar 71.14%. Hasil analisis menunjukkan merawat kaki berhubungan dengan kejadian Ulkus diabetik dengan OR 2.71(CI 95% 1.67-4.41). Kesimpulan: Merawat kaki dengan baik dapat mengurang risiko terjadinya ulkus diabetik. Pasien yang tidak merawat kaki dengan baik berisiko 2.71 kali mengalami ulkus diabetik dibandingkan pasien yang merawat kaki dengan baik setelah dikontrol merokok dan obesitas.

Introduction: Diabetic ulcer is a major health problem in the world, impairment of the quality of life and consume a great deal of health system resources. Foot care is the primary prevention of diabetic ulcers. Foot care is an effort to prevent primary injuries in the legs of patients with Dianetes Melitus. The aim of this study was to determine the relationship of foot care with the incidence of diabetic ulcers. Methods: Case control studies were conducted at the Pasar Rebo District Health Center for the period April-May 2019. A total of 316 studies with 115 case and 201 kontrol. The cases were all ulcer patients for the period October 2018-May 2019, controls were patients without ulcer and taken randomly. The variables studied were diabetic ulcers, foot care, age, diabetes duration, blood glucose levels, hypertension, obesity, footwear use, smoking and physical activity. A backward logistic regression model was used for analysis. Results: The study showed that of the 316 patient most experienced grade 2 ulcers (50%) than grade 3(34%). Respondents with good foot care were 61.71%, with case distribution of 45.22% and controls 71.14%. The results of the analysis showed that foot care was correlations with diabetic ulcers. OR 2.71(CI 95% 1.67-4.41). Conclusion: Foot care can reduce the risk of diabetic ulcers. Patients who poor foot care have 2.71 times experiencing diabetic ulcers compared with patient who get good foot care after being cotrolled by smoking and obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>