Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vilia Wibianty
Abstrak :
Latar belakang: Populasi lanjut usia (lansia) Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Kerapuhan dan penyakit periodontal merupakan kondisi kronis yang umum terjadi pada populasi lansia. Keduanya juga diketahui memiliki kesamaan dalam beberapa faktor risiko yang ada. Keterbatasan individu lansia dalam merawat diri sendiri merupakan dasar dari hubungan kerapuhan lansia dengan kondisi kesehatan periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kerapuhan dengan status periodontal pada lansia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada subjek lansia berusia ≥60 tahun. Pemeriksaan tingkat kerapuhan menggunakan kuesioner kerapuhan berdasarkan resistensi, aktivitas, penyakit, usaha berjalan, dan kehilangan berat badan. Status periodontal yang diperiksa berupa skor plak, indeks kalkulus, bleeding on probing (BoP), jumlah gigi, dan stage periodontitis. Hasil Penelitian: Total 60 subjek penelitian dengan 46,6% subjek mengalami kerapuhan. Terdapat korelasi bermakna antara kerapuhan dengan skor plak, indeks kalkulus, BoP, jumlah gigi, dan stage periodontitis pada lansia (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada skor plak antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,000), pada BoP antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,003) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,003), serta pada jumlah gigi antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,011) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,023). Kesimpulan: Tingkat kerapuhan berhubungan dengan status periodontal pada lansia. ...... Background: Population of elderly in Indonesia is expected to continue to increase. Frailty and periodontal disease are chronic conditions that are common in the elderly population. Both are also known to have similarities in several existing risk factors. The limitations of elderly individuals in taking care of themselves are the basis of the relationship between frailty of elderly and periodontal health conditions. Objective: To analyze the relationship between frailty and periodontal status in the elderly. Method: This research is a cross-sectional study. Data collection was carried out on elderly subjects aged ≥60 years. Examination of frailty using a frailty questionnaire based on resistance, activity, disease, effort to walk, and weight loss. Periodontal clinical parameters examined were plaque score, calculus index, bleeding on probing (BoP), number of teeth, and stage of periodontitis. Results: A total of 60 research subjects with 46.6% of subjects experiencing frailty. There was a significant correlation between frailty and plaque score, calculus index, BoP, numbers of teeth, and stage of periodontitis in the elderly (p<0.05). There were significant differences in plaque scores between frail and normal subject groups (p=0.000), in the BoP between the frail and normal subject groups (p=0.003) and the pre-frail and frail subject groups (p=0.003), and in the number of teeth between the subject groups. frail to normal (p=0.011) and pre-frail subjects to frail (p=0.023). Conclusion: Frailty is associated with periodontal status in the elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valdy Hartono
Abstrak :
Penyakit periodontal, termasuk gingivitis dan periodontitis, merupakan penyakit yang memiliki prevalensi tinggi. Pandemi COVID-19 mempersulit pasien untuk mendapatkan perawatan periodontal, sedangkan kebutuhan akan perawatan terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas mobile application periodontal, yakni suatu inovasi dan solusi untuk permasalahan tersebut, dengan cara membandingkan parameter inflamasi klinis dan psikomotor penderita gingivitis maupun periodontitis, antara kelompok yang diberikan intervensi mobile application dan kelompok yang tidak diberikan intervensi setelah satu dan tiga bulan penggunaan. Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terbagi secara acak dan merata pada kelompok uji dan kelompok kontrol. Parameter inflamasi klinis yang diperiksa ialah bleeding on probing (BoP) dan probing pocket depth (PPD). Peneliti menganalisis hasil perbandingan rerata nilai BoP, PPD, dan psikomotor antar kelompok uji dan kontrol serta dalam masing-masing kelompok uji dan kontrol setelah satu dan tiga bulan penggunaan. Hasil analisis antar kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik rerata nilai BoP, PPD, dan psikomotor, kecuali parameter PPD pada penderita periodontitis. Hasil analisis dalam kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik pada seluruh parameter pada kelompok uji, sedangkan pada kelompok kontrol, tidak ditemukan adanya perbedaan rerata nilai psikomotor yang bermakna. Studi ini menunjukkan bahwa perawatan periodontal berbasis mobile application dinilai efektif khususnya dalam pandemi COVID-19. ...... Periodontal disease, including gingivitis and periodontitis, is a highly prevalent disease. The COVID-19 pandemic has made it challenging for patients to receive periodontal therapy, despite the demand for treatment is still increasing. This study aims to evaluate the effectivity of periodontal mobile application, which is an innovation and solution for this problematic situation, by comparing clinical parameters of inflammation and psychomotor scores in gingivitis and periodontitis patients, between the group that was given the mobile application and the group that was not given the intervention after 1 and 3 months of use. Forty subjects were randomly and evenly distributed into the test and control group. The clinical inflammation parameters examined were bleeding on probing (BoP) and probing pocket depth (PPD). The author analyzed the comparison results of the mean values of BoP, PPD, and psychomotor between the groups (inter-group) and within the groups (intra-group) after one and three months of use. The results of the inter-group analysis showed that there were statistically significant differences in the mean values of BoP, PPD, and psychomotor, except for PPD parameter in patients with periodontitis. The results of the intra-group showed that there were statistically significant differences in all parameters in the test group, while in the control group, there was no significant differences in the mean of psychomotor scores. This study shows that mobile application-based periodontal treatment is considered effective especially in COVID-19 pandemic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putriani Grisnanda
Abstrak :
Latar Belakang: Diabetes mengganggu sistem kekebalan umum yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap patogen. Tingkat keparahan inflamasi pada pasien periodontitis disertai diabetes melitus (PD-DM) juga dipengaruhi oleh tingkat perilaku kebersihan mulut. Penelitian ini menganalisis hubungan antara kesadaran diri terhadap kondisi periodontal (KP) dengan pengetahuan tentang periodontitis (PP) dan perilaku kebersihan mulut (POH) pada pasien PD-DM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei potong silang pada masa Pandemi Covid-19. Kuesioner tatap muka dilakukan pada kelompok PD-DM (n=29), periodontitis (n=31), dan kontrol (n=24). Reliabilitas kuesioner ditentukan dengan Cronbach. dan regresi linier berganda digunakan untuk mengkorelasikan PP dan POH dengan KP pada kelompok PD-DM, periodontitis, dan kontrol. Hasil: Uji-T parsial dan uji-F simultan pada kelompok PD-DM masing-masing p<0,05 dan p<0,001. KP atau OHB pada kelompok PD-DM berkorelasi signifikan dengan KP. Kontribusi PP (56%) lebih besar mempengaruhi KP dibandingkan POH pada kelompok PD-DM. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara PP dan POH terhadap KP pada kelompok PD-DM. ......Objectives: Diabetes compromises the general immune system that could affect the response of the periodontium to the pathogen. The severity of inflammation in periodontitis and person with diabetes (PWD) patients was also influenced by the level of oral hygiene behaviour. This study analyzes the relationship between self-awareness of periodontal condition (SAP) to the knowledge of periodontitis (KP) and oral hygiene behaviour (OHB) in diabetic patients. Materials and Methods: This study is a cross-sectional survey design during the Covid-19 Pandemic. A face-to-face questionnaire was conducted for periodontitis with the PWD group (n=29), periodontitis group (n=31), and healthy/gingivitis patients or the control group (n=24). The reliability of the questionnaire was determined with Cronbach’s . Multiple regression linear used to correlate the KP and OHB to SAP in the PWD group. Results: The result of T-test partial and F-statistic test (simultaneous significance test) in PWD group was p < 0,05 and p < 0,001 respectively. The KP or OHB in the PWD group by each or either of their significantly correlate to SAP. The KP contribution (56%) was greater to affect SAP than OHB in the PWD group. Conclusion: There was a linear relationship between KP and OHB to SAP in the PWD group.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Indah Salsalina
Abstrak :
Latar Belakang: Gingivitis merupakan penyakit periodontal dengan prevalensi paling tinggi di Indonesia. Penyebab utama terjadinya gingivitis adalah akumulasi plak dan tingkat kebersihan rongga mulut yang rendah. Manifestasi klinis gingivitis dapat berupa eritema, edema, perdarahan, dan ulserasi pada gingiva tanpa disertai adanya kehilangan perlekatan periodontal. Secara mikroskopis, ditemukan perubahan flora normal dan infeksi bakteri nonspesifik pada gingivitis. Kerusakan jaringan pada gingivitis bersifat reversibledengan adanya penghilangan plak dan peningkatan kebersihan rongga mulut. Mekanisme penghilangan plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis seperti scalingdan menyikat gigi merupakan metode utama penghilangan plak. Metode kimiawi seperti penggunaan obat kumur yang mengandung bahan aktif merupakan terapi tambahan yang efektif, terutama dalam membersihkan area di rongga mulut yang tidak terjangkau oleh pembersihan secara mekanis. Propolis merupakan salah satu bahan alami di bidang kesehatan yang memiliki sifat antiplak dan antibakteri. Obat kumur propolis dinilai memberikan efek terhadap plak dan gingivitis secara klinis serta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak. Tujuan: Mengetahui efek obat kumur yang mengandung propolis terhadap plak dan gingivitis secara klinisserta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental klinis. Sebanyak 20 orang sukarelawan gingivitis berusia 18-30 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Subjek dibagi menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol dengan pembagian 10 orang kelompok uji berkumur dengan obat kumur propolis dan 10 orang kelompok kontrol berkumur dengan obat kumur tanpa bahan aktif. Pada awal penelitian, dilakukan scaling, penyuluhan, pengukuran awal PI dan PBI, serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri. Setelah berkumur selama 14 hari, dilakukan kembali pengukuran PI dan PBI serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri. Hasil: Hasil penilaian statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata penurunan PBI antara kelompok uji dan kelompok kontrol. (sig< 0,05 , selisih RPBI= 0.3724). Rata-rata penurunan PI kelompok uji lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (selisih RPI= 0.3665), begitu juga dengan rata-rata penurunan jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob (selisih RAerob = 90.6 , selisih RAnaerob= 40) walaupun tidak bermakna secara statistik (sig> 0,05). Kesimpulan: Berkumur dengan obat kumur propolis efektif terhadap perdarahan papilla dibandingkan dengan berkumur dengan obat kumur tanpa aktif. Berkumur dengan obat kumur propolis dapat menurunkan rata-rata PI serta rata-rata jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob pada plak, walaupun tidak bermakna secara statistik. Kata kunci: Gingivitis, propolis, obat kumur, bakteri nonspesifik pada plak
Background: Gingivitis has the highest prevalence among the other periodontal diseases in Indonesia. The main causes of gingivitis are dental plaque accumulation and low oral hygiene level in patients. Clinically, gingivitis could appear as edema, bleeding, and ulceration without any loss of attachment. There are shifting of normal floras and certain periodontal pathogens found in gingivitis microscopically. Tissue damage in gingivitis is reversible with the presence of adequate plaque removal and an increase in patientsoral hygiene level. Dental plaque removal could be done mechanically and chemically. The mechanical methods like toothbrushing and scaling are the main method, whereas the use of chemical like mouthwash is an adjunctive therapy which shows efficacy. The use of mouthwash with active ingredients could cleanse area in the mouth that could not be reached through mechanical methods. Propolis is one of the natural ingredients commonly studied and used in dentistry because of the antibacterial and antiplaque effects it has. Propolis containing mouthwash could give effects on dental plaque and gingivitis clinically, along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque. Objectives: To assess the effect of propolis containing mouthwash on dental plaque and gingivitis clinically along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque.Methods:This study is completed using clinical experimental method. There are 20 volunteers with age interval 18-30 years old who participated in this research. Twenty subjects are divided into two groups with the same numbers, which is 10 subjects each groups. The first group is the test group which use propolis containing mouthwash, whereas the other one is placebo group which use mouthwash without any active ingredients. Scaling, dental health education, measurement of plaque index and papillary bleeding index, and plaque sample collection for bacteria assessment were done in the beginning of this study. After using mouthwash for 14 days, there were second measurement of plaque index and papillary bleeding index along with plaque sample collection for bacteria assessment. Results: Statistic showed there is significant difference (sig< 0.05, mean differences = 0.3724) of papillary bleeding index among the two groups. Mean score of plaque index in the test group showed greater reduction than the placebo group (mean differences = 0.3665) and nean score of total bacteria count in the test group showed higher reduction than the placebo group (mean differences of aerob bacteria = 90.6 , mean differences of anaerob bacteria = 40) though there werent any significant difference present statistically (sig>0.05). Conclusion: The use of propolis containing mouthwash showed better effect on papillary bleeding index compared to the use of mouthwash without any active ingredients. The use of propolis containing mouthwash could reduce mean scores of plaque index and the numbers of aerob and anaerob bacteria present in dental plaque, though there werent any statistical significance shown. Keywords: Gingivitis, propolis, mouthwash, nonspecific bacterial plaque
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Mutia
Abstrak :
Latar Belakang: Salah satu perawatan yang dilakukan untuk penanganan pasien periodontitis kronis adalah scaling dan root planing. Setelah dilakukannya perawatan, maka tingkat perdarahan gingiva akan mengalami perubahan. Penelitian yang mengaitkan pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pada pasien periodontitis kronis di RSKGM FKG UI belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pasien periodontitis kronis. Metode: Penelitian dengan pendekatan analitik ini dilakukan dengan menggunakan data sebanyak 213 rekam medik yang di dapat dari data sekunder rekam medik periodonsia Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2014-2018. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai OHIS dan PBI dari subjek sebelum dan sesudah dilakukan perawatan scaling dan root planing. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, perawatan scaling dan root planing berpengaruh terhadap tingkat kebersihan mulut dan perdarahan gingiva. Nilai OHIS dan PBI akan lebih rendah setelah dilakukan perawatan scaling dan root planing daripada sebelumnya. ......Background: One of the treatments that performed for the patients with chronic periodontitis is scaling and root planing. After treatment, the level of gingival bleeding will change. Research that links the effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI has never been done. Objective: This study aims to determine an effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis. Method: Analytic approach study was conducted using 213 medical records sourced from the secondary medical records of Periodontal Integration Clinic RSKGM FKG UI from 2014 to 2018 year of visit. Data were analyzed using Wilcoxon test. Result: There were significant differences (p <0.05) between OHIS and PBI values of the subjects before and after scaling and root planing treatment. Conclusion: Based on the results of the study, scaling and root planing treatment affect the level of oral hygiene and gingival bleeding. OHIS and PBI values will be lower after scaling and root planing treatments than before.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Calista
Abstrak :
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi dan angka penyakit ini bertambah setiap tahunnya di Inonesia. Pada terapi periodontal regeneratif, graft tulang digunakan untuk menggantikan jaringan tulang yang hilang dan memiliki berbagai sumber. Setiap jenis memiliki kelebihan dan keterbatasannya, pemilihan bergantung pada faktor tertentu. Literatur tentang persepsi dan preferensi pasien dalam pemilihan bahan graft tulang sudah banyak ditemukan, tetapi survei mengenai evaluasi klinis serta preferensi pemakaian graft tulang menurut dokter gigi terbatas, khususnya di Indonesia. Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan, persepsi dan preferensi Dokter Gigi Spesialis Periodonsia dan mahasiswa Peserta Program Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) Periodonsia di Indonesia dalam penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Metode: Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner via Google Form dengan desain penelitian deskriptif dan observasional dengan metode cross-sectional. Hasil: Seluruh responden memiliki pengetahuan dan preferensi yang beragam terkait penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Oral Hygiene dan gambaran radiografis merupakan parameter yang harus dievaluasi sebelum prosedur regeneratif. Jenis graft tulang xenograft paling banyak dipilih karena hasil, biokompatibilitas, dan bioaktivitas material yang baik. Biaya merupakan alasan tidak digunakannya graft tulang. Graft tulang seringkali dikombinasikan dengan Teknik GTR dan membran, dan bentuk granul adalah sediaan yang paling sering digunakan. Graft tulang paling sering digunakan pada kasus periodontitis dengan kehilangan tulang vertikal diikuti pemasangan implan. Kesimpulan : Xenograft menjadi bahan graft tulang yang paling banyak dipakai. Tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna antara persepsi kedua kelompok dalam penggunaan graft tulang pada terapi regeneratif periodontal. Responden merasa puas dengan penggunaan graft tulang untuk terapi regeneratif periodontal dibandingkan dengan bahan lain ......Background: Periodontitis is an inflammatory disease of the supporting tissues of the teeth and the number of this disease increases every year in Indonesia. In regenerative periodontal therapy, bone grafts are used to replace lost bone tissue and it comes from various sources. Each type has its own advantages and limitations, the selection depends on certain factors. Literature on patient perceptions and preferences in the selection of bone graft material has been found, but surveys regarding clinical evaluation and preference for using bone grafts according to dentists are limited, especially in Indonesia. Objective: Evaluating the level of knowledge, perceptions and preferences of periodontists and periodontist resident students in Indonesia on the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Method: A cross-sectional descriptive study using questionnaires given to Periodontists in Indonesia. Result: All of the respondents had various knowledge and preferences regarding the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Oral hygiene and radiographic appearance are parameters that must be evaluated prior to regenerative procedures. The most widely chosen graft is the xenograft, due to better results, biocompatibility, and bioactivity of the material. Cost is the main reason for the respondents not using bone grafts. Bone grafts are often combined with the GTR and membrane techniques, and the granular form is the most frequently used form of graft. Bone grafts are most often used in periodontitis cases with a vertical bone loss followed by implant placement.Conclusion : Xenograft are the most widely used bone graft material in Indonesia. There was no statistically significant difference between the perceptions of the two groups regarding the use of bone grafts in periodontal regenerative therapy. Respondents were satisfied with the use of bone grafts for periodontal regenerative therapy compared to other materials.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Munawara A.
Abstrak :
Latar belakang: Jumlah perokok di dunia yaitu 1,1 miliar orang dari total jumlah populasi dunia. Kebiasaan merokok berdampak buruk terhadap kesehatan umum dan merupakan faktor risiko penyakit periodontal. Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa rumpun ilmu kesehatan mengenai hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal. Metode: Studi analisis potong lintang pada mahasiswa rumpun ilmu kesehatan. Penelitian menggunakan kuesioner yang disebar melalui melalui situs internet yaitu google form, disebar ke semua fakultas dan tingkat semester yang tergabung dalam rumpun ilmu kesehatan. Hasil: Sebanyak 388 responden yang mengisi kuesioner. Asal fakultas berhubungan secara signifikan bahwa merokok merugikan kesehatan umum (0,000), kesehatan mulut (0,000), menyebabkan terjadinya penyakit periodontal (0.001), dan peningkatan penyakit periodontal (0,024). Tingkat semester berhubungan secara signifikan bahwa merokok merugikan kesehatan umum (0,005), namun tidak berhubungan secara signifikan pada merokok memengaruhi kesehatan mulut (0,075), menyebabkan terjadinya penyakit periodontal (0,996), dan peningkatan penyakit periodontal (0,600). Kesimpulan: Mahasiswa FKG memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal. ......Background: The number of smokers in the world is 1.1 billion people from the total world population. Smoking habits adversely affect general health and risk factors for periodontal disease. Objective: To determine the knowledge of health science students about the relationship between smoking habits and periodontal disease. Method: Cross-sectional analysis study on health science students. The research used a questionnaire distributed through the internet site, namely google form, distributed to all faculties and semester levels who are members of the health science clusters. Results: A total of 388 respondents filled out the questionnaire. The faculty origin associations were significantly detrimental to general health (0.000), oral health (0.000), causing the incidence of periodontal disease (0.001), and an increase in periodontal disease (0.024). The level of association was significantly detrimental to health (0.005), but not significantly associated with smoking affecting oral health (0.075), causing the incidence of periodontal disease (0.996), and an increase in periodontal disease (0.600). Conclusion: FKG students have better knowledge about the relationship between smoking and periodontal disease.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhias Salsabila Putri
Abstrak :
Latar belakang: Populasi di Asia memiliki beberapa faktor risiko periodontitis terkait anatomi dan mikroorganisme dalam rongga mulutnya. Periodontitis merupakan ancaman besar terhadap kesehatan mulut dan dapat menimbulkan gejala perubahan klinis seperti munculnya tanda-tanda inflamasi serta terjadinya peningkatan pocket probing depth (PPD) dan clinical attachment loss (CAL) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada penderitanya baik dalam aspek fisik, psikologis, maupun sosial. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh terapi periodontal terhadap nilai OHRQoL pada penderita periodontitis di Asia dari studi yang menggunakan kuesioner OHIP-14. Metode: Uji meta-analisis serta penyusunan systematic review (PROSPERO CRD42020203254) dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, Scopus, dan EBSCO. Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan inklusi menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan systematic review dan empat studi dengan intervensi terapi periodontal nonbedah diikutsertakan dalam meta-analisis. Analisis kuantitatif dilakukan pada tiga rentang waktu follow-up yaitu minggu ke-1 dan 2 dengan mean difference [95% CI]: - 13,31 [-33,71 ; 7,10], minggu ke-4 dan 5 dengan mean difference [95% CI]: -16,12 [- 35,27 ; 3,03], serta minggu ke 9 hingga 12 dengan mean difference [95% CI]: -4,14 [- 6,85 ; -1,43]. Kesimpulan: Terapi periodontal dapat meningkatkan OHRQoL penderita periodontitis di Asia. Peningkatan tersebut dapat terlihat paling signifikan pada minggu ke-4 dan 5 pasca terapi.
Background: Asians have periodontitis risk factors regarding to the anatomy and microorganisms found in their oral cavity. Periodontitis is one of the most prevalent diseases that affects the oral cavity, causing several symptoms such as inflammation and increase in pocket probing depth (PPD) and clinical attachment loss (CAL). Symptoms caused by periodontitis may cause discomfort in some aspects of life such as physical, psychological, and social aspect. Objective: To analyze the impacts of periodontal therapy on OHRQoL in periodontitis patients in Asia from studies using OHIP-14 questionnaire. Methods: Meta-analysis and systematic review (PROSPERO CRD42020203254) of the studies obtained from three databases (PubMed, Scopus, and EBSCO). Identified studies were screened and assessed following the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines. Results: From 641 studies retrieved, six met the criteria for qualitative analysis. Studies using non-surgical periodontal treatment are also included for meta-analysis. Quantitative analysis were conducted by categorizing the follow-up period into three groups: 1-2 weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -13.31 [-33.71 ; 7.10], 4-5 weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -16.12 [-35.27 ; 3.03], and 9-12 weeks followup with mean difference [95% CI]: -4.14 [-6.85 ; -1.43]. Conclusion: Periodontal therapy can enhance the OHRQoL of periodontitis patients in Asia. The most significant impact can be seen on the follow-up period of 4-5 weeks
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Difa Putri Utami
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Material bone graft sintetis, salah satunya adalah kalsium karbonat/kalsit (CaCO3), yang dapat dibuat dengan menggunakan transformasi fasa melalui reaksi disolusi presipitasi. Metode ini sama dengan pembuatan CO3Ap. Penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk membuat oleh Ishikawa, K., dkk (2017) dapat menghasillkan blok CaCO3 dalam waktu 14 hari melalui perendaman dalam Na2CO3 pada suhu 80ºC. Sementara penelitian Nomura, S., Dkk(2016) untuk menghasilkan CO3Ap dengan menggunakan suhu 100ºC, CaSO4 sudah dapat bertransformasi fasa dalam 1 hari menjadi CO3Ap. Pada proses transformasi fasa, bentuk prekursor dapat menentukan kecepatan reaksi disolusi presipitasi. Dimana semakin luas permukaan prekursor semakin cepat reaksi presipitasi terbentuk. Penggunaan prekursor CaSO4 sudah pernah digunakan sebelumnya, namun dalam bentuk blok. Untuk menghasilkan CaSO4 dapat digunakan metode seperti pada penelitian Arsista, D., dkk(2017), yaitu melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O pada suhu 700ºC. Blok yang dihasilkan kemudian dijadikan granul, dan direndam dalam larutan Na2CO3. Dengan bentuk perkursor yang lebih kecil dan suhu yang digunakan 100ºC, transformasi fasa CaSO4 menjadi fasa CaCO3 yang terjadi dapat dipengaruhi oleh lama perendaman hingga 14 hari melalui reaksi disolusi presipitasi. Tujuan : Fabrikasi dan karakterisasi granul CaCO3 dengan merendam granul CaSO4 ke dalam larutan Na2CO3 sampai dengan 14 hari. Metode: Fabrikasi granul CaSO4 melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O (T = 700ºC) menghasilkan blok CaSO4, kemudian dihancurkan menjadi granul berukuran 300-500µm. Fabrikasi Granul CaCO3 melalui perendaman CaSO4 direndam dalam larutan Na2CO3 0,5mol/L selama 1, 2, 3, 7 dan 14 hari (T = 100ºC). Karakterisasi prekursor CaSO4 dan hasil CaCO3 dengan analisis X-Ray Diffraction (XRD), Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscope (SEM) dan mengetahui jumlah unsur yang terdapat pada masing-masing sampel dengan menggunakan EDS. Hasil: Prekursor CaSO4 yang dihasilkan teridentifikasi memiliki fasa CaSO4 dan CaSO4.2H2O. Granul CaCO3 yang dihasilkan tidak murni, dari hasil XRD dan FTIR menunjukkan adanya impuritas CaSO4. Dimana intensitas fasa CaSO4 yang menjadi impuritas pada CaCO3 yang dihasilkan relatif sama dari 1 hingga 14 hari. Kesimpulan: Granul CaCO3 yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh lama perendaman granul CaSO4 di dalam larutan Na2CO3 selama 1 hingga 14 hari. Prekursor CaSO4 yang dihasilkan memiliki impuritas CaSO4.2H2O, karena CaSO4 sensitif terhadap kelembaban. Reaksi disolusi presipitasi untuk menghasilkan CaCO3 dengan menggunakan suhu 100ºC belum dapat menghasilkan CaCO3 murni.
ABSTRACT
Background: Calcium carbonate/calcite (CaCO3) is one of synthethic bone graft materials, which can be made using phase transformation through precipitation dissolution reactions. This method is similar to the method to make CO3Ap. Previous research by Ishikawa, K., et al. (2017) was able to produce CaCO3 blocks within 14 days through immersion in Na2CO3 at 80ºC. While the research of Nomura, S., et al (2016) was able to produce CO3Ap at 100ºC, CaSO4 has been able to phase transform in 1 day to CO3Ap. In the process of transforming the precursor phase, the form of precursor can determine how long precipitation dissolution reaction will be done, by the precursor surface area. The use of CaSO4 precursors has been done before, but in the form of blocks. Methods to produce CaSO4 can be used as in the Arsista, D., et al (2017), which is through burning CaSO4.2H2O blocks at 700ºC. The CaSO4 block is then crushed into granules, and soaked in a Na2CO3 solution. With smaller form of precursor and higher temperature at 100ºC, phase transformations from CaSO4 to CaCO3 that occur THROcan be affected by the immersion time up to 14 days in the can affect the CaSO4 granule precursor into a new compound, CaCO3. Objective: Fabrication and characterization of granules CaCO3 by immersing CaSO4 granules into Na2CO3 solution for up to 14 days. Methods: Fabrication of CaSO4 granules through burning CaSO4.2H2O block (T = 700ºC) to produced CaSO4 block, then crushed into 300-500µm granules. Fabrication of CaCO3 granules through immersion of CaSO4 in 0.5mol/L Na2CO3 solution for 1, 2, 3, 7 and 14 days (T = 100ºC). Characterization of CaSO4 precursors and CaCO3 results by X-Ray Diffraction (XRD) analysis, Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) and Scanning Electron Microscope (SEM) and find out the number of elements in each sample using EDS. Results: The CaSO4 precursors were identified to have CaSO4 and CaSO4.2H2O phases. The CaCO3 granule have impurities, from the results of XRD and FTIR indicating the presence of CaSO4 as impurity. Where the intensity of CaSO4 phase which becomes impurity in the resulting CaCO3 is relatively the same from 1 to 14 days. Conclusion: The CaCO3 granule formed is not influenced by the immersion time of CaSO4 granules in Na2CO3 solution for 1 to 14 days. The CaSO4 precursor has impurity of CaSO4.2H2O, because CaSO4 is sensitive to moisture. The precipitation dissolution reaction to produce CaCO3 at 100ºC has not been able to produce pure CaCO3.
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Priharnanto
Abstrak :
Latar belakang: Periodontitis merupakan infeksi yang melibatkan jaringan pendukung gigi disebabkan oleh biofilm plak gigi pada permukaan gigi dan inflamasi sebagai penyebab dari respons imun pejamu. Prostaglandin E2 (PGE2) sebagai mediator inflamasi terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit inflamasi kronis, termasuk periodontitis dan sebagai regulator tekanan darah. Tujuan: Untuk membandingkan kadar prostaglandin dalam cairan krevikular gingiva pasien periodontitis dengan hipertensi dan non-hipertensi. Metode: Sampel total 60 pasien diperiksa. Terdiri dari 44 pasien kelompok hipertensi dan 16 pasien kelompok non-hipertensi sebagai kontrol. Keadaan hipertensi diukur dengan tekanan darah berdasarkan anamnesis dan menggunakan sphygmomanometer merkuri. Sampel klinis dikumpulkan dari 60 CKG subjek periodontitis. Pengukuran parameter klinis kedalaman poket (PD), dan perdarahan saat probing (BOP ≥1) dimasukkan sebagai kriteria diagnostik. Kedalaman poket dan kehilangan perlekatan klinis (CAL) dicatat sebagai kriteria subjek apabila PD ≥5 mm dan CAL adalah ≥1 mm. Kadar Prostaglandin E2 diperkirakan dalam sampel cairan crevicular gingiva dengan menggunakan uji immunosorbent link-enzyme. Hasil: Tingkat PGE2 signifikan secara statistik dalam kelompok hipertensi dibandingkan dengan kelompok non-hipertensi (p<0,05). Perbedaan yang signifikan dalam kedalaman poket, resesi, dan kehilangan perlekatan klinis (p<0,05). Kesimpulan: Tekanan darah yang lebih tinggi memiliki potensi risiko peradangan dan perkembangan penyakit periodontal. ......ackground: Periodontitis is an infection that involved tooth supporting tissues by dental plaque biofilm on the tooth surface and host immune response as causal to as inflammation resolution. Prostaglandin E2 (PGE2) as an inflammatory mediator has been implicated in the pathogenesis of various chronic inflammatory diseases, including periodontitis, and as a regulator of blood pressure. Objective: To compare the levels of prostaglandin in the gingival crevicular fluid of periodontitis patients with hypertension and non-hypertension. Methods: A total sample of 60 patients was examined. Consists of 44 patients were hypertension group and 16 patients were non-hypertension groups as a control. Hypertension state was measured by blood pressure based on anamnesis and using sphygmomanometer mercury. The clinical sample was collected from 60 gingival crevicular fluids (GCF) of periodontal disease subject. Measurement of the clinical parameter of probing pocket depth (PD) and bleeding on probing (BOP ≥1) was included as a diagnostic requisition. The pocket depth and clinical attachment loss (CAL) was defined as present if the PD was ≥5 mm and CAL was ≥1 mm. Prostaglandin E2 level was estimated in gingival crevicular fluid samples by using the enzyme-linked immunosorbent assay. Results: The level of PGE2 was statically significant difference in hypertension patient compare with non-hypertension (p<0.05). There was a significant difference in pocket depth, recession, and clinical attachment loss (p<0.05). Conclusion: Higher blood pressure related to the potential risk of inflammation and progression periodontal disease.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>