Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saffana Hilmy Mahmudah
"Menurut IDF, Indonesia menempati peringkat 7 sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Jenis kelamin menjelaskan hubungan yang kompleks dari segi biologis dan sosiokultural. Gaya hidup merupakan faktor yang penting untuk dikendalikan bagi usia dewasa untuk mencegah penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor gaya hidup dengan kejadian diabetes melitus pada usia >40 tahun di Indonesia. Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional menggunakan analisis indonesian Family Life Survey 5. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi penderita diabetes melitus tipe 2 pada perempuan
adalah 5%, sedangkan pada laki laki 4,6%. Berdasarkan hasil multivariat, faktor gaya hidup yang berhubungan dengan diabetes melitus pada laki laki adalah aktifitas fisik tidak cukup (POR 1,469 95% CI 1,130 - 1,910), masih merokok (POR 0,555 95% CI 0,411–0,750) dan obesitas (POR 2.034 95% CI 1,572 – 2,633). Sedangkan pada perempuan faktor yang berhubungan adalah konsumsi gula sering (POR 0,598 95% CI 0,396 – 0,903), aktifitas fisik tidak cukup (POR 1,459 95% CI 1,133 – 1,879), mantan perokok (POR 2.216 95% CI 1,048 – 4,686), masih merokok (POR 0.436 95% CI 0,192 – 0,990) dan obesitas (POR 2,894 95% CI 2,047 – 4,090)

According to IDF, Indonesia is placed as the number 7 most highest country of people living with diabetes mellitus. Sex explains a complex relationship between men and women in form of biological matter and gender role in sociocultural. Life style has an important role for adults in the prevention of chronic disease. This research intends to understand the relationship between life style determinants and diabetes melitus on people aged above 40 in Indonesia. This cross sectional
study uses Indonesian Family Life Survey 5 (IFLS 5) data. The result shows that the prevalence of type 2 diabetes melitus among women aged above 40 is 5%, and 4,6% for men. According to multivariat analysis, determinants that statictically associated with type 2 diabetes melitus on men are unsufficient physical activity (POR 1,469 95% CI 1,130 - 1,910), actively smoking (POR 0,555 95% CI 0,411 – 0,750), and obesity (POR 2.034 95% CI 1,572 – 2,633). While significant factors
on women are frequent sugar consumption (POR 0,598 95% CI 0,396 – 0,903), unsufficient physical activity (POR 1,459 95% CI 1,133 – 1,879), ex smoker (POR 2.216 95% CI 1,048 – 4,686), actively smoking (POR 0.436 95% CI 0,192 – 0,990) and obesity (POR 2,894 95% CI 2,047 – 4,090)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safhira Dwidanitri
"Prevalensi diabetes melitus di Indonesia terus meningkat terutama pada kelompok usia produktif. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terbaru 2018 menunjukkan bahwa DKI Jakarta sebagai provinsi dengan prevalensi DM tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan DM Tipe 2 pada penduduk usia produktif di DKI Jakarta dengan menggunakan data Posbindu PTM tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel yang didapat yaitu 22.515 orang. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu hingga analisis multivariat dengan uji regresi logistik prediksi model ganda. Hasil penelitian didapat ada hubungan antara usia (POR 4,16; 95% CI 3,75 - 4,62), jenis kelamin (POR 0,75; 95% CI 0,67 - 0,84), riwayat keluarga DM (POR 4,83; 95% CI 4,35 - 5,37), pendidikan (POR 1,68; 95% CI 1,51 - 1,86), obesitas (POR 0,86; 95% CI 0, 77 - 0,97), obesitas sentral (POR 1,35; 95% CI 1,2 - 1,53), hipertensi (POR 1,42; 95% CI 1,28 - 1,57), konsumsi sayur dan buah (POR 1,32; 95% CI 1,18 - 1,48), dan merokok (POR 0,57; 95% CI 0,49 - 0,67) dengan DM Tipe 2. Aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang berhubungan dengan DM Tipe 2. Riwayat keluarga DM merupakan faktor risiko dominan DM Tipe 2 pada penelitian ini. Setelah adanya penelitian diharapkan untuk orang yang memiliki risiko tinggi DM untuk rutin memeriksakan kesehatannya dan menerapkan pola hidup sehat.
The prevalence of diabetes mellitus (DM) in Indonesia continues to increase, especially in the productive age group. The latest Basic Health Research (Riskesdas) data in 2018 data shows that DKI Jakarta is the province with the highest DM prevalence. This study aims to determine the risk factors associated with Type 2 Diabetes Mellitus among the productive age population in DKI Jakarta using Posbindu PTM data in 2019. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The number of samples obtained was 22,515 people. The analysis used in this study is until multivariate analysis with multiple logistic regression tests of predictive models. The results obtained that age (POR 4.16; 95% CI 3.75 - 4.62), sex (POR 0.75; 95% CI 0.67 - 0.84), family history of DM (POR 4, 83; 95% CI 4.35 - 5.37), education (POR 1.68; 95% CI 1.51 - 1.86), obesity (POR 0.86; 95% CI 0.77 - 0.97 ), central obesity (POR 1.35; 95% CI 1.2 - 1.53), hypertension (POR 1.42; 95% CI 1.28 - 1.57), consumption of vegetables and fruit (POR 1, 32; 95% CI 1.18 - 1.48), and smoking (POR 0.57; 95% CI 0.49 - 0.67) were significantly associated with Type 2 Diabetes Mellitus. Physical activity does not have a significant relationship with Type 2 Diabetes Mellitus. Family history of DM is the dominant risk factor for Type 2 DM in this study. After this research is expected for people who have a high risk of DM to regularly check their health and adopt a healthy lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retia Rismawati
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia karena prevalensinya yang terus meningkat. Hipertensi yang juga merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 memiliki prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, prevalensi kedua penyakit tersebut meningkat seiring bertambahnya usia, dimulai dari usia ≥40 tahun. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan berasal dari hasil Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 15.026 partisipan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil: Prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia masing-masing sebesar 21,3% dan 51,8%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). Efek gabungan antara hipertensi dengan obesitas sentral memiliki risiko sebesar 2,07 kali lebih besar terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi terjadi pada orang yang mengalami hipertensi dan obesitas sentral. Saran: Perlu dilakukan deteksi dini diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sedini mungkin, terutama bagi penduduk yang berusia ≥40 tahun dan mengalami obesitas sentral.

Background: Type 2 diabetes mellitus is a disease that is still a public health problem not only in Indonesia, but also in the world because of its increasing prevalence. Hypertension, which is also a risk factor for type 2 diabetes mellitus, has a very high prevalence in Indonesia. Not only that, the prevalence of both diseases also increases with age, starting from 40 years of age. Objective: To determine the relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in a population aged ≥40 years in Indonesia. Methods: This study used a quantitative method with a cross sectional study design. The source of the data used comes from the results of Riskesdas 2018. There are 15.026 participants based on the inclusion and exclusion criteria of the study. Results: The prevalence of type 2 diabetes mellitus and hypertension in the population aged ≥40 years in Indonesia are 21,3% and 51,8%, respectively. There is a statistically significant relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). The combined effect of hypertension and central obesity has a risk of 2,07 times greater for the type 2 diabetes mellitus after being controlled by gender and obesity. Conclusion: There is a relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia. The risk of type 2 diabetes mellitus is higher in people with hypertension and central obesity. Suggestion: It is necessary to detect type 2 diabetes mellitus and hypertension as early as possible, especially for people aged ≥40 years and experiencing central obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezavitawanti
"Berdasarkan Riskesdas 2018 terjadi peningkatan tren dari obesitas sentral yaitu 31,0% dibandingkan tahun 2013 sebesar 26,6%. Seiring dengan meningkatnya prevalensi obesitas sentral dapat meningkatkan penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus. Sebelum terjadinya diabetes pada seseorang maka didahului oleh suatu keadaan yang disebut prediabetes. Prevalensi prediabetes lebih besar dibandingkan prevalensi diabetes mellitus. Menurut Data IDF 2021 orang dewasa yang dapat mengalami TGT sebesar 10,6% pada tahun 2021, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 11,4% pada tahun 2045. Adapun yang dapat mengalami GDPT sebesar 6,2% pada tahun 2021 dan diperkirakan meningkat menjadi 6,9% pada tahun 2045. Hasil Riskesdas 2018, penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat mengalami TGT sebesar 30,8% sedangkan yang dapat mengalami GDPT sebesar 26,3%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi prediabetes hampir dua kali lipat dari prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 yaitu sebesar 10,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian prediabetes di Puskesmas Jati Ranggon Kota Bekasi tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data sekunder Puskesmas Jati Ranggon . Jumlah sampel 1241 orang yang memenuhi kriterian inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Analisis data menggunakan cox regression. Prevalensi prediabtes sebesar 18,8%. Pada model akhir penelitian ini diketahui bahwa obesitas sentral mempunyai hubungan terhadap kejadian prediabetes setelah dikontrol dengan obesitas umum dengan nilai p=<0,001 dan PR=1,87 (95% CI; 1,40- 2,50).

Based on Riskesdas 2018, there was an increasing trend in central obesity, namely 31.0% compared to 2013, which was 26.6%. Along with the increasing prevalence of central obesity, degenerative diseases, including diabetes mellitus, can increase. Before diabetes occurs in a person, it is preceded by a condition called prediabetes. The prevalence of prediabetes is greater than the prevalence of diabetes mellitus. According to IDF 2021 data, adults who can experience TGT are 10.6% in 2021, and it is estimated that this will increase to 11.4% in 2045. Meanwhile, those who can experience GDPT are 6.2% in 2021 and are estimated to increase to 6 .9% in 2045. The 2018 Riskesdas results showed that 30.8% of the population aged 15 years and over could experience TGT, while 26.3% could experience GDPT. The results of Basic Health Research (Riskesdas) in 2007 showed that the prevalence of prediabetes was almost double the prevalence of type 2 diabetes mellitus, namely 10.2%. This study aims to determine the relationship between central obesity and the incidence of prediabetes at the Jati Ranggon Community Health Center, Bekasi City in 2023. This research uses a cross-sectional study design with secondary data from the Jati Ranggon Public Health Center. The total sample was 1241 people who met the inclusion and exclusion criteria in this study. Data analysis uses cox regression. The prevalence of prediabetes was 18.8%. In the final model of this study, it is known that central obesity has a relationship with the incidence of prediabetes after controlling for general obesity with a value of p=<0.001 and PR=1.87 (95% CI; 1.40-2.50)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyalia Witri Adinda
"Depresi merupakan gangguan mental yang keberadaannya berkaitan erat dengan penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang penderitanya paling banyak mengalami depresi adalah diabetes melitus. DKI Jakarta merupakan provinsi di Indonesia dengan prevalensi depresi dan diabetes melitus yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian depresi pada penderita diabetes melitus di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Sumber data yang digunakan, yaitu data Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2018. Sampel terdiri dari 421 penderita diabetes melitus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 421 subjek penelitian, sebanyak 13,8% mengalami depresi. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan antara faktor biologis, yaitu jenis kelamin (POR = 7,97 (95% CI = 3,23-19,62), p = <0,001) dan lama menderita diabetes melitus (POR = 2,72 (95% CI = 1,48-5,01), p = 0,001), faktor psikologis, yaitu status merokok (POR = 5,45 (95% CI = 2,43-12,24), p = <0,001), konsumsi alkohol (POR = 5,76 (95% CI = 1,32-25,04), p = 0,020), dan tingkat aktivitas fisik (POR = 2,38 (95% CI = 1,28-4,43), p = 0,006), serta faktor sosial, yaitu tingkat pendidikan, (POR = 2,79 (95% CI = 1,43-5,46), p = 0,003).

Depression is a mental disorder whose existence is closely related to chronic diseases. One of the chronic diseases that suffer from the most depression is diabetes mellitus. DKI Jakarta is a province in Indonesia with an increasing prevalence of depression and diabetes mellitus. This study aims to determine the determinants of the incidence of depression in patients with diabetes mellitus in DKI Jakarta. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data source used, namely the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) data. The sample consisted of 421 people with diabetes mellitus who met the inclusion and exclusion criteria. The analysis used in this study was multiple logistic regression test. The results of the analysis showed that of the 421 research subjects, 13.8% experienced depression. The results of the analysis in this study showed significant results between biological factors, namely gender (POR = 7.97 (95% CI = 3.23-19.62), p = <0.001) and duration of diabetes mellitus (POR = 2.72 (95% CI = 1.48-5.01), p = 0.001), psychological factors, namely smoking status (POR = 5, 45 (95% CI = 2.43-12.24), p = <0.001), alcohol consumption (POR = 5.76 (95% CI = 1.32-25.04), p = 0.020), and physical activity level (POR = 2.38 (95% CI = 1.28-4.43), p = 0.006), and social factors, namely education level, (POR = 2.79 (95% CI = 1.43-5.46), p = 0.003)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Rana Raissa
"Dalam perkembangan seksual, remaja tunagrahita akan menghadapi kebingungan dan dorongan layaknya remaja normal pada umumnya, namun minimnya pengetahuan serta informasi mengenai hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, peran keluarga terutama orang tua dalammemberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja tunagrahita sangat diperlukan sebagai proteksi awal terhadap permasalahan kesehatan reproduksi. Salah satu upaya yang dianggap cukup strategis dan praktis dalam menyampaikan informasi terkait kesehatan reproduksi kepada orang tua/pengasuh tunagrahita adalah melalui media WhatsApp Messenger. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan orang tua/pengasuh remaja tunagrahita terkait kesehatan reproduksi melalui pemanfaatan aplikasi WhatsApp Messenger sebagai sarana edukasi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan One Group Pretest Posttest kepada 40 orang tua/pengasuh siswa SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. Intervensi dilakukan dengan mengirimkan satu pesan teks dan gambar yang berisi informasi kesehatan reproduksi remaja tunagrahita setiap hari selama 7 hari melalui WhatsApp Group. Analisa data dilakukan untuk melihat peningkatan pengetahuan orangtua/pengasuh sebelum dan sesudah diberikan intervensi dan untuk melihat peningkatan pengetahuan setelah di kontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, pendidikan danpekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi p value 0,0001. Edukasi kesehatan reproduksi terhadapremaja tunagrahita melalui pengiriman pesan teks dan pesan bergambar pada whatsapp group diketahui efektif meningkatkan pengetahuan orang tua/pengasuh remaja tunagrahita di SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. Variabel umur, jenis kelamin,pendidikan dan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan orangtua/pengasuh.

In sexual development, adolescent with intellectual disabilities will facecon fusion and encouragement like normal adolescent in general, but the lack of knowledge and information about it can cause reproductive health problems. Therefore,the role of the family, especially parents in providing reproductive health education to adolescent with intellectual disabilities is needed as an initial protection against reproductive health problems. One of the efforts that is considered strategic and practical in conveying information related to reproductive health to parents caregivers of adolescent with intellectual disabilities is through media of WhatsApp Messenger. The purpose of this study was to improve the knowledge of parents caregivers of adolescent with intellectual disabilities related to reproductive health through the use of the WhatsApp Messenger application as a means of education. The design used in this study was the Pre Experiment with One Group Pretest Post test to 40 parents caregivers of student in SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. The intervention was carried out by sending a text and picture message containing information on adolescent with intellectual disabilities every day for 7 days through WhatsApp Group. Data analysis was performed to see the increase in knowledge of parents caregivers before and after being given intervention and to see increased knowledge after being controlled by variables of age, sex, education and work. The results showed an increase in knowledge before and after being given an intervention p value 0.0001. Reproductive health education of adolescent with intellectual disabilities through sending text messages and pictorial messages on Whatsapp Group is known to be effective in increasing the knowledge of parents caregivers of adolescent with intellectual disabilities in SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. Variables of age, sex, education and occupation do not affect the increase in knowledge of parents caregivers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library