Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Maryam Nur Latifah
"Salah satu jenis ikan hias yang menarik adalah ikan neon tetra Paracheirodon innesi, Myers 1936; yang merupakan ikan asli yang beraal dari Sungai Amazon, Amerika Selatan. Ikan neon tetra sangat sulit dibudidayakan. Oleh karena itu informasi tentang embriogenesis dan perkembangan stadia awal pada ikan neon tetra sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan pengembangbiakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui embriogenesis dan perkembangan larva ikan Paracheirodon innesi. Telur yang digunakan berupa hasil pemijahan alami di Balai Budidaya Riset Ikan Hias, Depok. Pengamatan embriologi dimulai pada saat ikan memijah sampai telur ikan menetas, sedangkan perkembangan larva dimulai dari larva menetas sampai menjadi benih atau perkembangan sudah sempurna. Pengamatan dilakukan setiap hari dibawah mikroskop binokuler olympus XZS10 perbesaran 8-25 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan embrio telur terjadi selama satu hari atau 24 jam hingga menetas menjadi larva pada suhu 24-26oC. Proses perkembangan embrio dimulai dari fase morula, blastula, gastrula.
One of the interesting ornamental fish species is the neon tetra Paracheirodon innesi, Myers 1936; which is a native fish originating from the Amazon River, South America. Neon tetra fish are very difficult to cultivate. Therefore, the domestication the fish species is the first important step toward developing the aquaqulture technology of the species which requires specific information on embryogenesis and the development of the early stadia P.Innesi. This study aimed to determine embryogenesis and larval depelopment of P.Innesi. The eggs and larvae used from the natural spawning of Paracheirodon innesi wild parents reared in the facility of the Balai Budidaya Riset Ikan Hias, Depok, Indonesia. Observation of embryogenesis started from eggs fertilization until hatching. The depelopment of larvae was observed from post hatching until fully developed as fish juvenile. Embryonic and larval development were monitored daily using an Olympus SZX10 binocular microscope with 8x-25x magnification. The result showed that the embryogenesis of P.Innesi lasted for one days or 24 hours until it hatched. The depelopment stages of the embryogenesis start from morula phase, blastula, gastrula."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Erma Primanita Hayuningtyas, Author
"Ikan Tiger shovelnose catfish Pseudoplatystoma fasciatum (Linnaeus, 1766) merupakan ikan hias introduksi yang memiliki pertumbuhan cepat. Pertumbuhan berperan penting pada perkembangan ikan dan dipengaruhi kinerja hormon pertumbuhan (GH). Hormon pertumbuhan pada ikan jumlahnya terbatas, sehingga perlu dilakukan perbanyakan melalui isolasi gen GH, agar dapat diaplikasikan dalam peningkatan produktivitas ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menganalisis ekspresi mRNA gen GH pada ikan Tiger shovelnose catfish. Isolasi GH dilakukan dari jaringan kelenjar hipofisis pada ikan berukuran 602 g dan 43 cm. Tahapan isolasi diawali ekstraksi RNA, sintesis cDNA, dan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) menggunakan primer GH degenerate dari data 7 spesies catfish di gene bank, serta gen -actin sebagai kontrol internal. Gen GH selanjutnya di-cloning dan sequencing. Ekspresi gen GH pada tahap perkembangan awal diamati sejak stadia embrio, larva (3, 10, dan 15 dph, day post hatched) dan juvenil (20, 45, dan 60 dph), kemudian dianalisis secara semi kuantitatif. Data ekspresi gen dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan uji Tukey. Isolasi mRNA gen GH telah berhasil dilakukan secara parsial, dengan panjang sekuens 234 bp dan -actin berukuran 300 bp. Gen GH ikan Tiger shovelnose catfish secara homology dekat dengan ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) dan ikan lele (Clarias batracus) dengan nilai sama yaitu 90,60%. Gen GH mulai terekspresi sejak dari stadia embrio. Ekspresi gen GH menurun pada dari stadia larva ke juvenil, karena merupakan tahap metamofosis. Stadia juvenil merupakan level ekspresi tertinggi (P<0,05), karena organ ikan sudah lebih lengkap dan ekspresinya akan terus meningkat seiring pertambahan usia.
An ornamental fish, the Tiger Shovelnose Catfish Pseudoplatystoma fasciatum (Linnaeus, 1766) grows quickly. Growth hormone affects the performance of growth and development in this species. Because the amount of growth hormone in this fish is limited, it is necessary to isolate the GH gene to increase fish productivity. Accordingly, the aim of study is to isolated and to determine mRNA level of GH gene from each stage. The mRNA GH gene was isolated from 602 g of fish pituitary tissue. Followed by the -actin gene used as an internal control in Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction RT-PCR utilizing degenerate GH primers from 7 catfish species in the gene bank. The GH gene was then sequenced. GH gene expression was measured semi-quantitatively in embryonic, larval (3, 10, and 15 dph), and juvenile (20, 45, and 60 dph) stages, respectively. Gene expression of each stage were analyzed by one-way ANOVA and was followed by Tukey's test. The partial isolation of GH gene mRNA has been successfully carried out, with a sequence length of 234 bp and gene of -actin at 300 bp. The GH gene of Tiger shovelnose catfish was homology close to catfish (Pangasianodon hypophthalmus) and catfish (Clarias batracus) with the same value of 90.60%. GH gene expression decreased from larval to juvenile stage, because it was a metamorphosis stage. Juvenile stage is the highest expression level (P<0.05), because fish organs are more complete and their expression will continue to increase with age."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Erma Primanita Hayuningtyas, Author
"Ikan Tiger shovelnose catfish Pseudoplatystoma fasciatum (Linnaeus, 1766) merupakan ikan hias introduksi yang memiliki pertumbuhan cepat. Pertumbuhan berperan penting pada perkembangan ikan dan dipengaruhi kinerja hormon pertumbuhan (GH). Hormon pertumbuhan pada ikan jumlahnya terbatas, sehingga perlu dilakukan perbanyakan melalui isolasi gen GH, agar dapat diaplikasikan dalam peningkatan produktivitas ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menganalisis ekspresi mRNA gen GH pada ikan Tiger shovelnose catfish. Isolasi GH dilakukan dari jaringan kelenjar hipofisis pada ikan berukuran 602 g dan 43 cm. Tahapan isolasi diawali ekstraksi RNA, sintesis cDNA, dan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) menggunakan primer GH degenerate dari data 7 spesies catfish di gene bank, serta gen b-actin sebagai kontrol internal. Gen GH selanjutnya di-cloning dan sequencing. Ekspresi gen GH pada tahap perkembangan awal diamati sejak stadia embrio, larva (3, 10, dan 15 dph, day post hatched) dan juvenil (20, 45, dan 60 dph), kemudian dianalisis secara semi kuantitatif. Data ekspresi gen dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan uji Tukey. Isolasi mRNA gen GH telah berhasil dilakukan secara parsial, dengan panjang sekuens 234 bp dan b-actin berukuran 300 bp. Gen GH ikan Tiger shovelnose catfish secara homology dekat dengan ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus) dan ikan lele (Clarias batracus) dengan nilai sama yaitu 90,60%. Gen GH mulai terekspresi sejak dari stadia embrio. Ekspresi gen GH menurun pada dari stadia larva ke juvenil, karena merupakan tahap metamofosis. Stadia juvenil merupakan level ekspresi tertinggi (P<0,05), karena organ ikan sudah lebih lengkap dan ekspresinya akan terus meningkat seiring pertambahan usia.
An ornamental fish, the Tiger Shovelnose Catfish Pseudoplatystoma fasciatum (Linnaeus, 1766) grows quickly. Growth hormone affects the performance of growth and development in this species. Because the amount of growth hormone in this fish is limited, it is necessary to isolate the GH gene to increase fish productivity. Accordingly, the aim of study is to isolated and to determine mRNA level of GH gene from each stage. The mRNA GH gene was isolated from 602 g of fish pituitary tissue. Followed by the b-actin gene used as an internal control in Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction RT-PCR utilizing degenerate GH primers from 7 catfish species in the gene bank. The GH gene was then sequenced. GH gene expression was measured semi-quantitatively in embryonic, larval (3, 10, and 15 dph), and juvenile (20, 45, and 60 dph) stages, respectively. Gene expression of each stage were analyzed by one-way ANOVA and was followed by Tukey's test. The partial isolation of GH gene mRNA has been successfully carried out, with a sequence length of 234 bp and gene of b-actin at 300 bp. The GH gene of Tiger shovelnose catfish was homology close to catfish (Pangasianodon hypophthalmus) and catfish (Clarias batracus) with the same value of 90.60%. GH gene expression decreased from larval to juvenile stage, because it was a metamorphosis stage. Juvenile stage is the highest expression level (P<0.05), because fish organs are more complete and their expression will continue to increase with age."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Puspita Deasi Wulandari
"Ikan badut merupakan salah satu jenis dari ikan hias laut yang menjadi primadona di pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini mempengaruhi ketersediaan ikan badut di alam sehingga perlu ditunjang dengan usaha budidaya. Pendekatan secara molekuler sebagai penunjang pendekatan secara morfologi dibutuhkan untuk mendapatkan induk dan benih yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies ikan badut menggunakan teknik DNA barcode dengan gen penanda 16S rRNA dan merekonstruksi pohon filogenetik molekuler ikan badut. Hasil amplifikasi PCR menghasilkan fragmen DNA berukuran 600 panjang basa (pb). Hasil analisa jarak genetik menunjukkan nilai antara 0,00-0,07. Hasil rekonstruksi pohon filogenetik membentuk pohon kekerabatan dengan 7 kluster utama. Hasil penelitian berupa informasi genetik dan hubungan kekerabatan molekuler dari tiap sampel ikan badut dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk upaya pengelolaan, pemuliaan, dan konservasi lebih lanjut.
Clownfish is one type of marine ornamental fish that is excellent in the market both domestically and abroad. This affects the availability of clownfish in nature so that it needs to be supported by cultivation efforts. A molecular approach to support the morphological approach is needed to get quality broodstock and seeds. This study aims to identify clownfish species using DNA barcode techniques with 16S rRNA marker genes and reconstruct the clownfish's molecular phylogenetic tree. The results of PCR amplification produced DNA fragments measuring 600 base pair (bp). The results of genetic distance analysis showed a value between 0.00-0.07. The results of the reconstruction of phylogenetic trees formed a family tree with 7 main clusters. The results of the research in the form of genetic information and molecular relationships from each clownfish sample can be used as a basic reference for further management, breeding, and conservation efforts."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library