Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurina Anggraeni Pratiwi
"Latar Belakang: Siler yang baik adalah yang memiliki tingkat kebocoran mikro yang rendah Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis siler golongan resin SRE dan polidimetilsiloksan generasi baru SPGB
Metode: Tiga puluh dua gigi premolar bawah dibagi dua kelompok sama besar yaitu kelompok SRE dan SPGB Setelah pengisian saluran akar dengan teknik kondensasi lateral sampel diinkubasi 370C 24 jam mahkota dipotong menyisakan bagian akar 15 mm dilapis cat kuku kecuali 1 mm dari apeks lalu direndam dalam tinta India selama 7 X 24 jam Lalu sampel didekalsifikasi dengan asam nitrat 5 didehidrasi berturut turut dengan alkohol 80 90 dan 100 dan dibuat transparan dengan metil salisilat 100 Kedalaman penetrasi tinta dievaluasi dengan mikroskop stereo Skor 1 untuk penetrasi tinta 0 0 5 mm skor 2 untuk penetrasi tinta 0 51 1 mm dan skor 3 untuk penetrasi tinta 1 mm
Hasil: Distribusi proporsi kebocoran terbesar kelompok SRE terdapat pada skor 2 yaitu sebesar 56 3 Sedangkan distribusi proporsi kebocoran terbesar kelompok SPGB terdapat pada skor 1 yaitu sebesar 68 8 Dengan tes Kolmogorov Smirnov terdapat perbedaan bermakna antara kelompok SRE dan SPGB
Kesimpulan: Kebocoran mikro pengisiansaluran akar pada sepertiga apeks dengan siler polidimetilsiloksan generasi baru lebih rendah dibandingkan dengan siler resin epoksi

Background: An ideal root canal sealer should have good sealing ability The purpose of this study was to analyze the microleakage of obturation using epoxy resin based SRE and new generation polydimethylsiloxane based SPGB as root canal sealer
Methods: Thirty two mandibular first premolars were equally divided into two groups and obturated with lateral condensation technique The sealer used for Group I and Group II were SRE and SPGB respectively After obturation the specimens were incubated 370C 24 h decoronated sealed with nail polish except 1mm from apex immersed in Indian ink for 7 days decalcified with 5 nitric acid solution dehydrated with 80 90 and 100 alcohol consecutively and made transparent by immersing them in 100 methyl salicylate Dye penetration were evaluated under stereomicroscope and givenscore 1 3 Specimen with 0 0 5 mm dye penetration was given score 1 while 0 51 1 mm penetration was given score 2 and 1 mm was given score 3 The results were statistically analyzed with Kolmogorov Smirnov test
Results: The largest proportion distribution in SR group was score 2 56 3 whilst the largest proportion distribution in SPGB group was score 1 68 8 There was a significant difference between the microleakage of epoxy resin based and new generation polydimethylsiloxane based sealer observed from the one third apical leakage
Conclusion: The microleakage of new generation polydimethylsiloxanebasedsealer is lower than epoxy resin based sealer
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T32929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Damayanti Kartikasari
"Latar Belakang: Tolok ukur baik tidaknya adaptasi tepi restorasi adalah tidak adanya kebocoran pada perbatasan restorasi dan gigi Restorasi resin komposit dapat menimbulkan kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga terdapat celah antara dinding kavitas dengan resin komposit Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara antara RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan inkremental
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada dua puluh tujuh gigi premolar rahang atas kemudian dibagi menjadi tiga kelompok Kelompok pertama ditumpat dengan RK bulk fill dengan aktivasi sonik kelompok kedua dengan RK bulk fill tanpa aktivasi sonik dan kelompok ketiga dengan RK yang diletakkan secara inkremental Selanjutnya spesimen direndam dalam air distilasi selama 24 jam dan kemudian dilakukan uji thermocycling yang diikuti perendaman dalam biru metilen 1 selama 24 jam Gigi selanjutnya dibelah longitudinal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 12x dan dinilai dalam skala ordinal 0 4 Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik di antara tiga kelompok Kesimpulan Tidak ada satupun dari kelompok RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan yang diletakkan secara inkremental yang dapat menghilangkan kebocoran mikro pada preparasi kavitas kelas I

Background: A good marginal adaptation of a restoration can be measured by the absence of microleakage at the interface area Resin composite undergo contraction during polymerization which may result in gap formation between the wall cavity and composite and resulting microleakage The purpose of this study is to analyze the microleakage of class I cavity preparations that were filled with sonic activated bulk fill resin composite bulk fill resin composite without sonic activation and composite that were filled incrementally
Methods: Standardized class I cavities were prepared on 27 extracted human upper premolars and randomly assigned to three groups The first group were filled with sonic activated bulk fill resin composite the second group were filled with bulk fill resin composite without sonic activation and the third group were filled incrementally The specimens were stored in distilled water for 24 hours and then subjected to thermocycling followed by immersion in 1 methylene blue dye for 24 hours The teeth were sectioned longitudinally and evaluated for microleakage under 12x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale 0 4 Statistical analysis was performed with the Kolmogorov Smirnov test
Results: There was no statistically significant difference among the three groups Conclusion None of the the techniques was capable of eliminating the microleakage in class I cavity preparations
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T32988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vastya Ihsani
"ABSTRAK
Konsep mempertahankan struktur jaringan gigi yang sehat saat
ini telah berkembang, mengacu pada prinsip intervensi minimal. Metode yang telah dikembangkan sesuai dengan prinsip preparasi minimal yaitu preparasi menggunakan bahan kemomekanis, yaitu Papacarie®. Produk ini mengandung bahan alami utama yaitu enzim papain. Pada penelitian ini, akan dilakukan pembuangan infected dentin dengan preparasi kemomekanis menggunakan gel papain dan Papacarie®, dan preparasi mekanis menggunakan instrumen putar bur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin secara mekanis dan kemomekanis. Metode: Dua puluh tujuh gigi molar tetap dibagi ke dalam tiga
kelompok. Kelompok 1: pembuangan infected dentin menggunakan tehnik
kemomekanis gel papain. Kelompok 2: menggunakan bahan Papacarie®.
Kelompok 3: menggunakan instrumen putar bur. Setiap kelompok dilakukan uji kekerasan menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan Post-hoc dan Tukey. Hasil:. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 3 serta kelompok 2 dan 3, p= 0.000. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2, p= 1.000. Kesimpulan: Kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin dengan bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi gel papain dan Papacarie®. Sedangkan, kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin dengan gel papain hampir sama dengan setelah aplikasi Papacarie®.

ABSTRACT
Konsep mempertahankan struktur jaringan gigi yang sehat saat
ini telah berkembang, mengacu pada prinsip intervensi minimal. Metode yang telah dikembangkan sesuai dengan prinsip preparasi minimal yaitu preparasi menggunakan bahan kemomekanis, yaitu Papacarie®. Produk ini mengandung bahan alami utama yaitu enzim papain. Pada penelitian ini, akan dilakukan pembuangan infected dentin dengan preparasi kemomekanis menggunakan gel papain dan Papacarie®, dan preparasi mekanis menggunakan instrumen putar bur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin secara mekanis dan kemomekanis. Metode: Dua puluh tujuh gigi molar tetap dibagi ke dalam tiga
kelompok. Kelompok 1: pembuangan infected dentin menggunakan tehnik
kemomekanis gel papain. Kelompok 2: menggunakan bahan Papacarie®.
Kelompok 3: menggunakan instrumen putar bur. Setiap kelompok dilakukan uji kekerasan menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan Post-hoc dan Tukey. Hasil:. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 3 serta kelompok 2 dan 3, p= 0.000. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2, p= 1.000. Kesimpulan: Kekerasan mikro affected dentin setelah
pembuangan infected dentin dengan bur lebih tinggi dibandingkan setelah aplikasi gel papain dan Papacarie®. Sedangkan, kekerasan mikro affected dentin setelah pembuangan infected dentin dengan gel papain hampir sama dengan setelah aplikasi Papacarie®."
Lengkap +
2012
T33039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Furqan
"Residu Ca(OH)2 dapat mengganggu hermetisitas obturasi saluran akar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tiga metode pembersihan residu Ca(OH)2. Metode. Tigapuluh premolar bawah dipeparasi dengan ProTaper sampai F3, kemudian diberi medikamen Ca(OH)2 dan disimpan selama 7 hari. Setelah itu, sampel dibagi tiga sama banyak. Residu Ca(OH)2 di Kelompok I dibersihkan dengan irigan gabungan NaOCl-EDTA, kelompok II dengan CanalBrush, dan Kelompok III dengan file NiTi. Sampel kemudian dibelah arah buko-lingual dan residu diperiksa dengan mikroskopstereo dan program Axiocam. Hasil. Pembersihan paling baik adalah pada kelompok II, disusul oleh kelompok III, dan kelompok I, walaupun secara statistik tidak berbeda signifikan (p <0,05). Kesimpulan. Ketiga metode menghasilkan efek pembersihan residu Ca(OH)2 yang tidak berbeda.

The residu of Ca(OH)2 will hamper the hermeticity of root canal obturation. The aim of this study was to analyze the effectiveness of the methods of its removal. Methods. Root canal preparation was performed on 30 lower premolar using Proaper system. The Ca(OH)2 paste was put on the root canal for 7 days. The samples were then divided equally into three groups. The residu of Ca(OH)2 in group I, II, and III were removed by combined irrigant of NaOCl-EDTA, Canal Brush, and NiTi file respectively. After bisected bucco-lingually, the residu was assessed under stereomicroscope (12x magnification) and AxioCam. Results. Substantially, the most effective method was group II, followed by group III and I, but statistically no significance difference (p < 0.05). Conclusion. The canal brush is the best methods in removing Ca(OH)2 residu, although the difference is statistically not significant."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmeisari
"Latar Belakang: Kerapatan pengisian saluran akar merupakan hal yang penting bagi kesuksesan perawatan saluran akar. Pengambilan gutaperca dan preparasi pasak pada restorasi gigi pasca PSA dapat mengganggu kerapatan bahan pengisi yang tersisa. Siler saluran akar sebaiknya dapat mempertahankan kerapatan bahan pengisi setelah dilakukan pembuangan gutaperca dan preparasi pasak. Siler epoksi telah digunakan secara luas karena memiliki sifat adhesif dan kerapatan yang baik dengan dinding saluran akar. Baru-baru ini siler MTA juga telah dikembangkan dan dikatakan memiliki sifat adhesif dan kerapatan yang baik.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kerapatan sepertiga apeks pengisian saluran akar dengan siler epoksi dan siler MTA setelah dilakukan preparasi pasak.
Metode: Preparasi saluran akar dilakukan pada empat puluh gigi manusia dengan saluran akar tunggal dan dibagi menjadi dua kelompok secara acak, yaitu kelompok siler epoksi (SE) dan siler MTA (SM). Preparasi saluran akar dilakukan dengan ProTaper rotary, dan irigasi NaOCl 2,5% dan EDTA cair 17%. Preparasi pasak dengan peeso reamer dilakukan 7 hari pasca pengisian dengan menyisakan bahan pengisi sepanjang 5 mm di bagian apeks. Kerapatan sisa bahan pengisi diukur dengan menghitung penetrasi tinta pada sampel yang telah ditransparansi. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop stereo perbesaran 20 kali. Skor 1 untuk penetrasi tinta 0-0,5 mm, skor 2 untuk penetrasi tinta 0,51-1mm, dan skor 3 untuk penetrasi tinta >1 mm.
Hasil: Data penetrasi tinta pada kelompok SE: skor 1 sebanyak 35%, skor 2 sebanyak 30%, dan skor 3 sebanyak 35%. Sedangkan pada kelompok SM skor 1 sebanyak 25%, skor 2 sebanyak 30%, dan skor 3 sebanyak 45%. Uji Chi-Square menunjukkan terdapat perbedaan kerapatan yang tidak bermakna antara kelompok SE dan SM.
Kesimpulan: Pengisian sepertiga apeks pasca preparasi pasak pada kelompok siler epoksi lebih rapat dibandingkan kelompok siler MTA, namun keduanya tidak berbeda bermakna.

Background: Root canal obturation sealing ability is an important part of endodontic success. Restoration of endodontically treated teeth may sometimes need post and core. Post preparation procedure requires partial removal of the root canal filling to prepare adequate space for the post and retention of the intra canal post. Root canal sealer should be able to maintain obturation seal. Epoxy sealer has been widely used because its adhesive properties and sealing ability. Recently MTA sealer has also been developed and according to the manufacturer, MTA sealer also has adhesive properties and good sealing ability.
Aim: The aim of this study was to analyze the sealing ability of apical third of the root canal a with epoxy sealer and MTA sealer after post preparation.
Methods: Root canal preparation was performed on forty human teeth with a crown down technique; irrigation with 2,5% NaOCl and 17% EDTA, and lubrication with RC-Prep were used. The canals were then filled with gutta-percha and root canal sealer utilizing a cold lateral condensation technique. MTA Fillapex or AH-Plus were used in the experimental groups. The teeth were cleared with Robertson technique and examined under a stereomicroscope. Post preparation was performed with peeso reamer 7 days after obturation. Residual seal was measured by counting dye leakage. Observations were made with a stereo microscope magnification of 20 times. Score 1 for ink penetration 0-0.5 mm, a score of 2 to 0.51 - 1mm dye leakage, and a score of 3 for dye leakage > 1 mm.
Results: Dye leakage on the SE group: score1 : 35 %, score 2: 30 %, and score 3: 35 %. While the SM group: score 1: 25 %, score 2: 30 %, and score 3: 45 %. Chi-Square test showed no significant differences in density between the SE and SM group.
Conclusion: Dye leakage demonstrated that SE group show less leakage than SM group. Chi-Square test show there is no significant difference between both group.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Aprilia Kasdjono
"Latar Belakang: Selama preparasi kemomekanis, umumnya terjadi ekstrusi debri ke periapeks yang dapat memicu respon inflamasi dan memperlambat penyembuhan jaringan periapeks. ProTaper® dilaporkan menyebabkan banyak esktrusi debri, dan belum ada data mengenai ekstrusi debri oleh generasi barunya, ProTaper Next®
Tujuan: Menganalisis jumlah ekstrusi debri pada gigi yang dipreparasi dengan ProTaper® dan ProTaper Next®.
Metode: Enam puluh gigi premolar dibagi dalam dua kelompok (kelompok ProTaper® dan ProTaper Next®) sama besar. Ekstrusi debri pada preparasi ditampung dalam tabung, dan perbedaan berat tabung sebelum preparasi dan sesudah preparasi merupakan jumlah debri terekstrusi
Hasil: kelompok ProTaper® menghasilkan debri lebih banyak daripada kelompok ProTaper Next®. Secara statistik (t-test) perbedaanya bermakna (p<0,005).
Kesimpulan: jumlah debri pada preparasi dengan ProTaper Next® lebih sedikit daripada pada preparasi dengan ProTaper.

Background: debris extrusion during chemomechanical preparation could trigger inflammatory response and delay periapical healing. Instrumentation with ProTaper® is reported to cause significant debris extrusion, while no data available with ProTaper Next®.
Objective: to analyze the amount of debris extruded in instrumentation with ProTaper® and ProTaper Next®.
Methods: sixty premolars were divided evenly into two groups; the first group was instrumented with ProTaper® and the other one with ProTaper Next®. Debris ekstruded during instrumentation was collected in a bottle and the difference between the weight of the bottle before and after intrumentation was considered as the amount of debris extrusion.
Results: debris extrusion by instrumentation with ProTaper® was greater than instrumentation with ProTaper Next®, and statistically significant (t-test, p<0,005).
Conclusion: the amount of debris extrusion produced by ProTaper Next® was less than produced by ProTaper®
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylva Dinie Alinda
"Latar Belakang: Ekstrak Biji Anggur EBA mengandung proanthosianidin PA yang berperan sebagai pengikat silang kolagen yang menentukan sifat mekanis dentin.
Tujuan: menganalisis pengaruh EBA dengan kadar PA 2 9 terhadap kekerasan mikro dentin saluran akar.
Metode: 50 gigi dibagi menjadi 3 kelompok yang direndam larutan EBA larutan NaOCl 3 dan aquabides Dilakukan pengukuran nilai kekerasan mikro metode Vickers Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil: Nilai kekerasan mikro tertinggi pada kelompok EBA dan terendah kelompok NaOCl 3 Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai kekerasan mikro kelompok EBA 2 9 dan aquabides p 0 05.
Kesimpulan: Larutan EBA dapat mempertahankan kekerasan mikro dentin saluran akar.

Background: Grape Seed Extract GSE contains proanthosianidin PA as collagen cross linking agent that determine dentin mechanical properties.
Aim: To analyze GSE with 2 9 PA effect on root canal dentin microhardness.
Method: 50 teeth divided into 3 groups which immerse in GSE NaOCl 3 and aquabides Microhardness value measured with Vickers method Data analyze with Kruskal Wallis.
Result: The highest microhardness value on GSE group and the lowest on NaOCl group No significant difference in microhardness value of GSE group compared to aquabides group p 0 05.
Conclusion: GSE solution maintain microhardness value of root canal dentin.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Marta Irawan
"Latar belakang: Penglepasan ion kalsium oleh material bioaktif dapat berperan penting dalam peningkatan pH yang diperlukan dalam aktivitas antibakteri dan remineralisasi jaringan keras gigi.
Tujuan: untuk menganalisis pelepasan ion kalsium dan peningkatan pH dari MTA modifikasi dan Bioceramic pada periode waktu 1,48,168 jam.
Metode: Sampel n=30 dipersiapkan dengan ukuran diameter 3 mm tinggi 3 mm, terdiri dari 15 sampel MTA modifikasi, 15 sampel Bioceramic direndam dalam air deionisasi 1,48,168 jam diukur kadar pelepasan ion kalsium menggunakan AAS dan nilai pH menggunakan pHmeter, Uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok dengan nilai signifikansi p le;0,05.
Kesimpulan: Bioceramic terbukti melepaskan ion kalsium dan peningkatan pH lebih besar dibandingkan dengan MTA modifikasi pada waktu pengukuran 1,48,168

Background: Calcium ion release can promote alkalinizing activity and regeneration.
Objective: To analyze calcium ion release and pH changes from modified MTA and Bioceramics as bioactive material.
Methods: 30 samples are prepared with the size of 3 mm in diameter and 3 mm in height. The samples are consist of 15 of modified MTA and 15 of bioceramics. And then immersed in deionized water for an hour which will then be measured in 1, 48, and 168 hours period. And measured atom absorption sphectropometer and pHmeter.
Result: Mann Whitney post hoc rsquo s statistic test result showed a significant discrepancy among all groups, with the significant value of p le 0,05.
Conclusion: Bioceramics was proven to release more calcium ions and more pH elevation compared to modified MTA during the 1 hour, 48 hour, and 168 hours measurements.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Irawati
"ABSTRAK
Untuk menciptakan penutupan sistem saluran akar yang adekuat diperlukan bahan siler yang berfungsi untuk mengisi celah diantara gutaperca dan dinding saluran akar.Pada pengisian saluran akar sering ditemukan kondisi siler yang keluar dari foramen sehingga berkontak dengan jaringan periapeks dalam waktu yang berkepanjangan.Untuk itu, salah satu persyaratan dari bahan siler saluran akar adalah harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan periradikular.Genotoksisitas adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi biokompatibilitas bahan. Siler saluran akar yang digunakan saat ini merupakan bahan kimia yang dapat mengakibatkan kerusakan pada DNA apabila terpapar dalam waktu yang lama.Terdapat berbagai macam bahan siler seperti siler berbasis Resin, Silikon, atau Bioceramik yang masing-masing memiliki kandungan zat yang berpotensi genotoksik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan potensi genotoksisitas pada siler berbasis Resin, Silikon, dan Bioceramik terhadap DNA sel limfosit manusia dengan menggunakan uji genotoksisitas ?-H2AX selama 1, 3 dan 7 hari. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwasiler berbasis Resin, Silikon, dan Bioceramik memiliki potensi genotoksik terhadap DNA sel limfosit manusia dengan nilai tertinggi terdapat pada siler berbasis resin, selanjutnya diikuti oleh siler berbasis Silikon dan Bioceramik.

ABSTRACT
To create an adequate sealing on root canal system, it is requires a sealer that fill the gap between gutta percha and root canal wall. In root canal obturation, it is frequently found that sealer leak to foramen and in contact with periapex tissue in a prolonged time. For that reason, one property that requirement of root canal sealer material is biocompatible to periradicular tissue. Genotoxicity is one of the important factors that affecting the biocompatibility of the material. Root canal sealer used today are chemicals that can cause DNA damage when exposed for long periods of time. There are a wide range of sealers such as Resin based sealer, Silicone based, or Biaceramic based that each have a potentially genotoxic substance. The purpose of this study was to investigate and compare the potential genotoxicity of Resin based Silicone based, and Bioceramic based sealers against human DNA lymphocytes using H2AX assay for 1, 3, and 7 days. Based on the results, it is known that Resin based, Silicone based, and Bioceramic based sealers have genotoxic potential against human DNA lymphocytes with the highest value found in Resin based, followed by Silicone based and Bioceramic based sealers."
Lengkap +
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Elizhabet
"Latar Belakang: Remineralisasi dentin dapat dicapai melalui beberapa metode, di
antaranya secara Guided Tissue Remineralization (GTR) dalam sistem Polymer-Induced Liquid Precursor (PILP). Remineralisasi secara GTR terbukti dapat meremineralisasi affected dentin dengan membentuk mineral intrafibrillar dan ekstrafibrillar. Melalui sistem PILP, kristal terbentuk dengan ukuran kecil sehingga remineralisasi lebih banyak terjadi secara intrafibrillar. Penambahan fluor dalam sistem PILP diharapkan dapat membentuk kristal fluoroapatit yang berukuran lebih besar dan mampu menyempurnakan remineralisasi hingga ke ekstrafibrillar. Penelitian yang ada selama ini hanya berfokus pada permukaan dentin, sedengkan belum terdapat penelitian untuk membuktikan remineralisasi dengan penambahan fluor yang terjadi pada dinding tubulus dentin. Tujuan: Mengetahui pengaruh penambahan fluor 5ppm dan 25ppm dalam sistem PILP terhadap perubahan topografi dinding tubulus dentin dan persentase fluoroapatit. Metode: Sampel blok dentin terdemineralisasi direndam pada larutan remineralisasi dengan penambahan 5ppm dan 25ppm fluor. Sampel blok dentin kemudian akan dipotong lintang menggunakan metode fraktur lalu diamati dan dianalisis menggunakan uji FE-SEM dan XRD. Hasil: Terjadi perubahan topografi pada dinding tubulus dentin setelah dilakukan remineralisasi melalui proses PILP
dengan penambahan 5ppm dan 25ppm fluor selama 14 hari yang dievaluasi secara deskriptif menggunakan FE-SEM. Hasil analisis XRD menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik penambahan fluor pada larutan remineralisasi PILP terhadap persentase fasa mineral fluoroapatit, namun secara substansi terjadi
peningkatan persentase fluorapatit. Kesimpulan: Penambahan fluor dalam sistem PILP berpengaruh terhadap perubahan topografi dinding tubulus dentin dan persentase
fluoroapatit.

Background: Dentine remineralization can be achieved through several methods,
including Guided Tissue Remineralization (GTR) in the Polymer-Induced Liquid
Precursor (PILP) system. GTR remineralization has been shown to remineralize
affected dentin by forming intrafibrillar and extrafibrillar minerals. Through the PILP
system, crystals are formed with small sizes so that more remineralization occurs
intrafibrillarly. The addition of fluorine in the PILP system is expected to form larger
fluoroapatite crystals and be able to complete the remineralization to extrafibrillar. Existing research so far has only focused on the dentin surface, although there has been no research to prove remineralization with the addition of fluorine that occurs in the dentine tubule walls. Objective: To determine the effect of adding 5ppm and 25ppm fluorine in the PILP system on changes in the topography of the dentinal tubule walls and the percentage of fluoroapatite. Methods: Demineralized dentine block samples were immersed in remineralization solution with the addition of 5 ppm and 25 ppm fluorine. The dentine block samples will then be cross-sectioned using the fracture method and then observed and analyzed using the FE-SEM and XRD tests. Results: Topographical changes occurred in the dentinal tubule walls after remineralization through the PILP process with the addition of 5ppm and 25ppm fluorine for 14 days which were evaluated descriptively using FE-SEM. The results of the XRD analysis showed that there was no statistically significant difference in the addition of fluorine to the percentage of fluoroapatite mineral phase in the addition of fluorine to the percentage of fluoroapatite, but in substance there was an increase in the percentage of fluorapatite. Conclusion: The addition of fluorine in the PILP system affected the topography of the dentinal tubule walls and the percentage of fluoroapatite.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>