Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stephanie Marisca
"ABSTRAK
Latar belakang: Limfoma sel NK/T ekstranodal tipe nasal (NKTCL; extranodal
NK/T-cell lymphoma, nasal type) dapat dikategorikan menjadi beberapa subtipe
berdasarkan ekspresi CD56 dan CD16 sesuai dengan pola perkembangan fenotip
sel natural killer (NK) normal. Ekspresi CD56 banyak ditemukan pada tahap
diferensiasi sel NK yang lebih awal, sedangkan ekspresi CD16 terdapat pada sel
NK dengan diferensiasi yang lebih mature. Selain fenotip normal, adanya infeksi
virus Epstein-Barr (EBV) sebagai etiologi NKTCL berkaitan dengan fenotip
teraktivasi yang ditandai dengan ekspresi CD30 kemudian mengaktifkan jalur
sinyal nuclear factor kappa beta (Nf-KB) sehingga dapat menyebabkan
pertumbuhan dan proliferasi sel tumor. Pada penelitian ini diteliti hubungan antara
subtipe NKTCL berdasarkan ekspresi CD56 dan CD16 dengan ekspresi CD30
serta indeks proliferasi Ki-67.
Bahan dan cara: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Sampel
terdiri atas 30 kasus NKTCL di Departemen Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(FKUI/RSCM) periode Januari 2010 sampai Februari 2016. Dilakukan pulasan
imunohistokimia CD16, CD30 dan Ki-67, kemudian dihitung persentase
positivitasnya.
Hasil: Positivitas CD56 ditemukan pada semua kasus (100%). Positivitas CD16
sebanyak 16 (53,3%) kasus, positivitas CD30 sebanyak 16 (53,3%) kasus, dan
indeks proliferasi Ki-67 tinggi sebanyak 16 (53,3%) kasus. Tidak terdapat
hubungan bermakna antara subtipe NKTCL (CD56+CD16- dan CD56+CD16+)
dengan ekspresi CD30 (p=0,732). Tidak terdapat hubungan bermakna antara
subtipe NKTCL (CD56+CD16- dan CD56+CD16+) dengan indeks proliferasi Ki-
67 (p=0,732). Tidak terdapat hubungan bermakna antara ekspresi CD30 dengan
indeks proliferasi Ki-67 (p=0,732).
Kesimpulan: Subtipe NKTCL berdasarkan ekspresi CD56 dan CD16 tidak
berhubungan dengan ekspresi CD30 maupun indeks proliferasi Ki-67.
Kata kunci:
NKTCL, CD56, CD16, CD30, Ki-67.

ABSTRACT
Background: Extranodal NK/T-cell lymphoma, nasal type (NKTCL) can be
categorized into several immunophenotypic subtypes based on CD56 and CD16
expression which apparently resemble the normal natural killer (NK) cell
developmental pattern. CD56 expression mostly found in earlier stage of NK cell
differentiation, while CD16 expression indicates more mature NK cell
differentiation. Besides the normal NK cell phenotype, the presence of Epstein-
Barr virus (EBV) infection as the etiology of NKTCL has been known to correlate
with activation-related phenotype which marked by CD30 expression, thus
activates nuclear factor kappa beta (Nf-KB) signaling pathway and promotes
tumour cells growth and proliferation. This research examined the correlation
between NKTCL subtypes based on CD56 and CD16 expression with CD30
expression and Ki-67 proliferation index.
Materials and methods: This was a cross-sectional study with 30 samples of
NKTCL in Anatomical Pathology Department, Faculty of Medicine Universitas
Indonesia / Cipto Mangunkusumo Hospital (FMUI/CMH) between January 2010
to February 2016 period. All cases stained by CD16, CD30, and Ki-67
immunohistochemistry and evaluated by the percentages of positivity.
Results: CD56 positivity was found in all cases (100%). CD16 positivity was
found in 16 (53,3%) cases, CD30 positivity was found in 16 (53,3%) cases, and
high Ki-67 proliferation index was found in 16 (53,3%) cases. There was no
association of NKTCL subtypes (CD56+CD16- and CD56+CD16+) with CD30
expression (p=0,732). There was no association of NKTCL subtypes
(CD56+CD16- and CD56+CD16+) with Ki-67 proliferation index (p=0,732).
There was also no association between CD30 expression and Ki-67 proliferation
index (p=0,732).
Conclusion: NKTCL subtypes based on CD56 and CD16 expression has no
association with CD30 expression or Ki-67 proliferation index.
Key words:
NKTCL, CD56, CD16, CD30, Ki-67."
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Kalyana Makes
" ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker payudara invasif adalah tipe penyakit kanker yang paling sering ditemui pada wanita, dan juga penyebab kematian yang cukup tinggi. Adanya perubahan dalam nilai ambang positiftas reseptor hormone dan HER2 pada kanker payudara invasif akan mendatangkan perubahan dalam profil molekuler, yang mungkin mempunyai makna klinis. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan dalam profil molekuler berdasarkan perubahan dalam nilai ambang untuk Estrogen Receptor ER , Progesterone Receptor PR , dan Human Epidermal Growth Factor 2 HER2 , pada kasus kanker payudara invasif di RSCM pada tahun 2014, dan juga untuk mengevaluasi perubahan dalam fitur klinikopatologis. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan 94 sampel, diambil dengan metode systematic random sampling dari semua kasus kanker payudara invasif di RSCM pada tahun 2014. Sampel mencakup rekam medis serta spesimen biopsi, yang digunakan untuk mengklasifikasi kasus-kasus secara molekuler.Hasil: Kedua klasifikasi baru dan lama menghasilkan pola yang mirip, yaitu subtipe Luminal A yang paling banyak ditemukan, sementara subtipe HER2 yang paling sedikit ditemukan. Reklasifikasi juga menghasilkan penurunan jumlah kasus tripel negatif, namun tidak mengubah profil klinikopatologis semua subtipe molekuler. Kata kunci: kanker payudara, klasifikasi molekuler, ER, PR, HER2.

ABSTRACT
Background Invasive breast carcinoma is the most common type cancer found in women, and is also the leading cause of death in women. Recent changes in cut off values of invasive breast carcinoma molecular classification will result in changes in the molecular profile, which may have clinically significant.Aim This study was conducted to observe the changes in the molecular profile based on the changes in cut off values of Estrogen Receptor ER , Progesterone Receptor PR and Human Epidermal Growth Factor 2 HER2 , among invasive breast carcinoma cases in RSCM in the year 2014, as well as to evaluate the changes in the corresponding clinicopathologic features. Method This study uses 94 samples, which is obtained through consecutive random sampling from all of the invasive breast carcinoma cases in RSCM in 2014. The samples consist of medical record and specimen biopsy, in which old and new classifications are made based on the corresponding cut off values.Results Both old and new classification yielded a very similar trend of number of cases, in which Luminal A makes up the most of the cases and HER2 cases makes up the least number of cases. The reclassification, however, causes a decrease in the number of triple negative cases, although the clinicopathologic profile of all molecular subtypes did not have any significant changes. Keywords breast cancer, molecular classification, ER, PR, HER2 "
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Afriani
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790).

ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ketiga terbanyak pada laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Penelitian ekspresi HER2 pada kanker kolorektal memiliki rentang yang cukup jauh yaitu 0-83% dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai ekspresi HER2 pada kanker kolorektal serta dihubungkan dengan parameter prognostik histopatologi berupa jumlah mitosis per 10 LPB, kedalaman invasi sel kanker, dan invasi sel kanker di limfovaskuler. Penelitian menggunakan desain retrospektif terhadap 51 sediaan blok parafin kanker kolorektal rentang tahun Januari 2011-Desember 2012. Penilaian karakteristik sampel diambil dari rekam medis dan penilaian parameter prognosis histopatologi dinilai dari sediaan HE pasien kanker kolorektal. Pulasan imunohistokimia HER2 menggunakan antibodi poliklonal anti HER2(DAKO). Rata-rata usia penderita adalah 57.8±13.54 tahun, 58.8% penderita adalah laki-laki dan 41.2% perempuan. Hitung mitosis per 10 LPB didapatkan median 11 mitosis dengan rentang 3-34 mitosis per 10 LPB. Berdasarkan grading histopatologi, ditemukan low grade sebanyak 39(76.5%) dan high grade sebanyak 12(23.5%) kasus. Invasi sel kanker di limfovaskuler ditemukan sebanyak 37(72.5%) kasus. Ekspresi HER2 positif ditemukan sebanyak 5(9.8%) kasus. Semua kasus positif terdapat pada invasi sel tumor sedalam serosa (pT3). Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi HER2 dengan derajat diferensiasi (p=0.663), mitosis (p=0.354), kedalaman invasi (p=0.983), dan invasi limfovaskuler (p=0.790)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Woro Setyaningrum
"Adrenomedulin merupakan peptida dengan berbagai aktivitas biologi baik pada keadaan fisiologis maupun pada keganasan. Pada keganasan adrenomedulin berperan sebagai faktor stimulasi proliferasi, menghambat apoptosis, serta menginduksi angiogenesis. Ekspresi adrenomedulin terutama dipengaruhi oleh hipoksia sehingga adrenomedulin banyak ditemukan pada berbagai tumor solid. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ekspresi Adrenomedulin jaringan karsinoma payudara invasif NST baik yang metastasis dan non-metastasis, serta dilihat hubungan adrenomedulin dengan jumlah mitosis dan apoptosis yang dilakukan dengan memeriksa ekspresi Caspase-3.
Metode penelitian: pada 50 kasus karsinoma payudara invasif NST dengan 25 sampel non-metastasis (N0) dan 25 sampel sisanya adalah sampel metastasis (N1) dilakukan pemeriksaan ekspresi adrenomedulin dan Caspase-3 dengan pulasan imunohistokimia, serta jumlah mitosis dengan pulasan HE.
Hasil : ada perbedaan bermakna ekspresi Adrenomedulin pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,002) dan terdapat korelasi (koefisien korelasi Spearman 0, 490) antara ekspresi adrenomedulin dengan metastasis, ada perbedaan bermakna ekspresi Caspase-3 pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,038) dan ada korelasi (koefisien korelasi Spearman 0, 327) antara ekspresi Caspase-3 dengan metastasis, namun tidak ada perbedaan bermakna jumlah mitosis pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis (p=0,004) dan tidak ditemukan korelasi (koefisien korelasi Spearman 0,188) antara mitosis dengan metastasis, tidak ada perbedaan bermakna antara ekspresi adrenomedulin dengan ekspresi Caspase-3 (p=0,697) maupun dengan mitosis (p=0,711) pada jaringan karsinoma payudara invasif NST metastasis dengan non-metastasis.

Adrenomedullin is a peptide hormone with many biological activities either in physiological conditions or malignancy. Adrenomedullin in malignancy acts as a factor in stimulating proliferation, inhibiting apoptosis, and induces angiogenesis. Its secretion is influenced by hypoxia condition and cytokine secretion. Adrenomedullin is found in variety of solid tumors. The purpose of this study was to analyze the expression of adrenomedullin in invasive carcinoma NST of the breast tissue both metastatic and non-metastatic, and its relations with mitosis count and apoptosis.
Methods: in 50 cases of invasive carcinoma NST of the breast with 25 samples of non-metastatic (N0) and 25 metastastic (N1) samples were examined for the expression of adrenomedullin and Caspase-3 that investigated by immunohistochemistry staining, and mitosis count by HE staining. Apoptosis was investigated by the expression of caspase-3.
Results: There is significance differences of Adrenomedullin expression in breast invasive cancer NST tissue with metastasis compare to non-metastasis (p = 0.002) and correlation between the expression of adrenomedullin with metastasis to regional lymph node (Spearman coefficient correlation 0.490), there is significance differences of Caspase-3 expression in breast invasive cancer NST tissue with metastasis compare to non-metastasis (p = 0.038) and there is correlation between the expression of Caspase-3 with metastasis to regional lymph node (Spearman coefficient correlation 0.327), but there isn‟t significance differences in mitosis count between metastasis and non-metastasis (p = 0.906), there is no correlation between the expression of adrenomedullin and the expression of Caspase-3 (Spearman coefficient correlation 0.089) and mitosis (Spearman coefficient correlation 0.099).
Conclusion: adrenomedullin expression are found correlate to metastasis to the lymph nodes in breast cancer invasive NST, but there were no correlation with mitosis and apoptosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Diana
"ABSTRAK
Latar belakang: Karsinoma papiler tiroid KPT merupakan 85-90 dari seluruhkanker tiroid. KPT adalah tumor epitel folikel ganas yang menunjukkan diferensiasisel folikular disertai perubahan inti dan/ atau pembentukan struktur papiler. Siklin D1dapat digunakan sebagai penanda invasi sel tumor. Tujuan penelitian inimembandingkan ekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, KPTdengan metastasis ke kelenjar getah bening KGB leher, dan KPT dengan metastasistulang.
Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang. Sampel terdiri atas 13kasus untuk masing-masing kelompok KPT tanpa metastasis, KPT dengan metastasisKGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang. Dilakukan pulasan siklin D1 danpenilaian pulasan berdasarkan intensitas dan jumlah inti sel yang terpulas. Dilakukanpenghitungan histoscore dan persentase setiap kasus. Hasil penghitungandikelompokkan menjadi derajat satu yaitu hasil kurang dari 10 , derajat dua yaituhasil 10-50 , dan derajat tiga yaitu lebih dari 50.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pulasan siklin D1 derajat tigaditemukan pada sebagian besar kelompok KPT dengan metastasis tulang dan tidakditemukan pada KPT tanpa metastasis. Terdapat hubungan yang bermakna antaraekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, kelompok KPT denganmetastasis KGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang interval kepercayaan 95 0,01-0,74; p

ABSTRACT
Background: Papillary thyroid carcinoma PTC represents 85 of all thyroidcancer. PTC is a malignant epithelial tumor showing evidence of folliculardifferentiation and characterized by distinctive nuclear features with or withoutpapillary structures. Cyclin D1 can be used as a marker of tumor cell invasion. Theaim of the study was to compare expression of cyclin D1 in PTC without metastasisgroup, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distant metastasis.
Methods: This was cross sectional study. Samples consist of 13 cases for each groupPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis stained with cyclin D1 antibody. Quantification was based on the intensityand distribution of nuclear staining. The appraisal was done with estimatinghistoscore and percentage. Calculation result was graded as follows grade one isfewer than 10 of tumor cells, grade two is 10 50 , and grade three is more than50.
Results: The result of the study shows that grade three of cyclin D1 staining found inmajority cases of PTC with distant metastasis and not found in PTC withoutmetastasis. There is a significant differences of cyclin D1 expression among group ofPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis 95 confidence interval 0,01 0,74 p.
"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library