Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boy Sinatra Luwia
"Scope and method of study :
The skin is the most commonly injured organ in industry to day with a clinical manifestation as contact dermatitis caused by chemical substances especially nickel and chrome.
A knowledge of the role of risk factors on contact dermatitis is obviously very important to prevent the disease.
This study involved 228 workers in the key manufacturing in Tangerang, west Java. It is necessary to observe all step of production, attitude of the employee and the environment parameters as temperature, humidity, metal & dust concentration in the working environment to prevent the outcome of the disease.
All workers undergo clinical examination, while patch test to nickel & chromium were done to suspected cases of allergic contact dermatitis.
Findings and conclusions :
Prevalence of contact dermatitis is found in 46 workers (20,17 %), which consist of 20 (8,8 %) allergic contact dermatitis ; 11 (4,8 %) irritant contact dermatitis and 15 (6,6 %) other dermatitis aggravated for contact dermatitis.
The results of patch test to nickel is positive in 7 cases (30 %) from 20 cases and chrome in 4 cases (20 %) from 20 cases.
The most risk factors for contact dermatitis are low education, history of allergy and cleaning up after working.

Ruang lingkup dan Cara penelitian :
Kulit merupakan organ tubuh yang paling banyak mendapat trauma dalam dunia industri antara lain bermanifestasi dalam bentuk dermatitis kontak, kelainan tersebut di antaranya disebabkan oleh logam nikel dan krom, yang pemajanannya ditemukan di pabrik kunci. Untuk mengurangi dampak yang terjadi perlu diketahui faktor-faktor yang berperan pada terjadinya dermatitis kontak dalam proses pembuatan kunci agar dapat dilaksanakan usaha-usaha pencegahannya.
Penelitian ini meliputi 228 tenaga kerja di bagian produksi pabrik kunci, dengan mempelajari proses yang terdapat di tiap bagian produksi, perilaku tenaga kerja dan mengukur beberapa parameter lingkungan yaitu panas, kelembaban, kadar logam dan debu.
Anamnesa dan pemeriksaan kulit dilakukan terhadap semua . pekerja sedangkan perlakuan uji tempel terhadap nikel dan krom hanya pada kelompok yang diduga menderita dermatitis kontak alergi.
Hasil dan Kesimpulan :
Prevalensi dermatitis kontak mencapai 46 tenaga kerja (20,17 %) terdiri atas 20 (8,8 %) dermatitis kontak alergi. ; 11 (4,8 %) dermatitis kontak iritan dan 15 (6,8 7) dermatitis lain yang mempermudah terjadinya dermatitis kontak. Hasil uji tempel terhadap nikel 7 kasus (30%) positip dari 20 kasus dan terhadap krom 4 kasus (20%) positip dari 20 kasus.
Faktor yang paling berperan untuk terjadinya dermatitis kontak ialah adanya faktor pendidikan yang rendah, riwayat alergi dan perilaku, cuci tangan setelah bekerja."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhany Suryanto
"Nyeri punggung bawah (NPB) dapat terjadi akibat getaran seluruh tubuh. Selain itu faktor umur, IMT dan kebiasaan merokok juga merupakan faktor risiko terjadinya NPB. Pengemudi bajaj dapat bekerja lebih dari 8 jam sehari, sehingga diperkirakan risiko NPB menjadi lebih tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di pangkalan bajaj RKS dengan jumlah pengemudi 120 orang dan di pangkalan ojek dengan jumlah pengemudi 50 orang selama bulan Juni-Juli 2006. Desain penelitian ialah kasus kontrol yang didahului dengan penelitian potong lintang untuk mencari prevalensi NPB dan mendapatkan populasi dari kasus dan kontrol. Prevalensi NPB diantara pengemudi bajaj adalah 43,33%, sedangkan prevalensi NPB diantara pengemudi ojek adalah 4%. Kasus adalah pengemudi bajaj dan ojek yang mengalami NPB. Kontrol adalah pengemudi bajaj dan ojek yang tidak mengalami NPB. Diperoleh 54 kasus NPB dan 54 kontrol.
Pada analisis bivariat, terdapat hubungan bermakna antara total dosis getaran (p<0,0I; 95 % CI 3,54-25,84; OR 9,94) dan merokok (p<0,01; 95 % CI 4,15-158,67; OR 24,14 ) dengan NPB. Pada analisis bivariat, tidak terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan NPB (0,01

Low back pain (LBP) can be caused by whole body vibration. Age, body mass index and smoking are also risk factors of LBP. Bajaj drivers usually work more than 8 hours/day. It was predicted that LBP among them is high.
This study was done at bajaj base RKS which has 120 bajaj drivers and at ojek shelter which has 50 ojek drivers during period of June-July 2006. This study used case-control design, which was preceded by a cross-sectional study to get the prevalence of LBP and to identify the case and control populations. The prevalence of LBP among bajaj drivers was 43,33% and among ojek drivers was 4%. Case was defined as bajaj and ojek driver who had LBP whereas control was defined as bajaj and ojek driver who had not LBP. There were 54 cases and 54 controls.
Bivariat analysis showed that there were significant relationships between total vibration dose (p<0,01; 95 % CI 3,54-25,84; OR 9,94), and smoking (p<0,01; 95 % CI 4,15-158,67; OR 24,14 ) with LBP. There was no significant relationship between BMI to LBP (0,01
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lianiwati
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Pabrik rokok merupakan salah satu industri yang menyerap tenaga kerja cukup banyak, dan sebagian besar tenaga kerja adalah wanita. Sebagian sikap kerjanya masih belum memenuhi syarat-syarat ergonomi. Dengan memperbaiki sikap kerja diharapkan peningkatan prestasi kerja tenaga kerja tersebut serta berkurangnya keluhan fisik yang terjadi. Secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraannya dan ini mempunyai dampak positif terhadap pembangunan negara. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi kerja tenaga kerja wanita bagian pres rokok dengan merubah sikap kerja dari duduk bersila di lantai menjadi duduk di tempat duduk menghadap meja kerja. Pada perubahan ini akan terjadi mass adaptasi dan mungkin terjadi pengurangan keluhan fisik. Penelitian dilakukan pada 38 tenaga kerja wanita dan diukur kecepatan penyelesaian 1 paket rokok sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk keperluan penelitian dibuat meja kerja dan tempat duduk yang ukurannya disesuaikan dengan ukuian antropometri tenaga kerja wanita tersebut, dan slat bantu kerja ini dicobakan pada mereka.
Hasil dan Kesimpulan: Pengukuran kecepatan penyelesaian 1 paket rokok ternyata menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,01) sebelum dan sesudah perlakuan: ada penurunan waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan 1 paket rokok oleh tenaga kerja tersebut. Masa adaptasi berlangsung selama 4 minggu sejak dimulainya perlakuan. Dengan demikian memang ada peningkatan prestasi tenaga kerja wanita di bagian pres rokok. Juga ada pengurangan keluhan fisik pada mereka, yaitu berupa keluhan di leher, punggung, kaki, dan setelah dilakukan uji statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,01).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Ojong
"Latar belakang: Influenza-like illness merupakan penyakit yang terbanyak dijumpai di PT. X, yang dikhawatirkan akan menurunkan produktivitas kerja. Program imunisasi influenza baru diikuti oleh 30% pekexja Belum diketahui efektivitas imunisasi tersebut terhadap kejadian influenza-like illness. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas imunisasi influenza di PT. X
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan disain kasus-kontrol dengan perbandingan l:l. Jumlah sampel perkelompok 88 orang. Sampel dipilih dengan random. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, wawancara, pemeriksaan fisik dan rekam medik serta dari dokumen sumber daya manusia.
Hasil penelitian: lnfluenza~Iike illness dipengaruh oleh imunisasi (OR=4.83), lokasi kerja (0R=3.94), kebiasaan olahraga (OR=3.86), kebiasaan merokok (OR=2.86), dan Indeks Massa Tubuh (0R=0.44). Subyek yang mendapat imunisasi median lama sakit 3 (3-5) sedangkan pada yang tidak diimmmisasi median larna sakit 4 (2-7) hari. Dua nilai tersebut berbeda bermakna (p 0.008). Efektivitas imunisasi influenza terhadap kejadian influenza-like illness sebesar 69.4%.
Kesimpulan Imunisasi influenza merupakan falctor determinan utama influenza illness dengan efektivitas 69.4%.

Background : Influenza-like illness is an illness found mostly among staff members in PT X. It?s great concem due to the fact of lowering workers? productivity. Influenza immunization program in PT X has just covered 30% of the whole number of workers. So far, the effectiveness regarding the immunization on the Influenza-like illness symptoms is not known yet. This research is carried out to observe, etfectiveness of influenza immunization in PT X.
Methods: This research used the design of Case-control of l:l. The number of random samples per group was 88 persons. Data was collected through carrying out questionainnaires, interview, physical observation; medical record and human resources document observation.
Result: Influenza-like illness was influenced by immunization (OR=4.83), workers location (OR=3.94), sport activities (OR=3.86), smoking (OR=2.86) and Body Mass Index (0R=0.44). Workers who got imunization, their length of illness was 3 (3-5) days, while those who did not get immunization, their length of illness was 4 (2-7) days. The difference was significant with p value of 0.008. The effectiveness of influenza immunization on Influenza-like illness symptoms is 69.4%.
Conclusion: The influenza immunization was main determinant factor of the influenza-like illness, the effectiveness was 69.4%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32308
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Wijaya
"Later Belakang : Dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar, sebagian besar komunikasi yang dilakukan seorang guru adalah dalam bentuk komunikasi verbal. Penggunaan suara harus cukup lantang dan stabil sehingga pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Proses pengeluaran suara merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan suara selain faktor - faktor risiko lainnya.
Metode : Peneiitian dengan metode potong lintang untuk mendapatkan hubungan kegiatan belajar mengajar dan gangguan suara serta faktor - faktor lain. Gangguan suara ditentukan bila tenjadi peningkatan dua atau lebih parameter akustik pada hasil pemeriksaan analisis suara. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, pengukuran lingkungan kerja dan analisis suara dengan menggunakan alat MDI/P produksi Kay Elemetric corp.
Hasil Penelitian : Guru yang mengajar disekolah dengan akreditasi "A" sebanyak 51,5%, yang mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 80,'7% dan mengajar lebih dari 16 jam dalam seminggu sebanyak 54,4%. Prevalensi gangguan suara pada guru sekolah dasar sebesar 29,2%. Terdapat tiga faktor determinan terjadinya gangguan suara yaitu, status akreditasi sekolah (p = 0,021 , CI = 1,133 - 4,624 , OR = 2,28) , masa kerja (p = 0,04, CI = 1,004 - 8,073, OR = 2,84) serta lama keija perminggu (p = 0,040, CI = 1,020 - 4,209, OR = 2,072). Tidak didapati perbedaan yang bermakna untuk faktor risiko yang lainnya terhadap terjadinya gangguan suara.
Kesimpulan : Tempat mengajar, lama kerja perminggu serta mesa kerja sebagai guru berhubungan dengan terjadinya gangguan suara pada guru sekolah dasar.

Background: While carrying out the teaching and leaming activities, most communication was done by verbal communication. Use of sound should be loud enough and stable so that lessons can be delivered well-received. Vocal loading is one of the risk factor for voice disorders.
Methods : This cross sectional method to obtain the relationship of teaching and learning activities and voice disorders. Voice disorders is determined if there was an increase of two or more parameters on the results of acoustic voice analysis. Data collected through questionnaires, physical examination, working environment measurement and analysis of voice using MDVP Kay Elemetric corp.
Results : Teachers who teach in schools with the accreditation of the "A" as much as 5l.5%, which has the working lives of more than 5 years were 80.7% and teach more than 16 hours a week as much as 54.4%. Prevalence of voice disorders in primary school teachers by 29.2%. There are three factors as the determinant of the occurrence of voice disorders, school accreditation status (p = 0.02l, Cl = 1.133 to 4.624, OR = 2.28), length of employment (p = 0.04, CI = 1.004 to 8.073, OR = 2.84 ) and the length of work per week (p = 0.040, CI = 1.020 to 4.209, OR = 2.072). No significant difference was found for other risk factors on the occurrence of voice disorders.
Conclusion : The place of teaching, working period per week and years of service as a teacher associated with the occurrence of voice disorders in primary school teachers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32330
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Melati
"Latar belakang dan tujuan: Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi infark miokard juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini selain disebabkan oleh faktor risiko konvensional, juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan. Upaya pengendalian bam ditujukan pada iinktor-faktor risiko konvensional. yang sudah diketahui jelas pengaruhnya, sedangkan faktor pekexjaan yang menimbulkan job strain masih belum diperhatikan, padahal job strain dapat menimbulkan stres kerja yang akan berdampak pada terjadinya infark miokard. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara job strain dan faktor risiko lainnya dengan terjadinya infark miokard pada pekerja.
Metode: Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jivquency matching 1:1 menurut umur. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner data umum yang meliputi karakteristik demografi, faktor risiko konvensional, karakteristik pekerjaan, dan kuesioner demand- control (ICQ) untuk mengukur job strain.
Hasil: Job strain, merokok dan dislipidemia merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan infark miokard. Job sirain meningkatkan risiko infark miokard 6,8 kali lipat (Adj OR 6,80, 95% CI: 2,72 ; l6,98, p = 0,000). Perokok ringan bexisiko I5 kali lipat terhadap teljadinya infark miokard (Adj OR 14,97, 95% CI: 3,17 ; 70,74, p = 0,001), perokok sedang beaisiko 7,7 kali lipat terhadap terjadinya infark miokard (Adj OR 7,72, 95% CI: 273 ; 21,84, p = 0,000), dan perokok berat berisiko 26 kali lipat terhadap terjadinya infark miokard (Adj OR 25,6l, 95% Cl: 5,25 ; 124,88, p = 0,000). Dislipidemia meningkatkan risiko infark miokard 2,8 kali lipat (Adj OR 2,82, 95% CI: 1,07 ; 7,44, p = 0,035). Komponen job strain yang meningkatkan risiko infark miokard adalah job demands yang tinggi (Ad_ยง OR 2,44, 95% CI: 1,02 ; 5,85, p = 0,046).
Kesimpulan: Job strain, merokok dan dislipidemia secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian infark miokard.

Background and aim: Coronary heart disease is the most tightening disease and still become a problem in the developed and developing countries. The prevalence of myocard infarction is also increasing fiom year to year. Beside the conventional risk factors, it is also influenced by occupational factors. Although job strain can cause stress which would have impact on the occurrence of myocard infarction, the prevention strategies being implemented are just for conventional risk factors. There is still no concern for occupational factors which can also cause job strain. This study was aimed to assess the relationship between job strain and other risk factors with myocard infarction among workers.
Methods: The study design was case - control with frequency matching 1:1 for age. Data were collected by using general questionnaire which covered demography characteristics, conventional risk factors, job characteristics, and demand - control questionnaire(ICQ) to assess job strain.
Result: Job strain, smoking and dyslipidemia were risk factors which had relationship with myocard infarction Job strain increased myocard infarction risk by 6.8 times (Adj OR 6.80, 95% CI: 2.72 ; 16.98, p = 0.000). Light smokers increased myocard infarction risk by 15 times (Adj OR 14.97, 95% CI: 3.17 ; 70.74, p = 0.001), medium smokers increased myocard infarction risk by 7,7 times (Adj OR 7.72, 95% CI: 2.73 ; 21.84, p = 0.000), and heavy smokers increased myocard infarction risk by 26 times (Adj OR 25.61, 95% CI: 5.25 ; 124.88, p = 0.000)_ Dyslipidemia increased myocard infarction risk by 2.8 times (Adj OR 2.82, 95% CI: 1.07 ; 7.44, p == 0.035). Job strain component which increased myocard infarction risk was high job demand (Adj OR 2-44, 95% CI: 1.02 ; 5.85, p = 0046).
Conclusion: Job strain, smoking and dyslipidemia simultaneously had relationship with myocard infarction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32344
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Prabowo
"Karbon monoksida merupakan senyawa gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa tetapi sangat beracun. Karbon monoksida terutama berasal dari asap hasil pembakaran mesin dan kendaraan bermotor. Keracunan terutama terjadi karena proses inhalasi dan melalui mekanisme hipoksia, selanjutnya dapat menimbulkan gangguan sistem saraf pusat dengan gejala gangguan neurobehavioral dan fungsi kognitif.
Penelitian ini mengkaji hubungan antara pajanan kronis karbon monoksida dengan gangguan fungsi kognitif pada pekerja di lokasi parkir dalam gedung. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, melibatkan 93 pekerja di lokasi parkir dalam gedung rumah sakit dan hotel di Jakarta pada tahun 2015. Pengukuran kadar karbon monoksida di udara lingkungan kerja dilakukan 1 kali menggunakan metode spektrofotometri dengan iodida pentoksida. Pengukuran kadar COHb dilakukan dengan metode kromatografi gas melalui udara CO ekshalasi, sedangkan fungsi kognitif dinilai menggunakan kuesioner Montreal Cognitive Assessment. Prevalensi gangguan fungsi kognitif pada populasi pekerja di lokasi parkir dalam gedung 22,58%. Gangguan fungsi kognitif memiliki hubungan bermakna (p<0,05) berturut-turut dengan kadar CO ruang (ORcr=4,28; 95% CI = 1,15-15,86), kadar COHb (ORcr=6,5; 95% CI = 2,21-19,10) dan kebiasaan merokok (ORcr=6,81; 95% CI = 1,98-23,42).
Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor risiko utama yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif adalah kadar COHb ≥5% (ORadj=4,47; 95% CI = 1,23-16,25). Disimpulkan pajanan kronis CO di udara lingkungan kerja dapat menimbulkan gangguan fungsi kognitif yang ditandai dengan peningkatan kadar COHb dalam darah. Kebiasaan merokok merupakan faktor perancu utama, karena dapat secara langsung meningkatkan kadar COHb dalam darah dan menimbulkan gangguan fungsi kognitif melalui mekanisme kerusakan sel syaraf. Pemerintah perlu menyusun regulasi terkait pembangunan fasilitas parkir dalam gedung untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja.

Carbon monoxide (CO) is a colorless, nonirritating, odorless and tasteless gas. The most important human-made source of CO arises from the exhaust of automobiles. Carbon monoxide chronic intoxication mostly occurs from an inhalation process and can cause brain damage due to its sensitivity over hypoxia, and leads to various neural defects including neurobehavioral and cognitive function disturbance.
This study aimed to determine the relationship between chronic CO exposure and cognitive function among basement parking lot workers. This study used a cross-sectional design, involving 93 people age 20-40 years who work in a hospital or hotel basement parking lot in Jakarta on 2015. Carbon monoxide air levels in workplace were measured using iodine pentoxidespectrophotometric method, while COHb levels were measured once using Gas Chromatography through a CO exhalation procedure. Cognitive function was determined using the Montreal Cognitive Assessment (MoCA) questionnaire.
Study result showed the CO air levels were all below threshold limit value (TLV) of 29 mg/m3. The prevalence of impaired cognitive function among basement parking lot workers was 22,58%. Carbon monoxide air levels, COHb levels and smoking habit factors were statistically significant related to impaired cognitive function, with ORcr 4.28 (95% CI = 1,15-15,86); ORcr 6.5 (95% CI = 2,21-19,10); and ORcr 6.81(95% CI = 1,98-23,42). Logistic regression method shows COHb levels is the only predictive factor of cognitive function with ORadj 4.47 (95% CI = 1,23-16,25). Therefore, it is concluded that chronic exposure of CO in the air workplace can cause cognitive function impairment, marked by a significant increase of COHb levels. Smoking habit is the main confounding factor, for it can directly increase COHb levels and impair cognitive function. Government should establish a punctual and effective regulation on how to build a basement parking lot facility regarding the safety of the workers."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabian
"ABSTRAK
Nama : FabianProgram Studi : Magister Kedokteran KerjaJudul : Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas Kuesioner Work Family Conflict Scale Dalam Bahasa Indonesia Pendahuluan: Karyawan pada perusahaan jenis usaha besar maupun jenis usaha kecil di Indonesia, seringkali harus tinggal berjauhan dari keluarga. Kondisi demikian dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik pekerjaan dan keluarga, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada produktivitas kerja. Kuesioner Skala Konflik Pekerjaan dan Keluarga telah tersedia untuk mendeteksi hal ini, diperlukan validasi dari kuesioner ini dalam Bahasa Indonesia yang sesuai dengan Budaya Indonesia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai validitas dan nilai reliabilitas dari Kuesioner Konflik Pekerjaan dan Keluarga dalam Bahasa Indonesia yang dapat digunakan bagi karyawan pada perusahaan jenis usaha besar maupun kecil.Metode : Dilakukan penerjemahan Kuesioner Skala Konflik Pekerjaan dan Keluarga dalam Bahasa Inggris dengan menggunakan pendekatan Epidemiologi Transkultural. Kuesioner kemudian diujicobakan terhadap 66 responden penelitian dari perusahaan dengan jenis usaha besar dan kecil untuk mengetahui kekuatan korelasi antarbutir pernyataan kuesioner dan nilai validitasnya. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan teknik ukur ulang untuk mendapatkan nilai Cronbach rsquo;s Alpha.Hasil : Penelitian menunjukkan responden memiliki latar belakang pendidikan minimal SMP/Sederajat. Hasil uji statistik terhadap 18 butir pernyataan dalam Kuesioner Skala Konflik Pekerjaan dan Keluarga dalam Bahasa Indonesia mendapatkan nilai rata-rata validitas kuesioner adalah kuat yaitu 0,60 dan nilai rata-rata reliabilitas kuesioner adalah sangat reliabel, yaitu 0,916.Kesimpulan : Kuesioner Skala Konflik Pekerjaan dan Keluarga dalam Bahasa Indonesia adalah valid dan reliabel sehingga dapat digunakan bagi karyawan baik pada perusahaan jenis usaha besar maupun jenis usaha kecil di Indonesia dengan tingkat pendidikan minimal SMP/Sederajat. Kata kunci : Kuesioner Skala Konflik Pekerjaan dan Keluarga, Uji Validitas, Uji Reliabilitas.

ABSTRACT
ABSTRACT Name FabianStudy Program Magister of Occupational MedicineTitle Validity and Reliability Test of Work Family Conflict Scale Questionnaire in Indonesian Language Introduction Employee who is working in large and small scale industry in Indonesia, would frequently required to live separately from his family. This condition may trigger work and familly conflict that in the end will affect the workers productivity. Work Family Conflict Scale Questionnaire is available to detect this problem among workers, hence a validation in Indonesian Language which is expected to meet the culture of Indonesia is needed.Objectives To validate and get reliability scores of The Work Family Conflict Scale Questionnaire in Indonesian Language for employees working in large and small scale industry. Methods Transcultural Epidemiology approach was used as the translation procedure of the original questionnaire. The validity is tested in 66 respondents from large and small scale industries using measured using inter items correlations and validity. The reliability is tested using repeated testings within 15 ndash 30 days and measured using Cronbach rsquo s Alpha.Results Most of our respondents were mostly junior high school graduates. Statistical tests of 18 items of Work Family Conflict Scale Questionnaire adopted in Indonesian Language revealed strong, the average of validity score 0.60 and very reliable, the average of reliability score 0.916. Conclusion The Work Family Conflict Scale Questionnaire in Indonesian Language is valid and reliable, and therefore can be used for employees working with large and small scale industry in Indonesia with minimal education level of junior high school. Key Words Work Family Conflict Scale Questionnaire, Validity Test, Reliability Test."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Dwiani Tinovella Tubarad
"Latar Belakang : Pembelajaran keterampilan komunikasi pada tahap akademik seringkali tidak diterapkan di tahap klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses komunikasi mahasiswa dalam melakukan anamnesis di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta PSKD FKK UMJ secara mendalam.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan anamnesis dengan pasien di klinik penyakit dalam, dan focus group discussion FGD dengan mahasiswa di stase penyakit dalam. Triangulasi data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan staf pengajar di stase penyakit dalam. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan The Calgary Cambridge Observation Guide. Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim lalu dilakukan analisis tematik dan koding. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kekurangan dalam mengumpulkan informasi, membangun struktur anamnesis, membangun hubungan, dan mengakhiri anamnesis, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan mahasiswa seperti pelatihan keterampilan komunikasi yang meliputi pelatihan pada tahap klinik dan tahap akademik, faktor pesonal, role model, faktor kepercayaan diri, faktor pengetahuan, faktor psikologis, faktor waktu, dan faktor yang berhubungan dengan pasien. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya panduan khusus yang digunakan untuk melakukan keterampilan komunikasi.
Kesimpulan : Pembelajaran keterampilan komunikasi di PSKD FKK UMJ sudah diberikan sejak awal pendidikan sampai tahap klinik dan terintegrasi dalam keterampilan anamnesis, namun masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak melakukan proses komunikasi dengan baik, yang dipengaruhi oleh faktor mahasiswa dan faktor pasien.

Background: Learning communication skill in undergraduate medical student are not applied into the clinical phase. This study is aimed to explore of clinical clerkship student rsquo s communication process during the medical interview at Faculty of Medicine Muhammadiyah University of Jakarta.
Method: This study used qualitative research methods with phenomenological approach. Data was collected through observation to student clinical clerkship during the medical interview with patient rsquo s polyclinic in internal medicine and focus group discussion with students in internal medicine. Triangulation data through in depth interview with faculty polyclinic in internal medicine. Observation used The Calgary Cambridge Observation Guide. The result of FGD and interview were transcribed verbatim, analysed thematically and coded, to reduce and present the data.
Result: The results obtained in this study indicate that the student has some weakness in gathering information, providing structure, building relationship, and closing the session which can be caused doctor related factors such as communication skill training in academic phase and clinical phase, personality, role model, self confidence, knowladge factors, psychological factors, time factors, and patient related factors. It can also be caused due to the absence of spescific guidelines that are used to perform communication skills.
Conclusion: Communication skill learning in PSKD FKK UMJ were conducted since in undergraduate and clinical phase by integrated in medical interview skills, but students rsquo performance during clerkship showed that their communication skill still need improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bororing, Martine Lucianne
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya kolerasi antara IMT dan kadar kolesterol LDL serum pada subyek dengan hiperkolesterolemia Penelitian ini menggunakan disain pre post test, pada penderita hiperkolesterolemia yang mernenuhi kriteria penerimaan dan tidak memenuhi kriteria penolakan, Serta telah mengikuti penelitian yang telah diselenggarakan di Departernen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia satu tahun lalu yang beijudul ?Pengaruh Pemberian Fitosterol dan Serat terhadap Profil Lipid dan [3 Karoten pada usia 20 tahun atau lebih?. Data yang diambil meliputi, karaktcristik demografi, asupan makanan., aktivitas fisik, IMT, dan kadar kolesterol LDL serum. Jumlah subyek adalah 38 orang berusia rata-rata 43,26 ;l: 8,08 tahun dan 68,42% subyek adalah perempuan dan 44,'74% berpendidikan tinggi.
Rerata pola asupan: pola asupan kalori 1388,ll i- 274,08 kkal; pola asupan 1-carbohidrat 166,13 =I= 41,39 g, pola asupan lcmak 61,76 i 17,76 g; pola asupan kolestcrol 169,31 i 71,83 mg dan pola asupan serat 7,5 i 2,22 g; Rerata asupan: asupan kalori l4l3,07 i 482,71 kkal atau 77,30 i 28,00% KKT; asupan karbohidrat 182,01 J; 67,87 g atau 34,93 4: l0,34% KKT; asupan lernak 51,58 i 26,36 g atau 17,15 3; 8,64% KKT; asupan kolesterol 145,86 i 120,44 mg dan asupan serat 16,82 t 11,38 g. Rerata Indeks aktivitas fisik 8,05 i 1,12 dan 100% subyek penelitian memiliki aktivitas tergolong scdang dan tinggi. Rerata IMT 26,84 i 4,84 kg/m2 dengan 89,5% tergolong obes sekarang. Rerata kadar kolesterol LDL 160,24 4; 27,06 mg/dL dengan 4'/,37% memiliki kadar kolesterol LDL tinggi dan sangat tinggi sekarang. Tidak terdapat korelasi antara IMT dan kadar kolesterol LDL serum.

To determine the correlation of BMI and LDL Cholesterol Serum in hypercholesterolemia subject Research with pre post rest design in hypercholesterolernia subject that fulfill the inclusion criteria and not in exclusion criteria, and has joined last year research executed by Department of Nutrition of Medical Faculty, University of Indonesia with title ? The Effect of Phytosterol and Fibre toward Lipid Profile and [3 Karoten at the age of 20 years old or upper ?. Data taken include demographic characteristic, nutrition intake, physical activity, BMI, and LDL cholesterol scrum level. Number of subject is 38 people within average of 43,26 i 8,08 years old, 68,42% are women and 44,74% are graduated.
The average intake pattern : calory intake l388,ll i 274,08 kkal; carbohydrate intake 166,13 i 41,39 g, fat intake 61,76 i 17,76 g; cholesterol intake 169,31 i 71,83 mg and fibre intake 7,5 1 2,22 g. Intake average 1 calory intake 1413,ov e 422,71 mal or 77,30 1 28,00% KKT; carbohydrate intake 182,01 :te 67,87 g or 34,93 :iz l0,34% KKT; fat intake 51,58 i 26,36 g or 17,15 :t 8,64% KKT; cholesterol intake l45,86 i 120,44 mg and fibre intake 16,82 i 11,38 g. Average of the physical activity index 8,05 i 1,12 and l00%. Research subject have middle and high activities. Average BMI 26,84 i 4,84 kg/m2 with 89,5% in obese. The average of LDL cholesterol serum 160,24 i 27,06 mg/dL with 47,37% have high and highest LDL cholesterol level. There is no correlation between BMI and LDL cholesterol serum."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32855
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library