Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bangun, Gideon Oktavian
"Penelitian awal mortar dengan campuran semen, abu sekam padi (ASP) dan precious slag ball (PSB) dengan perbandingan 30% PCC, 20% ASP dan 50% PSB di uji beberapa sifat mekanisnya yaitu kuat tarik langsung, kuat tarik lentur, susut dan density. Pengujian di lakukan dengan mengikuti standar pengujian Kuat Tarik Langsung ASTM-C-307-03, Kuat Lentur ASTM-C-348-02, Susut ASTM-C-490-00, Density ASTM-D-720-00. Dari penelitian diharapkan campuran ini dapat menghasilkan mortar dengan sifat mekanis yang memenuhi standar SNI atau ASTM.
Nilai modulus kehalusan ASP adalah 0,754 dan PSB adalah 1,054, Akibat penambahan ASP dalam campuran nilai FAS yang di dapat tinggi yaitu lebih dari berat semen, hal ini disebabkan air yang dibutuhkan lebih banyak untuk mencapai konsistensi normal. Untuk semen tipe 1 (Tiga Roda) Campuran PCC dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 3,6385 MPa ; kuat tarik lentur 13,992 MPa ; susut 0,0061% dan density 2,811 g/cm3. Campuran PCC ASP dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 0,8975 MPa ; kuat tarik lentur 2,3625 MPa ; susut 0,0077% dan density 1,848 g/cm3. Untuk semen Tipe 2 (Holcim) Campuran PCC dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 2,8667 MPa ; kuat tarik lentur 14,3166 MPa ; susut 0,0061% dan density 2,781 g/cm3 . Campuran PCC ASP dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 0,8684MPa ; kuat tarik lentur 2,7882 MPa ; susut 0,0073% dan density 1,907 g/cm3.
Mortar yang dihasilkan dengan menggunakan campuran PSB memiliki density tinggi sehingga nilai kuat tarik langsung dan tarik lentur lebih tinggi jika dihitung berdasarkan rumus yang ada di dalam SNI 03-2847-2002, sedangkan untuk mortar yang menggunakan campuran ASP dan PSB memiliki density lebih rendah dan dapat diklasifikasikan dalam mortar ringan dengan nilai 1,900 g/cm3 untuk itu menggunakan rumus perhitungan kuat tarik langsung dan tarik lentur untuk mortar ringan sesuai dengan SNI 03-2847-2002.

Initial studies with a mixture of mortar cement, rice husk ash (ASP) and precious slag ball (PSB) with a ratio of 30% PCC, 20% RHA and 50% PSB tested several mechanical properties of the direct tensile strength, flexural tensile strength, shrinkage and density. Tests done by following the testing standard ASTM Direct Tensile Strength C-307-03, Flexural Strength ASTM C-348-02, Shrinkage ASTM-C-490-00, Density ASTM D-720-00. This mixture of research is expected to produce mortar with mechanical properties that meet SNI or ASTM standards.
ASP fineness modulus value is 0.754 and the PSB is 1.054, a result of the addition of ASP in a mixture of values that FAS can be as high as more than the weight of cement, this is due to more water needed to achieve normal consistency. The first type of cement (Tiga Roda) mixture of PCC and the PSB has a value of direct tensile strength 3.6385 MPa; Flexural Tensile Strength 13.992 MPa; Shrinkage 0.0061% and Density 2.811 g/cm3. Mixture of PCC, ASP and the PSB has a value of direct tensile strength 0.8975 MPa; Flexural Tensile Strength 2.3625 MPa; Shrinkage 0.0077% and Density 1.848 g/cm3. For the second tipe of cement (Holcim) Mixed PCC and the PSB has a value of Direct Tensile Strength 2.8667 MPa; Flexural Tensile Strength 14.3166 MPa; Shrinkage 0.0061% and Density 2.781 g/cm3. Mixture of PCC, ASP and the PSB has a value of Direct Tensile Strength 0.8684 MPa; Flexural Tensile Strength 2.7882 MPa; Shrinkage 0.0073% and Density 1.907 g/cm3.
Mortar is produced by using a mixture of PSB, has a high density so that the value of the direct tensile strength and flexural tensile higher if calculated on a formula that is in the SNI 03-2847-2002, while for the mortar using a mix of ASP and the PSB has a lower density and can be classified in the lightweight mortar with a value of 1.900 g/cm3 for it using a formula calculating the direct tensile strength and tensile bending to light mortar according to the SNI 03-2847-2002.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Febrino
"Skripsi ini membahas aseptik kemasan minuman sebagai bahan utama papan partikel agar lebihbermanfaat dan mampu mengurangi volume sampah di kota besar. Papan partikel cacah aseptik-phenol formaldehida adalah hasil pengempaan panas cacah kotak aseptik dengan perekat organik. Untuk perekat digunakan phenol formaldehida. Menentukan komposisi papan partikel terbaik digunakan metode trial and error. Pengujian melingkupi uji kimia (emisi formaldehida), uji fisik, uji mekanik serta uji beban terpusat untuk mendapatkan pola retak. Papan partikel terbaik dari beberapa komposisi dengan acuan JIS A 5908 - 2003 dari sifat fisik maupun mekanik adalah papan dengan persentase perekat 10%, namun persentase optimal belum didapatkan. Dari uji kimia papan partikel ini aman untuk kesehatan. Sesuai dengan pola retak yang didapat maka papan partikel tidak mempunyai sifat getas ketika dibebani sehingga papan partikel mampu mendistribusikan beban dengan baik.

The focus of this study is to discuss the use of aseptic packaging as a main material for particleboard. It is destinated to make more useful and capable of reducing the volume of waste in big cities. Particleboard are formed mainly from aseptic by hot pressing with adhesives. Phenolformaldehyde is used as adhesive. Determination of the best particleboard composition is by conducting of trial and error method. Tests conducted formaldehyde emission tests, physical tests, mechanical tests and concentrared load to get the crack patterns of plate. The best ticleboard with reference to JIS A 5908 - 2003 result of physical and mechanical property is particleboard with 10% percentage of adhesive, but the optimal percentage has not been obtained. Formaldehyde emission tests show that particleboard is peaceful for health. The crack patterns result of particleboard could explain that it was not brittle when it was loading and it distributed the load properly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S654
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Natalia
"Kerusakan/keruntuhan yang sering terjadi pada bangunan ?non-engineered? pada saat terjadi gempa bumi adalah kerusakan/keruntuhan dinding bata. Salah satu metode perbaikan yang ekonomis adalah dengan menggunakan kawat anyam prategang.Untuk mengetahui peningkatan kinerja dinding bata akibat penambahan kawat prategang, maka dilakukan penelitian yang berdasarkan pendekatan Continuum Model dengan bantuan perangkat lunak SAP2000 v14.1.0. Struktur yang dimodelkan yaitu satu panel dinding dan ruko 3-lantai-3-bentang. Kedua model dievaluasi dengan analisis statik linier. Satu panel dinding dikenakan beban lateral statik dan ruko 3-lantai-3-bentang dikenai beban gempa statik ekuivalen berdasarkan SNI 03-1726-2002. Pada pemodelan ini, dinding bata dihubungkan dengan struktur portal elemen link yang kaku.
Untuk mensimulasikan perubahan perilaku dinding bata akibat separasi dari struktur portal dilakukan pelepasan elemen link Untuk mengetahui peningkatan kekuatan, dilakukan analisis tegangan. Sedangkan untuk mengetahui perubahan kekakuan, dilakukan analisis terhadap karakteristik dinamik. Analisis terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kawat prategang meningkatkan kekuatan atau kapasitas dinding bata, namun tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap kekakuannya dan terjadi perubahan letak tegangan maksimum pada dinding bata akibat pelepasan link menuju diagonal strut.

The damage frequently found on the non-engineered building is the damage on its masonry wall. One of the economical alternatives is by using nailed prestressed low grade wire. To evaluate the increase on masonry wall?s performance as the result of the addition of pre-stressed low grade wire and the behavior of masonry wall, the research is done by continuum model approach by the help of SAP2000 v14.1.0. software. The structures modeled are one wall panel and 3-bays-3-stories store house. Those two models are evaluated with static linear analysis. The one wall panel loaded by static lateral load and the 3-bays-3-stories store house is loaded by static equivalent earthquake load based on SNI 03-1726-2002. On this modelling, masonry wall is linked to frame structure with rigid link element.
To simulate the behavioral change of masonry wall as a result of separation of frame structure, the link element is released To evaluate the increase of strength, stress analysis is done. While, to evaluate the change of rigidity, analysis of dynamic characteristic is done. Analysis on the research?s result shows that the addition of prestressed wire increases the strength of the masonry wall. On the other hand, the change on the rigidity does not show a significant value. However, there is a change on the location of maximum stress on the masonry wall as a result of the link release to diagonal strut.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S682
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armando Pensa Marihat S.
"Skripsi ini membahas mengenai perilaku pelat papan partikel cacah kotak aseptik. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan desain campuran papan partikel yang terbaik sesuai peraturan JIS A 5908:2003 dan SNI 03?2105?2006. Papan partikel terbuat dari bahan aseptik yang merupakan bahan yang digunakan untuk kemasan minuman kotak. Untuk perekat papan partikel digunakan phenol formaldehida. Phenol formaldehida berbentuk cair dan proses perekatannya dengan hot press sebesar 10 kg/cm2 atau 15 kg/cm2. Pada penelitian yang ditinjau adalah uji kimia, fisik, mekanik, dan beban garis.
Didapat hasil campuran terbaik pada ukuran cacah kotak aseptik 50 mm x 5 mm, 10% phenol formaldehida, tebal papan 1 cm, non glassir, dan tekanan 15 kg/cm2 sedangkan dari uji beban garis didapat hasil bahwa papan partikel tidak getas dan kuat menahan tekan. Dari hasil study memperlihatkan bahwa papan partikel cacah kotak aseptik yang dibuat cocok digunakan untuk papan partisi, plafond, dan furniture.

This final assignment discusses about the behavior of particleboard plate made of shredded aseptic boxes. The purpose of this study is to obtain a mixture of particleboard which best fits the regulations JIS A 5908:2003 and SNI 03-2105-2006. Adhesive used for particleboard was phenol formaldehyde. The phenol formaldehyde is liquid and with hot press at 10 kg/cm2 or 15 kg/cm2 it becomes solid glue material. In the research chemical test, physical test, mechanical test, and knife edge load test are conducted.
The best results obtained were for the size of the shredded mixture aseptic boxes 50 mm x 5 mm, 10% phenol formaldehyde, 1 cm thick board, non glassir, and pressure of 15 kg/cm2 while from plate test results particleboard showed a not brittle state and can withstand the press. From the study results showed that the particle board shredded aseptic boxes suitable is used to partition board, plafond, and furniture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S765
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Gregory F.
"Kerusakan yang paling sering terjadi pada bangunan sederhana non engineered seperti bangunan ruko akibat gempa bumi adalah pada dinding bata. Salah satu metode perbaikan yang dapat digunakan adalah metode kawat anyam terpaku dengan plester. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perbaikan dengan plester dan kawat anyam terpaku terhadap kinerja dinding bata. Perbaikan dengan plester dan kawat anyam terpaku diharapkan mampu mengembalikan kekuatan dan kekakuan dinding bata yang retak akibat beban lateral.
Penelitian berdasarkan analisis elastis linier dengan continuum model menggunakan perangkat lunak SAP2000 v14.1. Model yang digunakan adalah satu panel dinding bata dengan beban lateral in-plane dan ruko tiga lantai dengan beban gempa statik ekuivalen sesuai SNI 03-1726-2002.
Elemen link digunakan sebagai penghubung antara portal dengan dinding bata. Kekakuan portal dan dinding bata dianalisis berdasarkan evaluasi periode getar alami dan simpangan sedangkan kekuatannya dianalisis berdasarkan evaluasi tegangan. Efek separasi antara portal beton dan dinding bata dianalisis dengan melepas elemen link. Hasil analisis menunjukkan bahwa perbaikan dengan plester dan kawat anyam terpaku mampu mengembalikan kinerja dinding bata retak seperti kondisi utuh.

The most common damage due to earthquake on simple non-engineering building such as store-house is the crack on its masonry wall. Plaster and nailed low grade wire mesh can be used as one of the retrofitting method. The aim of this study is to investigate the effects of retrofitting using both plaster and nailed low grade wire mesh to the performance of masonry wall. The usage of plaster and nailed low grade wiremesh has been expected to restore strength and stiffness of cracked masonry walls due to lateral load.
This study is based on linear elastic analysis with continuum models approach using SAP200 v14.1. The model used in this study was one panel of masonry wall with lateral in-plane loading and a three stories three bays store-house building with static equivalent earthquake loading based on SNI 03-1726-2002.
The Rigid link element was used as a connector between the frame and the masonry wall. Stiffness of both the frame and masonry wall has been analyzed by fundamental period and deflection evaluation, and the strength has been analyzed by stress evaluation. The effect of separation between the frame and masonry wall has been analyzed by releasing the rigid link element. The results of the analysis indicated that retrofitting method using plaster and nailed low grade wire mesh was capable to restore the performance of cracked masonry wall as its initial condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1050
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Susilawati
"Dengan meningkatnya konstruksi dan pengembangan bangunan di dunia konstruksi, kita perlu mencari alternatif bahan dengan kualitas yang lebih baik. Harga bahan sangat dipengaruhi oleh peningkatan persyaratan dan keberadaannya di alam telah menurun. Banyak orang melakukan review untuk mencari bahan alternatif dengan kualitas baik dan harga lebih efisien. Buat komposisi yang ideal dan tambahkan bahan lain seperti serat yang dapat digunakan untuk mendapatkan kualitas bahan bangunan yang lebih baik. Dalam penelitian ini difokuskan pada batu bata dengan komposisi 15% semen, 55% pasir, 30% tanah liat, 12,5% air, 2,5 cm serat kelapa yang diperlakukan (luar penyimpanan) sebagai tanda banch dan dengan 2,5 cm serat kelapa yang tidak diolah (dalam ruangan) penyimpanan) sebagai bata pembanding. Persentase serat dari perangkat serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0%, 2%, 4% dan 6% dari massa semen.
Hasil tes kompresi bata optimal setelah 28 hari disimpan, dengan persen serat kelapa: 4% untuk keduanya, tanda banch dan bata perbandingan. Dengan hasil tes untuk tanda banch adalah 3,78 MPa, nilai ini 23,93% lebih tinggi dari batu bata dengan serat 0% (3,305 MPa). Dan hasil uji perbandingan bata adalah 5,305 MPa, 37,7% lebih tinggi dari komposisi dengan 0% serat kelapa. Standar uji kompresi bata menurut ASTM C67-a adalah 10,4 MPa.
Dalam modulus uji pecah untuk tanda banch dari bata, nilai rata-rata hasil tertinggi adalah 0,459 MPa dalam komposisi dengan 6% serat kelapa dan 28 hari penyimpanan. Nilainya 13,31% lebih tinggi dari batu bata dengan serat 0% (0,423 MPa). Sementara nilai modulus pecah tertinggi untuk bata pembanding adalah 0,901 MPa pada batu bata dengan penambahan 2% serat kelapa dan 28 hari penyimpanan, nilai ini meningkat 53,05% dari batu bata dengan serat 0%. Nilai standar ruptur modulus menurut ASTM C67-a adalah 3,5 MPa.
Kelembaban dan suhu ruang penyimpanan batu bata memiliki pengaruh dalam kelembaban batu bata. Bata dengan kerendahan hati yang rendah memiliki lebih banyak pori di bagian dalam dan daripada memiliki kerapatan rendah. Dari hasil pengujian, serat kelapa dalam komposisi batu bata dapat meningkatkan kekuatan karakteristik batu bata.

With the increasing construction and development of buildings in the construction world, we need to find alternative materials with better quality. Material prices are greatly affected by increased requirements and its presence in nature has decreased. Many people do a review to find alternative materials with good quality and more efficient prices. Create an ideal composition and add other materials such as fiber that can be used to get better quality building materials. In this study focused on bricks with a composition of 15% cement, 55% sand, 30% clay, 12.5% ​​water, 2.5 cm coconut fiber which is treated (outside storage) as a sign of banch and with 2.5 cm fiber Unprocessed coconut (indoor) storage) as a comparison brick. The percentage of fiber from the fiber device used in this study is 0%, 2%, 4% and 6% of the mass of cement.
Optimal brick compression results are stored after 28 days, with percent coconut fiber: 4% for both, banch marks and brick comparison. With the test result for the banch mark being 3.78 MPa, this value is 23.93% higher than bricks with 0% fiber (3.305 MPa). And the brick comparison test results are 5,305 MPa, 37.7% higher than the composition with 0% coconut fiber. The brick compression test standard according to ASTM C67-a is 10.4 MPa.
In the broken test modulus for banch marks from bricks, the highest average yield was 0.459 MPa in composition with 6% coconut fiber and 28 days of storage. The value is 13.31% higher than bricks with 0% fiber (0.423 MPa). While the highest breaking modulus value for comparison bricks is 0.901 MPa in bricks with the addition of 2% coconut fiber and 28 days of storage, this value increases 53.05% from bricks with 0% fiber. The standard value of the modulus rupture according to ASTM C67-a is 3.5 MPa.
The humidity and temperature of the brick storage room has an influence on the brick humidity. Bricks with low humility have more pores on the inside and than have low density. From the test results, coconut fiber in brick composition can increase the strength of brick characteristics.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2013
S70468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aditya Candra
"Bahan aseptik merupakan material yang sulit untuk didaur ulang, dan proses daur ulangnya harus dengan cara hydra pulping (pemisahan lapisan) dimana dibutuhkan biaya yang cukup mahal sehingga jarang sekali dimanfaatkan untuk didaur ulang.
Skripsi ini membahas mengenai genteng yang terbuat dari proses daur ulang cacah kotak aseptik dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm dengan persentase perbandingan berat 50%:50%. Genteng ini dibuat dari bahan dasar aseptik kemasan minuman kotak yang terdiri dari kertas, plastik dan alumunium. Kotak aseptik dicacah dan dikempa dengan tekanan 30 kg/cm2 dan suhu pemanasan $plusminus;170 $deg;C, sehingga terbentuk genteng dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm (50%:50%) dan genteng ukuran cacah 50mm x Smm (100%) sebagai pembanding utama. Dari penelitian ini, hal yang ditinjau adalah sifat fisis dan sifat mekanis genteng berupa kemampuan menyerap air, ketahanan terhadap rembesan air dari genteng daur ulang dan kemampuan genteng daur ulang dalam menerima beban lentur, sehingga dapat dijadikan produk genteng.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa genteng dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm belum dapat memenuhi persyaratan peraturan genteng beton SNI-0096-2007 dan genteng keramik SNI-2095-1998. Namun genteng dengan ukuran cacah campuran 75mm x 5mm dan 25mm x 5mm (50%:50%) jika diberi lapisan kawat nyamuk alumunium (alumunium wiremeshlinsect screen) serta lapis cat waterproofing,ternyata meningkatkan kemampuannya dalam menahan beban lentur dan dalam menahan daya serap air,sehingga dapat masuk kategori kualitas genteng mutu 3 SNI-2095-2998:Tentang Genteng Keramik

Aseptic carton material is difficult material to be recycled where the only possible
recycling process available is by conducting hydra pulping process (separation layer). Aseptic beverage box consist of paper, plastic and alumunium layer. However as it requires a significant financial cost, it is rarely used for recycling.
This final project discusses the investigation of roof tile which was made from the recycling of aseptic boxes. For the roof material shredded aseptic boxes of size 75 mm x 5 rnm and 25 mm x 5 mm were mixed with a percentage ratio of weight 50% : 50% was used. Another mix using 100% of size 50 rnm x 5 mm was utilized as a main comparison material. Shredded aseptic boxes were compressed with a pressure of 30 kg/cm2 and heating temperature $plusminus;170 $deg;C in order to make solid roof tile. This research has reviewed the . tile absorption to water, the resistance to water ingress and its flexural strength.
The result showed roof tile made from recycled shredded beverage cartoon using twocombined size 75 mm x 5 rnm and 25 mm x 5 mm doesn't fulfill the requirements of concrete tile regulation SNI-0096-2007 and ceramic tile regulation SNI-2095-1998. However bending strength of tile has been improved when a layer of aluminum insect screens (aluminum wiremesh) was placed inside the the tile and the resistance to water was also improved by coating the tile with waterproofing material. It's ability to withstand water and bending loads are better, thus the improved tile can be categorize as quality tile grade 3 SNI-2095-2998:Tile Ceramic Regulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Izzah Dinillah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perilaku lentur papan laminasi dengan bahan karton minuman daur ulang/ kotak aseptik yang menggunakan perekat phenol formaldehida. Kotakaseptik tersebut dipotong menjadi ukuran cacah 50 mm x 5 mm. Dalam pengujian digunakan persentase phenol formaldehida 0%, 2,5%, 5%, dan 7,5% dengan menggunakan perbandingan berat terhadap cacah aseptik. Dari hasil pengujian kuat lentur, papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% merupakan hasil yang terbaik dibandingkan dengan papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 2,5% ,5%, dan 7,5%. Selanjutnya papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% akan direkatkan menjadi papan laminasi 2 lapis dan 3 lapis dengan perekat panas(phenol formaldehida) yang akan dibandingkan kekuatannya bila menggunakan perekat dingin (epoksi).

ABSTRACT
The final project discussed about bending behavior of board laminates of recycled beverage carton/aseptic using phenol formaldehyd adhesive. The aseptic was cut to be spesific meassure 50mm x 5 mm in size. In eksperimental used 0%, 2,5%, 5%, and 7,5% of phenol formaldehyde. From the results of flexural strength testing, particle board with phenol formaldehyde percentage of 0% was the best result if compared with the percentage of particle board with 2.5%, 5%, and 7.5% of phenol formaldehyde. Furthermore, particle board with percentage of phenol formaldehyde 0% would be glued to rise 2 ply and 3 ply of board laminates with hot glue (phenol formaldehyde) that will be compared its strength when using cold adhesive (epoxy)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54527
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rahmadi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat mortar menggunakan sampah kertas yang telah diproses, untuk mendapatkan mortar yang ramah lingkungan, memenuhi standar dan diharapkan memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan mortar yang menggunakan agregat alam dan tergolong beton ringan.Benda uji penelitian dibuat dengan persentase serbuk sampah kertas hasil pengolahan kertas bekas adalah10%, 15%, 20% dan 25% terhadap berat semen yang digunakan. Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilakukan pada hari ke-7,14, 21, 28,dan 56 sedangkan pengujian susut dilakukan hingga hari ke-28. Pengujian density pun dilakukan setelah umur mortar mencapai 28 hari.Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa mortar dengan campuran 10% memiliki kuat tekanmutu sebesar 6.57 MPa dan 6.52 Mpa digolongkan kedalam tipe N yaitu jenis adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka diatas tanah. Sedangkan campuran 15%memiliki mutu sebesar 4.62 MPa dan 25% sebesar 2.49 MPa digolongkan kedalam tipe O yaitu jenis adukan dengan kekuatan tekan yang agak rendah, dipakai untuk konstruksi tembok yang tidak menahan beban tekan tidak lebih dari 7 kg/cm² dan gangguan cuaca tidak berat.

ABSTRACT
This research object is make mortar using office block waste paper with shred paper pretreatment to get green mortar, standardized, and has a better mechanical quality than mortar using natural aggregate. The shredding paper ratio in mixture are 10%, 15%, 20% and 25% to cement mass. Compressive strength and flexural test did at day 7th, 14th, 21st, 28th whereas shrinkage test did at day 28th. Density test also did after mortar at the age of 28 days.As aresult from test, providable that the mixed 10% and 15% of mortar has compressive strength 6.57 MPa and 6.52 MPa. This kind of product be classified to N type that is mixed with medium compressive strength, used for open paired stir up on ground. The mixture of 20% mortar has compressive strength 4.62 MPa and the mixture of 25% of mortar has compressive strength 2.49 MPa, it can be classified to O type that is kind of mixed with low compressive strength, use for wall construction with compressive strength less than 7 kg/cm2 and medium disturbance of weather"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>