Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Rafli
"Latar belakang: Saat ini, diet ketogenik menjadi salah satu penanganan epilepsi yang sulit terkontrol dengan obat anti-epilepsi (intraktabel) pada anak dan sudah mulai diterapkan di seluruh dunia.Diet ketogenik Modified Atkins Diet (MAD) adalah jenis diet ketogenik yang lebih tidak restriktif dengan prinsip yang sama dengan diet ketogenik yang klasik.Penelitian mengenai penggunaan diet ketogenik MAD pada anak dengan epilepsi intraktabel juga masih belum ada di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh, efek samping, toleransi, tingkat kepatuhan, menu makanan diet ketogenik MAD yang mudah diterapkan pada anak dengan epilepsi intraktabel yang dipantau dalam waktu 6 bulan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian awal dengan uji klinis pre dan post treatment pada populasi anak dengan epilepsi intraktabel yang berobat ke Poliklinik Neurologi dan Nutrisi Penyakit Metabolik Anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2021 hingga Juni 2022. Hasil penelitian: Sebanyak 31 subyek penelitian memenuhi kriteria inklusi. Subyek yang menjalani diet ketogenik MAD pada bulan pertama 31 subyek (100%), bulan ke-3 13 subyek (41,9%), dan bulan ke-6 adalah 9 subyek (29%). Pengaruh diet ketogenik MAD terhadap median pengurangan frekuensi kejang pada bulan pertama 50%, p=0,144; bulan ketiga 62%, p=0,221; dan bulan keenam 83,3%, p=0,028. Efek samping diet ketogenik MAD yang paling sering adalah muntah dan diare. Tingkat ketidakpatuhan diet ketogenik MAD ditemukan pada 18 subyek (58,1%). Buku contoh menu diet ketogenik MAD untuk anak epilepsi intraktabel di Indonesia dibuat untuk memudahkan orangtua dalam menjalankan diet ketogenik. Simpulan: Pengaruh diet ketogenik MAD pada anak dengan epilepsi intraktabel yang ditunjukkan dengan penurunan frekuensi kejang (median) secara klinis pada bulan ke-1,3,6 dan bermakna secara statistik pada bulan ke-6. Penelitian dengan metode uji acak ganda tersamar dan jumlah sampel penelitian yang lebih besar, multisenter, waktu lebih lama serta menu diet ketogenik MAD khas Indonesia yang mudah diterapkan dan murah diperlukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Kata kunci: epilepsi, diet, ketogenik, modified atkins

Background: At present, ketogenic diet has been explored as a potential treatment approach for intractable epilepsy (difficult to control with anti-epileptic drugs) in children, and is applied in various parts of the world. The Modified Atkins Diet (MAD) is a less restrictive type of ketogenic diet, while still maintaining the same principles as the classic ketogenic diet. However, no existing studies have been performed to evaluate the use of the MAD ketogenic diet in children with intractable epilepsy in Indonesia. This study aims to assess the influence, side effects, tolerance, degree of adherence, and menu of MAD ketogenic diet food that can be easily applied to children with intractable epilepsy during a 6-months monitoring period. Methods: This is a pilot pre- and post-treatment clinical trial involving children with intractable epilepsy treated at the Pediatric Neurology and Nutrition & Metabolic Diseases Outpatient Clinics at the Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta treated between November 2021 and June 2022. Results: A total of 31 subjects met the inclusion criteria. There were 31 subjects receiving the MAD ketogenic diet in the first month (100%), followed by 13 subjects in the third month (41.9%), and 9 subjects in the sixth month (29%). The effect of ketogenic diet in reducing the frequency of seizures was 50% in the first month (p=0.144), 62% in the third month (p=0.221), and 83.3% in the sixth month 83.3% (p=0.028). The most frequent side effects of the MAD ketogenic diet were vomiting and diarrhea. Non-compliance to the MAD ketogenic diet was observed in 18 (58.1%) of subjects. A sample book of food menu complying to the MAD ketogenic diet for intractable epilepsy based on Indonesian delicacies was also created to ease parents to comply to the diet. Conclusions: Effect of the MAD ketogenic diet in children with intractable epilepsy was clinically observed as a decrease in the median frequency of seizures in the first, third, sixth month of the diet and statistically significant in the sixth month. Further multicenter double-randomized trials with larger sample size, longer observation period and the MAD ketogenic diet with indonesian menu (cheap and applicable) are also warranted to obtain more rigorous research results. Keywords: epilepsy, diet, ketogenic, modified atkins"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jufitriani Ismy
"Latar Belakang: Epilepsi resisten terhadap obat adalah salah satu permasalahan pada epilepsi sehingga terjadi kejang berulang dan diperlukan pengobatan polifarmasi obat anti epilepsi. Kedua kondisi ini menyebabkan semakin meningkatkan stres oksidatif yang merugikan bagi otak dalam menjalankan fungsi fisiologis, terutama pada penderita epilepsi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran pemberian vitamin C dan E dalam menurunkan stres oksidatif dan frekuensi kejang pada pasien epilepsi resisten obat.
Metode: Penelitian dengan uji klinis acak tersamar ganda dengan plasebo, desain paralel dan dilakukan randomisasi blok. Subjek penelitan adalah pasien epilepsi resisten obat usia 1-18 tahun yang mendapat pengobatan rutin di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Randomisasi dilakukan pada 100 subjek yang terbagi menjadi kelompok perlakuan dan plasebo. Subjek mendapatkan vitamin C dosis 100 mg/hari , vitamin E dosis <5 tahun 200 IU/hari, ≥5 tahun 400 IU/hari dan plasebo yang diberikan selama 8 minggu. Pemeriksaan malondialdehida dan penilaian frekuensi kejang dilakukan sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil penelitian: Sebanyak 100 orang subjek pasien epilepsi resisten obat berpartisipasi dalam penelitian ini. Pemantauan sampai akhir penelitian pada kelompok perlakuan 42 subjek dan kelompok plasebo 46 subjek. Kadar MDA sebelum diberikan intervensi tidak berbeda bermakna pada kelompok perlakuan dan plasebo (p=0,920). Kadar MDA sesudah intervensi tidak berbeda bermakna antara kelompok perlakuan dan plasebo (p=0,880). Kadar MDA sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan bermakna pada kelompok perlakuan (p= <0,001) dan plasebo (p= 0,028). Perubahan kadar sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,181). Tidak terdapat hubungan yang bermakna perubahan kadar MDA dengan frekuensi kejang baik di kelompok perlakuan (p=0,967) dan plasebo (0,065). Penurunan frekuensi kejang didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,001).
Simpulan: Pemberian vitamin C dan E dapat menurunkan frekuensi kejang pada pasien epilepsi resisten obat.

Background: Drug-resistant epilepsy is one of the problems in epilepsy resulting in recurrent seizures and polypharmacy treatment of anti-epileptic drugs is needed. Both of these conditions lead to further increase in oxidative stress which is detrimental to the brain in carrying out its physiological functions, especially in people with epilepsy.
The purpose of this study was to determine the role of vitamins C and E in reducing oxidative stress and seizure frequency in drug-resistant epilepsy patients.
Methods: This study was a double-blind randomized clinical trial with a placebo, parallel design and block randomization. The research subjects were drug-resistant epilepsy patients aged 1-18 years who received routine treatment at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Randomization was performed on 100 subjects which were divided into treatment and placebo groups. Subjects received a vitamin C dose of 100 mg/day, a vitamin E dose of <5 years 200 IU/day, ≥5 years 400 IU/day and a placebo given for 8 weeks. Examination of malondialdehyde and assessment of seizure frequency was carried out before and after the intervention.
Results: A total of 100 subjects of drug-resistant epilepsy patients participated in this study. Monitoring until the end of the study in the treatment group of 42 subjects and the placebo group of 46 subjects. MDA levels before being given the intervention were not significantly different in the treatment and placebo groups (p=0.920). MDA levels after the intervention did not differ significantly between the treatment and placebo groups (p=0.880). There were significant differences in MDA levels before and after treatment in the treatment (p=<0.001) and placebo (p=0.028) groups. There was no
significant difference in the changes in levels before and after the intervention in the two groups (p=0.181). There was no significant relationship between changes in MDA levels and seizure frequency in both.
Conclusion: Administration of vitamins C and E can reduce the frequency of seizures in drug-resistant epilepsy patients.
"
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library