Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspita Sulistyaningrum
"Concurrent multiband LNA merupakan salah satu tipe multiband LNA yang mampu bekerja pada beberapa frekuensi berbeda secara simultan dalam satu waktu. Pada skripsi ini dirancang concurrent multiband LNA yang bekerja pada empat pita frekuensi (quadband) yaitu 950 MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, dan 2.75 GHz. LNA yang dirancang menggunakan topologi inductive source degeneration dan menggunakan teknologi CMOS 0.18 μm. Spesifikasi LNA yang dirancang adalah memenuhi standar kestabilan (K > 1), gain (S21) > 10 dB, input return loss (S11) < -10 dB, Noise figure (NF) < 3 dB, dan konsumsi daya ≤ 20 mW.
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, rancangan LNA telah memenuhi spesifikasi yaitu memiliki K > 1, S21 sebesar 17.007 dB pada frekuensi 950 MHz, 15.542 dB pada frekuensi 1.85 GHz, 14.974 dB pada frekuensi 2.35 GHz, dan 14.380 dB pada frekuensi 2.75 GHz. S11 sebesar -29.261 dB pada frekuensi 950 MHz, -17.915 dB pada frekuensi 1.85 GHz, -15.325 dB pada frekuensi 2.35 GHz, dan -15.921 dB pada frekuensi 2.75 GHz. NF sebesar 0.906 dB pada frekuensi 950 MHz, 0.606 dB pada frekuensi 1.85 GHz, 0.658 dB pada frekuensi 2.35 GHz, dan 0.636 dB pada frekuensi 2.75 GHz. Besarnya konsumsi daya rangkaian adalah sebesar 20 mW. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak Advance Design System (ADS).

Concurrent multiband LNA is one type of multiband LNA that works at several frequency bands one time simultaneously. This final project presents a design of Concurrent multiband LNA that works at four frequency bands (quadband) namely 950 MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, and 2.75 GHz. The simulated LNA uses inductive source degeneration topology in 0.18 μm CMOS technology. The design specifications of LNA are K > 1, gain (S21) > 10 dB, input return loss (S11) < -10 dB, Noise figure (NF) < 3 dB, and power consumption ≤ 20 mW.
Based on the simulation result, the design of LNA achieves specifications; K > 1, S21 are 17.007 dB at 950 MHz, 15.542 dB at 1.85 GHz, 14.974 dB at 2.35 GHz, and 14.380 dB at 2.75 GHz. S11 are -29.261 dB at 950 MHz, -17.915 dB at 1.85 GHz, -15.325 dB at 2.35 GHz, and -15.921 dB at 2.75 GHz. NF are 0.906 dB at 950 MHz, 0.606 dB at 1.85 GHz, 0.658 dB at 2.35 GHz, dan 0.636 dB at 2.75 GHz. Power comsumption is 20 mW. Simulation performed with Advance Design System (ADS) software.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43287
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Dony Canisius
"Radio Frequency Identification (RFID) adalah sebuah teknologi yang sedang berkembang dan sangat berguna untuk berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah dibidang kesehatan, karena dapat mengurangi kesalahan medis dan meningkatkan kualitas hidup pasien di rumah sakit. Antena tag RFID dapat diimplan di tubuh manusia. Penggunaan tag dalam tubuh dimaksudkan untuk mengurangi resiko kehilangan tag, tidak terlihat dan cocok untuk pasien yang kurang kooperatif. Antena tag RFID yang dirancang digunakan untuk aplikasi medis dengan frekuensi 923-924 MHz, dan diimplan dibagian lengan atas manusia. Tag RFID diimplan diantara lapisan kulit dan lapisan lemak dari lengan manusia. Tag antena memiliki gain sebesar -26,80 dBi.
Antena yang dirancang bangun adalah berupa antena dipole lipat yang akan diimplan di dalam tubuh setelah dibungkus dengan silika terlebih dahulu guna mengurangi efek radiasi ke tubuh. Antena setelah disimulasi dengan model lengan manusia di frekuensi 924 MHz memiliki bandwidth 862, 85 MHz-925,04 MHz. Antena juga disimulasikan dengan kondisi dibungkus silika dan mengalami pergeseran frekuensi menjadi 2,69 GHz. Sedangkan simulasi pada kondisi free space memiliki frekuensi kerja di 2,94 GHz dengan bandwidth 2,92 GHz-2,945 GHz.
Namun, dalam skripsi kali ini, antena yang dibuat khusus untuk kondisi free space dengan spesifikasi yang telah disimulasikan terlebih dahulu dengan simulator CST. Dimensi antena setelah difabrikasi adalah 27,3 x 1,8 x 1,8 [mm]. Antena dipol lipat telah diukur di udara bebas dengan frekuensi kerja 2,94 GHz dengan bandwidth 2,91 GHz ? 3,1 GHz. Antena dipole lipat ini memiliki pola radiasi omnidirectional pada bidang YZ dan XY sedangkan pada bidang XZ berbentuk melingkar.

Radio Frequency Identification is a developed technology and useful for many aplications, one example is for medical aplications. RFID technology can reduce medical error and improve the quality of life of patients in the hospital. RFID tag can be implanted in human body. The use of implanted tag is intended to reduce the risk of the tag being lost, it is invisible and ideal for noncooperative patients. RFID tag antenna is designed to be used in medical aplications with frequency of 923 -925 MHz and implanted in human?s upper arm. The RFID is designed to be tag implanted between layers of skin and fat layer of human arm. The tag antenna has a gain of -26.80 dBi.
The antenna is a folded dipole antenna and will be implanted in the body after is wrapped with silica to reduce the effects of radiation to the human body. The antenna after simulated by the model of the human arm in frequency 924 MHz and has bandwidth 862, 85 MHz - 925.04 MHz. The antenna is also simulated with silica and the frequency shifted to 2.69 GHz. While simulating in free space condition has a frequency in 2.94 GHz with bandwidth at 2.92 GHz - 2.945 GHz.
However, in this research the antenna is made specifically for the conditions of free space with a specification that has been simulated in simulator CST. The antenna dimension is 27.3 x 1.8 x 1.8 [mm]. Folded dipole antenna has been measured in free space with a frequency of 2.94 GHz with bandwidth 2,915 GHz-3,1 GHz. This dipole antenna has a omnidirectional radiation pattern in XY and YZ plane, but in XZ plane the radiation pattern is circular.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43337
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufal Hidayat
"Kebutuhan akan antenna yang bersifat murah, ringan dan low profile namun dapat menghasilkan performansi berupa Gain yang besar dan Half Power Beamwidth (HPBW) yang kecil semakin tinggi. Untuk mencapai spesifikasi tersebut salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan merancang antena mikrostrip array menggunakan teknik pencatuan berupa aperture coupled dengan slot berbentuk jam pasir. Dengan jenis antena ini berhasil diperoleh antena array yang berkerja pada frekeuensi 2.85 GHz- 2.9 GHz dengan gain array 8 element sebesar 13 dB serta dengan HPBW sebesar 110 .Dengan meningkatkan jumlah array, maka Gain yang diperoleh dapat lebih tinggi serta dengan HPBW yang lebih kecil.

Requirement for low cost, light and low profile antenna but with high gain and very small half power beam width (HPBW) is increasing nowadays. One method to achieve these specification is using microstrip array design using aperture coupled feeding technique with hour glass slot. With this method, an array antenna with eight element has been designed. This antenna works at band frequency 2.85 GHz -2.9 GHz with gain about 13 dB and HPBW about 110. By increasing the number of array element, the gain can be higher with smaller HPBW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43325
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwyan Zakaria
"Terdapat banyak antena RFID yang sudah dikembangkan saat ini dengan berbagai macam frekuensi kerja dan kegunaannya karena manfaatnya yang besar bagi manusia di masa mendatang. Antena RFID dapat menyediakan sistem pemantauan secara real-time untuk aplikasi di bidang biomedis dan juga pemantauan posisi manusia di dalam lingkungan indoor. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun antena RFID implan tipe dipole yang berbentuk helix yang memiliki frekuensi kerja di 923-925 MHz, sesuai dengan regulasi alokasi frekuensi RFID di Indonesia. Setelah menghitung link budget untuk menilai kemungkinan transmisi sinyal, antena dirancang dengan simulator berbasis analisa gelombang elektromagnetik (EM) dalam sebuah model sederhana perumpamaan lengan manusia (phantom) yang telah ditambahkan sebuah pembungkus berbahan silika. Agar kinerja antena hasil simulasi dapat diverifikasi validitasnya, maka uji parameter antena dilakukan dengan mengeluarkan antenna dari phantom dan pembungkus silika untuk menguji parameter antena tersebut di medium udara bebas. Pada medium udara bebas, didapatkan frekuensi resonansi antena di 2,259 GHz sesuai dengan hasil simulasi, dengan nilai return loss sebesar -20.276 dB dan input impedance sebesar 40.407 ohm.

Several existing RFID antennas with various operating frequency and its applications have been developed due to their future benefits for human beings. RFID antennas can provide real-time monitoring for biomedical applications andmonitoring the position of human in a hospital or home/indoor environment. The purpose of this study is to build an implanted RFID antenna dipole helix with operating at frequency 924 ? 925 MHz in accordance with the regulation of RFID frequency in Indonesia. Having calculated the link budget for possibility of communication, the antenna is designed with electromagnetic (EM) field simulator in a simple model of human environment. In order to verify the antennas, then the parameters of the antenna must be test by removing the phantom and silica from the implanted helical dipole antenna. As the result of the simulation and measurement, the antenna is working well at resonant frequency at 2.259 GHz in free space medium, as it is provided by the simulation result, with return loss and input impedance antenna -20.276 dB and 40.407 ohm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43030
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arwidya Tantri Agtusia
"ABSTRAK
Kebutuhan akan pengiriman informasi yang semakin cepat, beragam dan dapat dilakukan dimana saja menyebabkan lahirnya teknologi nirkabel yang semakin handal. Antena merupakan salah satu perangkat yang sangat penting pada teknologi nirkabel. WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) dan LTE (Long Term Evolution) merupakan dua contoh teknologi nirkabel yang sedang dikembangkan saat ini. Teknologi ini memungkinkan untuk mengirimkan dan menerima data yang besar dan kualitas yang baik. Untuk dapat menerima data dengan kualitas yang baik, maka dibutuhkanlah antena dengan SNR (Signal to Noise Ratio) yang tinggi dan kapasitas yang besar. Skripsi ini membahas mengenai rancang bangun antena mikrostrip dualband SIMO pada frekuensi 2.3 ? 2.4 GHz dan 2.6 ? 2.7 GHz yang akan diaplikasikan untuk WiMAX dan LTE dengan menyisipkan teknologi SIMO (Single Input Multiple Output) yang diharapkan dapat memperbesar SNR dan kapasitas kanal. Dari hasil pengukuran didapatkan frekuensi kerja dari antena SIMO port 1 adalah 2.4 ? 2.47 GHz dan 2.67 ? 2.74 GHz, port 2 adalah 2.38 ? 2.45 GHz dan 2.63 ? 2.72 GHz, kemudian port 3 adalah 2.38 ? 2.44 GHz dan 2.64 ? 2.73 GHz, dengan mutual coupling kurang dari -20 dB.

ABSTRACT
The need of sending information rapidly, diverse and more mobile, leads to reliable wireless technology. Antenna is a very important device for wireless technology. WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) and LTE (Long Term Evolution) are two of wireless technologies which are currently developed. This technology allows to send and receive large data and with good quality. To get data with a good quality, an antenna with high SNR(Signal to Noise Ratio) and big capacity is needed. This Research explains the design of microstrip antenna dualband SIMO at frequency 2.3 -2.4 GHz and 2.6-2.7 GHz. It is designed with SIMO(Single Input Multiple Output) technology that will improve SNR and channel capacity. From the measurement results show that the working frequency of the SIMO antenna at port 1 is 2.4 - 2.47 GHz and 2.67 - 2.74 GHz, port 2 is 2.38-2.45 GHz and 2.63 - 2.72 GHz, and port 3 is 2.38-2.44 GHz and 2.64 - 2.73 GHz. Additionally the mutual coupling for all ports are less than -20 dB."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1672
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gindy Nuansa
"ABSTRAK
Mengintegrasikan transceiver seluruhnya dalam sebuah chip tunggal merupakan visi masa depan dari sistem nirkabel. Namun demikian, antena dapat dikatakan komponen berukuran terbesar pada sistem ini, sehingga miniaturisasi antena adalah proses yang diperlukan untuk memperoleh rancangan yang optimal. Dan metode yang dipilih untuk miniaturisasi antena adalah dengan pemanfaatan elemen metamaterial Complementary Split-Ring Resonator (CSRR) permitivitas negatif, yang dicetak pada bidang ground antena mikrostrip yang diaplikasikan pada frekuensi kerja 2,6 ? 2,7 GHz. Hasil simulasi menunjukkan ukuran antena dapat direduksi sampai 32% dengan bandwidth (-10dB) sebesar 140 MHz (2,58 ? 2,72 GHz) dan return loss 32,4dB di frekuensi 2,646 GHz. Sedangkan hasil pengukuran mengalami penurunan lebar bandwidth (90MHz) namun masih berada pada frekuensi kerja yang ditentukan. Ini menunjukkan bahwa penempatan elemen metamaterial CSRR pada bidang ground antena mikrostrip dapat memperkecil dimensi antena.

ABSTRACT
Integrating a transceiver entirely in a single chip is the future vision in wireless system. However, antenna is the largest component in this system, so it makes antenna miniaturization an important thing to do to achieve the optimal design. The chosen method for antenna miniaturization is by using negative permittivity Complementary Split-Ring Resonator (CSRR) metamaterial structure, printed on a ground plane at working frequency 2.6 ? 2.7 GHz. From the simulation, the final design has successfully reduce 32% of the microstrip dimension, which has 140 MHz of bandwidth (-10dB) centered at 2.646 GHz with a return loss of 32.4dB. From the measurement, the antenna has narrower bandwidth (90 MHz), but still inside the working frequency of antenna. This proves that CSRR metamaterial structure placed on the ground plane can make the antenna miniaturization possible."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1673
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan
"ABSTRAK
Antena horn menawarkan keuntungan dalam hal gain yang tinggi, bandwidth yang lebar, dan fabrikasi yang mudah. Namun salah satu kekurangan dari antena horn adalah dimensinya yang cukup besar. Skripsi ini membahas mengenai rancang bangun antena horn menggunakan teknik penambahan batang metal. Perancangan antena bertujuan untuk mereduksi dimensi dari antena horn tersebut, yaitu dengan menggunakan suatu teknik dengan menambahkan dua batang metal yang saling tegak lurus yang diletakkan di dalam antena, dan kemudian digabungkan dengan teknik penambahan jumlah batang metal pada bidang horizontal. Perancangan antena horn dilakukan dengan menggunakan software CST Microwave Studio. Hasil penulisan skripsi ini adalah sebuah antena horn dengan penambahan batang metal sehingga mereduksi dimensi antena horn konvensional sebesar 35,72 %. Adapun antena horn tersebut bekerja pada frekuensi 2,8 GHz ? 3,1 GHz yang merupakan rentang frekuensi pada S-band. Hasil simulasi berupa gain sebesar 12,4 dBi, HPBW sebesar 43,1º, dan side lobe level sebesar -18,8 dBi.

ABSTRACT
Horn antenna offers benefits such as high gain value, wide bandwidth, and ease of fabrication. One of the drawbacks of horn antenna is its relatively large dimension. This undergraduate thesis examines the design of a horn antenna using the metal rod addition technique. The antenna design aims to reduce the dimension of horn antenna by utilizing a certain technique where two metal rods are placed perpendicular to each other inside the antenna which is connected afterwards by adding the total number of metal rods on the horizontal plane. The horn antenna is designed using the CST Microwave Studio software. The result of this undergraduate thesis is a horn antenna with the addition of metal rods thereby reducing the dimension from a conventional horn antenna by 35.72%. This horn antenna works in the frequency range of 2.8 GHz ? 3.1 GHz, which is the S-band frequency range. The simulation results are gain of 12.4 dBi, HPBW of 43.1o, and a side lobe level of -18.8 dBi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42245
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil
"Pada skripsi ini dilakukan perancangan co-design quadband LNA dan BPF dengan menggunakan CMOS teknologi 0.18 𝜇𝑚 yang beroperasi pada frekuensi tengah 0.95 GHz dan 1.85 GHz untuk aplikasi GSM, 2.35 GHz untuk aplikasi WiMAX, dan 2.65 GHz untuk aplikasi LTE secara simultan dengan topologi inductive souece degeneration. LNA dirancang agar memiliki spesifikasi 𝑆11<-10 dB, 𝑆21>10 dB, VSWR bernilai 1 ? 2, dan NF < 3 dB. LNA yang telah memenuhi kriterai perancangan kemudian digabung dengan sebuah quadband BPF yang beroperasi pada frekuensi tengah yang sama. Hasil simulasi co-design LNA dan BPF memiliki kinerja yang lebih baik daripada quadband LNA pada frekuensi 0.95 GHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, dan 2.65 GHz. Co-design LNA dan BPF memiliki nilai 𝑆11 antara -26,0 dan -18,9 dB, 𝑆21 antara 13,2 dB dan 19,2 dB, VSWR senilai 1,2, dan NF antara 0,6 dB dan 1,5 dB.

In this thesis, a concurrent quadband LNA is built in inductively source degeneration topology using 0.18 𝜇𝑚 CMOS technology. Another optimization technique called co-design is also used to find the better solution in the wider design field. Whatever the LNA and Filter are powerful; there should be a better design once they are combined together. Considering multiple components in RF front-end together, co-design can reduce the device number, thereby reduce system size, weight and price. As the result, a concurrent LNA which operates in band 0.95 GHz, 1,85 GHz, 2,35 GHz, and 2,65 GHz with gain >10 dB and NF below 1 dB is presented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42732
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irfandella Pratama
"Kebutuhan masyarakat akan mobilitas yang tinggi pada zaman modern saat ini mendorong diciptakannya alat navigasi GPS Global Positioning System Agar dapat menunjang sistem penerimaan GPS yang baik dan akurat diperlukan antena penerima dengan spesifikasi yang memadai Antena GPS yang banyak digunakan bekerja pada frekuensi L1 GPS yaitu 1 575 GHz dengan parameter gain 2dBi axial ratio 3dB dan polarisasi melingkar ke kanan right handed circular polarization RHCP Untuk mencapai spesifikasi yang diharapkan pada skripsi ini dirancang sebuah antena mikrostrip patch segiempat catu tunggal dengan penambahan lima slot persegi panjang untuk mendapatkan polarisasi melingkar Berdasarkan hasil simulasi dan pengukuran diperoleh antena dengan polarisasi melingkar yang memiliki frekuensi resonansi di 1 575 GHz dengan gain 3 dBi dan axial ratio 1 52 dB.

Along with the community needs for high mobility in current modern era allowing to develop navigation systems like GPS Global Positioning System that presently widely used for supporting daily activities In order to accurately support the GPS reception system the received antenna is required to be sufficiently met the existing specifications Most of the GPS antennas work at the frequency of L1 band that is 1 575 GHz with the gain more than 2 dBi the axial ratio less than 3dB and have the right handed circular polarization RHCP In order to achieve the aforementioned specification in this thesis a single feed square microstrip patch antenna with five rectangular slots on the patch is designed for generating a circular polarization According to the simulated and measured results the antena operates well at the resonant frequency 1 575 GHz with the gain is approximately 3 dBi and the axial ratio by 1 52 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufal Hidayat
"Antena merupakan salah satu bagian terpenting dalam teknologi radar udara. Spesifikasi dari antena akan menentukan tinggi-rendahnya teknologi dan kualiatas dari radar secara keseluruhan. Beberapa spesifikasi antena yang mesti dipenuhi untuk aplikasi radar udara, yaitu berupa gain yang tinggi, bandwidth yang lebar, beamwidth yang sempit dan side lobe level yang rendah. Namun, di antara semua spesifikasi yang disebut di atas, beberapa hal yang juga mesti diperhatikan dan menjadi tantangan, yaitu bagaimana merancang antena yang low profile, ringan dengan harga yang serendah mungkin, tapi tetap memiliki spesifikasi yang tinggi.
Salah satu jenis antena yang dapat memenuhi spesifikasi ini, yaitu berupa antena mikrostrip yang disusun pada rancang bangun antena di sini dirancang antena mikrostrip array 4 x 8 elemen, untuk mendapatkan bandwidth yang lebar digunakan teknik parasitic rectangular patch, sedangkan untuk penurunan side lobe level digunakan teknik pencatuan dengan variasi lebar feeding menggunakan perumusan chebychev.
Hasil pengukuran menunjukkan antena 4x8 elemen berkerja pada frekuensi 2.8 GHz ? 3.1 GHz, dengan gain sebesar 16 dB pada frekuensi 2.95 GHz, sedangkan pada bidang azimuth diperoleh lebar beamwidth sebesar 260 dengan niilai side lobe level

Antenna is one of the most important parts in airborne radar technology. Some important specification for the radar antenna application is high gain, wide bandwidth, narrow beamwidth and low sidelobe level, but among these specification we also consider to design low profile, and light weight antenna for radar. One type of antenna which qualifies for this specification is the microstrip array antenna.
In this research a microstrip array antenna that consist of 4x8 element will be proposed, for bandwidth enhancement the side parasitic patch will be used, while for the side lobe level reduction, the unequal power divider with chebychev distribution is designed.
The measurement result for antenna array 4x8 element shows that the antenna works at 2.8 GHz- 3.1 GHz with gain of 16 dB at frequency 2.95 GHz. In the Azimuth plane, the antena beamwidth is 260 with sidelobe level suppression of 21 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>