Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stephanie
"Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menyebabkan resistensi antibiotik di seluruh dunia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi hubungan antara penggunaan antibiotik sesuai rekomendasi Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) dengan luaran klinis, luaran laboratorium, lama rawat dan luaran sekunder yang membaik pada anak dengan infeksi yang di rawat di ruang intensif anak. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif pada anak usia 1-18 tahun yang mendapat terapi antibiotik. Hasil penelitian, dari 85 anak, terdapat 126 penggunaan antibiotik, rerata usia 4,9 tahun, sebaran profil bakteri Gram negatif lebih banyak dibanding Gram positif, sebaran penggunaan antibiotik empiris sesuai rekomendasi PPAB (69,8%) menurut alur Gyssens merupakan kategori 0 (penggunaan antibiotik tepat). Berdasarkan analisis bivariat, variabel luaran klinis, luaran laboratorium, lama rawat dan luaran sekunder tidak  memiliki hubungan bermakna dengan penggunaan antibiotik sesuai PPAB (p>0,05). Sebagai saran, sosialisasi rutin oleh tim PPRA, evaluasi panduan PPAB terus diperbarui tiap 3-6 bulan sesuai data uji kepekaan antibiotik terbaru. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk evaluasi penggunaan antibiotik, secara prospektif dengan subyek yang lebih banyak, durasi lebih lama, kriteria inklusi yang lebih spesifik tanpa komorbid untuk memperkuat rekomendasi penggunaan antibiotik yang sesuai PPAB.

The irrational use of antibiotics causes antibiotic resistance worldwide. Various attempts have been made to prevent antibiotic resistance. This study aims to evaluate the relationship between the use of antibiotics according to PPAB recommendations and improved clinical outcomes, laboratory outcomes, length of stay and secondary outcomes in children with infections treated in the pediatric intensive care unit. This study used a retrospective cohort design in children aged 1-18 years who received antibiotic therapy. The results of the study, of 85 children, there are 126 antibiotic use, the mean age was 4,9 years, the distribution of Gram-negative bacteria profiles was more than Gram-positive, the distribution of empirical antibiotic use according to PPAB recommendations 69.8% according to the Gyssens flow is category 0 (appropriate use of antibiotics). Based on bivariate analysis, the clinical outcome variables, length of stay, laboratory outcomes and secondary outcomes had a p value > 0.05 which were statistically not significantly different to have a relationship with the use of antibiotics according to PPAB. As a suggestion, regular socialization by the PPRA team and evaluation of the PPAB guidelines are continuously updated every 6 months according to the latest antibiotic sensitivity test data. Further research is needed to evaluate the use of antibiotics, prospectively with more subjects, longer duration, more specific inclusion criteria without comorbidities to strengthen recommendations for the use of antibiotics according to PPAB."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Amaliah
"Latar belakang: Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun sistemik yang 10-20% kasusnya memiliki awitan sejak masa kanak. Kesintasan anak dengan LES di negara maju maupun berkembang jauh meningkat sejak beberapa dekade terakhir. Meskipun kesintasannya meningkat, tidak semua anak dan remaja LES dapat memasuki masa dewasa dengan baik. Layanan transisi remaja merupakan jembatan penghubung antara layanan kesehatan anak dan dewasa yang mulai banyak dikembangkan untuk remaja dengan kebutuhan medis khusus seperti LES.
Metode: Studi pre-eksperimental pada remaja LES berusia 15 tahun hingga 17 tahun 6 bulan dilakukan di RSUPNCM dalam kurun waktu antara Desember 2022 hingga Mei 2023. Dalam studi ini seluruh subyek diikutkan dalam modul transisi remaja yang kegiatannya dilakukan secara daring maupun luring. Kegiatan daring meliputi 3 kali pemaparan materi dan diskusi interaktif dengan tema LES, masa remaja, dan layanan kesehatan di klinik dewasa. Kegiatan luring dilakukan melalui bermain peran menyerupai suasana saat melakukan kunjungan mandiri di layanan kesehatan dewasa yang dilakukan pada akhir penelitian. Luaran modul transisi dinilai dengan membandingkan rerata skor TRAQ 6.0 Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah mengikuti modul transisi.
Hasil: Terdapat 36 remaja LES yang mengikuti modul transisi, namun hanya 32 subyek yang mengikuti ≥75% kegiatan. Rerata skor TRAQ 6.0 Bahasa Indonesia sebelum mengikuti modul adalah 3,4 (0,6). Rerata tersebut meningkat menjadi 3,8 (0,6) setelah mengikuti modul (p=0.001). Tidak ada hubungan antara lama sakit, derajat aktivitas penyakit, dan kunjungan mandiri terhadap skor TRAQ 6.0 Bahasa Indonesia sebelum mengikuti modul transisi.
Simpulan: Modul transisi remaja terbukti dapat meningkatkan kesiapan transisi remaja dengan LES berusia 15-17 tahun.

Background: Systemic lupus erythematosus (SLE) is a systemic autoimmune disease in which 10-20% of cases have an onset in childhood. The survival of children with SLE in both developed and developing countries has increased greatly in the last few decades. Although survival has increased, not all children and adolescents with SLE can enter adulthood well. Adolescent transition services are a bridge between child and adult health services which have begun to be developed for adolescents with special medical needs such as SLE.
Methods: The pre-experimental study on LES adolescents aged 15 to 17 years 6 months was conducted at Cipto Mangunkusumo General Hospital from December 2022 to May 2023. In this study, all subjects were included in the adolescent transition module, whose activities were carried out both online and offline. Online activities include 3 presentations of material and interactive discussions on the themes of LES, adolescence, and health services in adult clinics. Offline activities are carried out through role playing, resembling the atmosphere during independent visits to adult health services carried out at the end of the study. The main outcome of the transition module was assessed by comparing the average Indonesian TRAQ 6.0 score before and after participating in the transition module.
Results: There were 36 LES adolescents who took part in the transition module, but only 32 subjects took ≥75% of the activities. The average Indonesian TRAQ 6.0 score before taking the module was 3.4 (0.6). The mean increased to 3.8 (0.6) after participating in the module (p=0.001). There is no relationship between disease duration, degree of disease activity, and independent visits to the Indonesian TRAQ 6.0 score before joining the transition module.
Conclusion: The transition module has been proven to increasing transition readiness of adolescents aged 15 to 17 years with SLE.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library