Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Yandinoer Moelamsyah
"Latar belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu masalah di Indonesia dan dunia. Kepatuhan pasien PPOK dalam menggunakan inhaler ditemukan relatif buruk dengan tingkat ketidakpatuhan berkisar antara 50 dan 80%. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan pasien PPOK dalam penggunaan inhaler. Metode: Penelitian ini adalah potong lintang menggunakan total 75 subjek yang dilakukan di poli asma-PPOK di RSUP Persahabatan Jakarta. Kuesioner yang digunakan merupakan adaptasi dari kuesioner test of adherence to inhaler (TAI) yang telah dilakukan alih bahasa,uji validitas, dan reliabiliatas. Hasil: Dari total seluruh subjek, 57,3% memiliki kepatuhan baik, 26,7% memiliki kepatuhan sedang, dan 16% memiliki kepatuhan buruk. Sebanyak 68% subjek memiliki ketidakpatuhan sporadis, 46,7% subjek memiliki ketidakpatuhan disengaja, dan 56% subjek memiliki ketidakpatuhan tidak disengaja. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan subjek adalah jumlah device yang digunakan (p=0,025), jumlah eksaserbasi per tahun (p=0,002), durasi kontrol (p=0,009), lama pengobatan (p=0,013), nilai mMRC (p=0,011), dan nilai CAT (p=0,030). Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien PPOK terhadap penggunaan inhaler adalah jumlah device inhaler yang digunakan, durasi saat kontrol, dan lama pengobatan yang telah dijalani. Kepatuhan terhadap penggunaan inhaler berhubungan dengan jumlah eksaserbasi per tahun, nilai mMRC, dan nilai CAT. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih luas serta kuesioner yang lebih objektif.

Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a non-communicable disease that is a problem in Indonesia and the world. COPD patients' compliance in using inhalers was found to be relatively poor with non-compliance rates ranging between 50 and 80%. This study aims to explore factors that may influence COPD patients' adherence in using inhalers. Methods: This study was a cross-sectional study using a total of 75 subjects conducted at the asthma-COPD clinic at Persahabatan Central General Hospital Jakarta. The questionnaire used was an adaptation of the test of adherence to inhaler (TAI) questionnaire which had been translated, tested for validity, and tested for reliability. Results: Of the total subjects, 57.3% had good compliance, 26.7% had moderate compliance, and 16% had poor compliance. A total of 68% of subjects had sporadic noncompliance, 46.7% of subjects had deliberate noncompliance, and 56% of subjects had unintentional noncompliance. Factors associated with adherence were the number of devices used (p=0.025), number of exacerbations per year (p=0.002), duration of control (p=0.009), length of treatment (p=0.013), mMRC score (p=0.011), and CAT score (p=0.030). Conclusion: Factors associated with COPD patients' adherence to inhaler use were the number of inhaler devices used, duration at control, and length of treatment. Adherence is associated with the number of exacerbations per year, mMRC scores, and CAT scores. Further research needs to be done with a wider sample and a more objective questionnaire."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albertina Hermina Sesa
"Latar Belakang: Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Mtb). Saat ini WHO telah merekomendasikan TCM MTB/RIF Ultra sebagai pemerikaan tuberculos yang cepat tuberculo untuk medeteksi TB. Kesulitan akses layanan tuberculos pemeriksaan TB pada daerah terpencil menjadi salah satu kendala dalan penatalaksaan TB. Kertas saring Whatman yang mengandung alfa selulosa dapat menjadi mendia tuberculo dahak pada pemeriksaan TB. Penelitian ini membandingkan pemeriksaan hasil TCM pada kertas saring sebagai media tuberculo dan tanpa kertas saring sebagai media tuberculo pada pasien terduga TB.
Metode: Desain penelitian adalah potong lintang, pada Poli Paru dan Ruang Rawat Inap di RSUP Persahabatan pada pertengahan Juni hingga Agustus 2024. Subjek penelitian adalah pasien terduga TB paru yang dilakukan pemeriksaan TCM MTB RIF Ultra yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel dahak dari subjek kemudian dibagi menjadi dua, dengan penggunaan media kertas saring, di tetes 1cc dahak, keringkan kemudian dimasukan dalam tubercu ukuran 6x8 mm dan didiamkan selama selama 5 hari. Sedangkan pada pot yang lain langsung di periksakan TCM MTB/RIF Ultra.
Hasil: Didapatkan dari 53 subjek dengan karakteristik usia produktif terutama pada laki- laki. Dilakukan uji kepositifan akurasi hasil metode kertas saring yang disimpan selama 5 hari terhadap pot dahak yang diperiksakan secara langsung didapatkan pemeriksaan dengan kertas saring memiliki sensitivitas 84,6% (IK95% 55-98,1) dan spesifisitas92,5%(IK79,6-98,4).DilakukanjugaujikepositifanTCM terhadapvolume dahak, didapatkan dahak 3- 5 cc memiliki hasil akhir positif yang paling tinggi (33,3%) dengan nilai p=0,976. Dilakukan juga uji kepositifan TCM terhadap konsistensi dahak didapatkan dahak yang kental memberikan angka kepositifan yang tinggi (66,7%) dengan nilai p=0,001. Ketika dilakukan uji kepositifan hasil TCM terhadap jenis dahak didapatkan dahak mukopurulen memerikan hasil positif yang tinggi (94,1%) dengan nilai p<0,001. Ketika dilakukan uji kepositifan hasil TCM dengan foto toraks didapatkan gambatan kavitas yang memiliki angka kepositifan tinggi (71,4%) dengan nilai p=0,021.
Kesimpulan: Pemeriksaan TCM yang dilakukan dengan kertas saring memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi menunjukan bahwa metode ini efektif dalam mendeteksi kuman Mtb dengan memiliki kemaknaan secara tuberculo.

Background: Tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium tuberculosis (MTB). Currently, WHO has recommended TCM MTB rif ultra as a rapid andsensitivediagnosticexaminationtodetectTB.DifficultyinaccessingTB diagnostic services in peripheral areas is one of the obstacles in TB management. Whatman filter paper containing alpha cellulose can be a sputum transport medium in TB examination. This study compares the results of TCM examination on filter paper as a transport medium and without filter paper as a transport medium in suspected TB patients..
Methods: The study design was cross-sectional, at the Pulmonary Polyclinic and Inpatient Room at Persahabatan Hospital in mid-June to August 2024. The subjects were suspected pulmonary TB patients who underwent TCM MTB RIF Ultra examinationwhomettheresearchcriteria.Sputumsamplesfromthesubjectswere then divided into two, using filter paper media, 1cc of sputum was dripped, dried, then put in a 6x8 mm plastic and left for 5 days. While the other pot was immediately examined with TCM MTB/RIF Ultra.
Results: Obtained from 53 subjects with characteristics of productive age, especially in men. A positivity test of the accuracy of the results of the filter paper method stored for 5 days was carried out on the sputum pot that was examined directly, it was found that the examination with filter paper had a sensitivity of 84.6% (95% CI 55- 98.1) and a specificity of 92.5% (CI 79.6-98.4). A TCM
positivity test was also carried out on sputum volume, it was found that 3-5 cc of sputum had the highest positive final result (33.3%) with a p value = 0.976. A TCM positivity test was also carried out on sputum consistency, it was found that thick sputum gave a high positivity rate (66.7%) with a p value = 0.001. When the TCM positivity test was performed on the type of sputum, mucopurulent sputum showed a high positive result (94.1%) with a p value <0.001. When the TCM positivity test was performed with a chest X-ray, a cavity image was obtained which had a high positivity rate (71.4%) with a p value = 0.021.
Conclusion: TCM examination carried out with filter paper has high sensitivity and specificity which are also quite good, indicating that this method is effective in detecting Mtb germs with statistical significance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fachri Setiawan
"Latar Belakang: Asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara. Kekambuhan asma melibatkan banyak sel yang berperan dalam proses reaksi peradangan kronik terutama sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Peradangan yang terus menerus pada saluran napas dapat menyebabkan proses remodeling pada asma. Mekanisme remodeling disebabkan ketidakseimbangan produksi matriks ekstraselular dan degradasi kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi kadar matriks metalloproteinase-9 dengan derajat kontrol pada pasien asma.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan Poliklinik Asma RS Persahabatan dari April-Desember 2023. Subjek penelitian adalah pasien asma yang berkunjung ke Poliklinik Asma dan memenuhi kriteria penelitian. Subjek penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan MMP-9, hitung jenis neutrofil sputum, hitung jenis eosinofil sputum, pengukuran FeNO dan asthma control test (ACT).
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 40 subjek penelitian. Nilai median MMP-9 pada pasien asma 0,74 ng/ml (0,33-17,82 ng/ml). Nilai median hitung jenis eosinofil sputum 3% (0-92%). Nilai rerata hitung jenis neutrofil sputum 59,62%  31,34%. Nilai median FeNO 67 ppb (13-184 ppb), rerata skor ACT 16,37  5,67. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar MMP-9 berdasarkan derajat kontrol pasien asma (p < 0,03). Terdapat perbedaan bermakna rerata hitung jenis neutrofil berdasarkan derajat kontrol pasien asma (p < 0,029). Terdapat perbedaan bermakna rerata nilai FeNO berdasarkan derajat kontrol pasien asma (p < 0,001). Terdapat korelasi bermakna kadar MMP-9 dengan skor ACT pada pasien asma (r = - 0,32, p < 0,047).
Kesimpulan: Terdapat korelasi negatif kadar MMP-9 dengan skor ACT pada pasien asma.

Background: Asthma has become a public health problem in various countries. Asthma recurrence involves many cells that play a role in the chronic inflammatory reaction process, especially mast cells, eosinophils, T lymphocytes, macrophages, neutrophils and epithelial cells. Continuous inflammation of the airways can cause a remodeling process in asthma. The remodeling mechanism is caused by an imbalance in extracellular matrix production and collagen degradation. The aim of this study was to know the correlation between matrix metalloproteinase-9 levels and the degree of asthma control patients.
Methods: This is a cross-sectional study conducted by the Asthma Polyclinic at Persahabatan Hospital from April-December 2023. The research subjects were asthma patients who visited the Asthma Polyclinic and met the inclusion criteria. The research subjects underwent anamnesis, MMP-9 examination, sputum neutrophil count, sputum eosinophil count, FeNO measurement and asthma control test (ACT).
Results: In this study, there were 40 research subjects. The median MMP-9 value in asthma patients was 0.74 x 102 ng/ml (0.33-17.82 ng/ml). The median value of sputum eosinophil count was 3% (0-92%). The mean value of sputum neutrophil count was 59.62%  31.34%. Median FeNO value 67 ppb (13-184 ppb), mean ACT score 16.37  5.67. There was a significant difference in mean MMP-9 levels based on the degree of control of asthma patients (p < 0.03). There was a significant difference in the mean count of neutrophil types based on the degree of control of asthma patients (p < 0.029). There was a significant difference in the mean FeNO value based on the degree of control of asthma patients (p < 0.001). There was a significant correlation between MMP-9 levels and ACT scores in asthma patients (r = - 0.32, p < 0.047).
Conclusion: There is a negative correlation between MMP-9 levels and ACT scores in asthma patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library