Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudi Priatama Singgih
Abstrak :
ABSTRAK
Cara kerja arkeologi yang paling khas, yang membedakan arkeologi dengan ilmu-ilmu sosial yang lain, adalah ekskavasi. Ekskavasi merupakan cara kerja arkeologi dalam tahap pengumpulan data. Salah satu aspek penting dari kegiatan ekskavasi bagi disi_plin ilmu arkeologi, bahkan sesungguhnya jauh lebih penting dari artefak yang ditemukan dalam ekskavasi itu sendiri, adalah proses perekaman data. Ekskavasi tanpa perekaman data bukanlah ekskavasi yang ilmiah_Perekaman data dalam kegiatan ekskavasi dapat dilakukan de_ngan pelbagai cara, yaitu perekaman tertulis, gambar, dan foto. Didalam skripsi ini yang dibahas adalah teknik perekaman data ekskavasi melalui foto dan perlengkapan pemotretan yang ideal un_tuk suatu ekskavasi.. Fotografi secara umum dapat dijelaskan sebagai ilmu memo_tret atau pemotretan, sedangkan Fotografi Arkeologi adalah ilmu memotret yang khusus ditujukan untuk mendukung kegiatan peneliti_an arkeologi. Fotografi Arkeologi dapat juga dikatakan sebagai salah satu cabang tersulit dari fotografi.
1986
S11889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnison Nizar
Abstrak :
Menhir berhias merupakan salah satu bentuk peninggalan tradisi megalitik yang masih terdapat di daerah Limapuluhkoto, Sumatera Barat. Bentuk menhir berhias yang terdapat di situs-situs Megalitik Limapuluhkoto tampak memperlihatkan keanekaragam bentuk, hiasan, ukuran. Adanya keanekarageman itu merupakan masalah utama yang dibahas didalam penelitian ini. Masalah lain yang menjadi perhatian adalah mengenai fungsi menhir berhias yang terdapat di situs-situs megalitik Limapuluhkoto. Apakah menhir berhias itu mempunyai fungsi yang berbeda dari menhir-menhir yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Untuk itu harus diketahui fungsi-fungsi menhir yang terdapat di daerah Indonesia. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai data utama adalah menhir berhias yang terdapat di setiap situs yang ada di daerah Limapuluhkoto, dengan jumlah temuan menhir berhias 38, sedangkan temuan lain yang ada pada se_tiap situs merupakan data pembantu yang dapat dianggap se_bagai memperkuat interpretasi nantinya. Analisa menhir berhias dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi yaitu klasifikasi yang memusatkan perhatian pada sejumlah atribut-atribut, dan atribut ter_sebut digunakan sebagai indikator di dalam menentukan tipe sehingga dari hasil analisa di dapat beberapa tipe menhir berhias. Untuk dapat menentukan fungsi menhir berhias, ma_ka terlebih dulu harus dicari atau harus ditentukan arti setiap hiasan yang dapat diamati pada masing-masing menhir berhias. Setelah anti setiap hiasan dapat diketahui, maka dihubungkan dengan fungsi menhir yang sudah diketahui dari hasil penelitian para ahli terdahulu, make, diambil suatu kesimpulan tentang fungsi menhir'berhias yang terdapat di setiap situs-situs megalitik Limapuluhkoto. Hasil analisa menhir berhias menunjukkan adanya 3 tipe dan 4 sub tipe. Hasil analisa tentang fungsi menhir memperlihatkan adanya fungsi khusus, yaitu sebagai tanda kubur masyarakat tradisi megalitik di daerah Limapuluhkoto yang masih memuja dan menghormati arwah nenek moyang mereka dengan jalan memberikan hiasan-hiasan pada setiap media yang berfungsi sebagai tanda kubur.
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisiono
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini rnembahas peluru-peluru dari daerah Banten Lama koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Tujuannya untuk menyusun tipologi peluru-peluru tersebut, dan untuk mengidentifikasi jenis-jenis senjata yang digunakan di Banten Lama pada masa lalu (abad XVI-XIX masehi).

Metode yang digunakan adalah dengan cara memilah peluru-peluru tersebut berdasarkan ukuran diameter, berat, dan bahan yang digunakan. Korelasi ketiga variabel selan_jutnya digunakan untuk menyusun tipologi peluru Banten Lama ini. Untuk identifikasi senjata, dilakukan dengan cara membandingkan ukuran diameter peluru dengan ukuran kaliber senjata-senjata api yang terdapat di Museum Nasional Jakarta, dan Museum Fatahiliah Jakarta.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peluru-peluru dari Banten Lama dapat dikelompokkan ke dalam lima tipe peluru dengan beberapa sub tipe. Sementara dari hasil perbandingan antara ukuran diameter peluru dan kaliber senja_ta serta dihubungkan dengan data sejarah Banten, dapat di_simpulkan bahwa peluru-peluru tersebut digunakan tidak ha_nya untuk senjata api kaliber kecil (pistol dan senapan), tetapi juga untuk senjata kaliber besar, yaitu meriam.
1990
S11978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library