Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Adhelia Anjani
"Salah satu permasalahan yang tengah dihadapi negara ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dikalangan anak muda. Hal ini ditandai dengan kurang menghayatinya anak muda terhadap simbol-simbol kebangsaan seperti lagu kebangsaan, upacara nasional, dan menganggap budaya luar negeri lebih menarik. Berdasarkan studi-studi sebelumnya bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah arus globalisasi, paham liberal, dan maraknya produk luar negeri. Sedangkan faktor internalnya adalah desentralisasi sistem pemerintahan, keluarga yang tidak mengajarkan nasionalisme, dan sentiment primordial atau etnis. Peneliti berargumen bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh adanya pergeseran makna nasionalisme pada pemuda sekarang dimana mereka tidak lagi mengandalkan sloganistik/simbolistik tetapi lebih ke tindakan substantif. Melalui wawancara mendalam serta studi dokumen dan visual, peneliti menyimpulkan bahwa memudarnya rasa nasionalisme dikarenakan pergeseran makna dari makna nasionalisme sebelumnya. Melalui konstruksi sosial yang diberikan oleh institusi pendidikan, media masaa, dan pemikiran mahasiswa itu sendiri munculah interpretasi makna sehingga menghasilkan tindakan rasional. Tindakan rasional ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Tindakan Rasional Nilai dan Tindakan Rasional Instrumental pada arena kegiatan organisasi, volunteer, dan komunitas sebagai pemahamannya terhadap makna nasionalisme di era sekarang. Sehingga membentuk identitas nasional baru melalui nilai-nilai yang anut berdasarkan historis sejarah, pemikiran anak muda yang kritis, dan kegiatan mahasiswa yang bersifat nasionalis, sukarelawan, atau base on profit.
One of the problems facing this country is the waning spirit of nationalism among young people. This is marked by the lack of respect for young people against national symbols such as national anthems, national ceremonies, and consider foreign culture more interesting. Based on previous studies that the waning sense of nationalism of young people is caused by external factors and internal factors. The external factors in question are the current of globalization, liberalism, and the rise of foreign products. Whereas internal factors are decentralized government systems, families that dont teach nationalism, and primordial or ethnic sentiments. Researchers argue that the waning sense of nationalism of young people is caused by a shift in the meaning of nationalism in today's youth where they no longer rely on sloganistic / symbolistic but rather on substantive actions. Through in-depth interviews and document and visual studies, the researcher concluded that the fading sense of nationalism was due to a shift in meaning from the meaning of previous nationalism. Through social construction given by educational institutions, mass media, and students thinking it self, interpretations of meaning emerge to produce rational actions. These rational actions are divided into two types namely Rational Value Actions and Instrumental Rational Actions in the arena of organizational, volunteer and community activities as their understanding of the meaning of nationalism in the current era. Thus forming a new national identity through profound values based on historical history, critical thinking of young people, and student activities that are nationalist, volunteering, or base on profit."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dwi Sembodo Aji
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nanang Dwi Setiawan
"Laporan ini membahas proses audit aset tetap PT EXPRESS yang merupakan perusahaan pengiriman barang untuk periode 31 Desember 2017. Proses audit mengacu pada Pedoman Audit KAP Wijaya yang telah sesuai dengan standar ISA. Selama proses audit, auditor melihat kesesuaian kebijakan akuntansi aset tetap PT EXPRESS dengan PSAK 16 dan PSAK lain terkait aset tetap kecuali untuk biaya pinjaman yang belum dikapitalisasi. Terdapat pula perubahan kebijkan metode penyusutan yang menyebabkan laba perusahaan meningkat. Secara keseluruhan, laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, sehingga laporan keuangan diberi opini wajar tanpa pengecualian.
This report discusses the process of audit of PT Wijaya's fixed asset, a freight forwarder for the period of December 31, 2017. The audit process refers to KAP Wijaya Audit Guidelines that comply with ISA standards. During the audit process, auditor analyze accounting policy conformity with PSAK 16 and other PSAK related to fixed asset except for capitalization of borrowing costs. There is also a change in the policy of depreciation method which causes the company's profit to increase. Overall, financial statements have been fairly presented in all material respects, so that financial statements are given unqualified opinions."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ayu Firiyal Maharani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Surveillance Capitalism bekerja terhadap pengguna dan memengaruhi selera bermusiknya di aplikasi Spotify. Surveillance capitalism merupakan bentuk pengawasan oleh kapitalisme dengan basis algoritma yang berorientasi keuntungan ekonomi. Berdasarkan studi sebelumnya, terdapat dua perhatian dalam mengkaji penggunaan aplikasi Spotify. Kelompok pertama melihat bagaimana algoritma personalisasi Spotify dapat mengokohkan identitas bermusik pengguna, sementara kelompok lain mengkaji peran algoritma dalam praktik surveillance kapitalisme demi kepentingan ekonomi. Penelitian ini melihat keberadaan algoritma sangat erat kaitannya dengan kerja pengawasan yang juga memperkuat identitas pengguna, khususnya pada fitur Spotify Wrapped dan Made For You. Kedua fitur tersebut memberikan manfaat berupa personalisasi kepada pengguna, tetapi juga memberikan dampak lain dalam bentuk pengawasan yang mengeksploitasi data pengguna. Personalisasi tersebut menggunakan data selera musik yang merupakan identitas dan privasi pengguna untuk memberikan rekomendasi, hingga dapat memengaruhi selera mereka yang berorientasi keuntungan platform. Penelitian ini akan menggunakan perspektif Surveillance Capitalism dan Privacy serta Algorithmic Culture dengan menggunakan metode in-depth interview terhadap pengguna premium dan observasi online di aplikasi Spotify. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa algoritma di dalam aplikasi Spotify bekerja dengan logika kapitalisme yang menguntungkan platform dengan mengekstraksi data pengguna, hingga dapat mengarahkan perilaku dan selera bermusik pengguna secara tidak sadar. Keterbatasan pengetahuan pengguna akan privacy melanggengkan kerja pengawasan kapitalisme dalam memiliki hak kendali atas data pribadinya.
This research aims to see how surveillance capitalism works on users and influences their musical tastes on Spotify. Surveillance capitalism involves algorithms that prioritize economic profit. Previous studies identify two concerns: one focusing on how Spotify's personalization algorithms enhance users' musical identities, and the other on their role in enabling economic surveillance. This research sees that the existence of algorithms is closely related to surveillance work that also strengthens user identity, especially in Spotify Wrapped and Made For (You) features. This study argues that algorithms are closely linked to surveillance practices that also reinforce user identity. While those features provide personalized recommendations, they also raise concerns about data exploitation. Personalization leverages users' musical tastes—key elements of their identity and privacy—to generate profit-driven recommendations, thus influencing their users' tastes. This research will use the perspectives of Surveillance Capitalism, Privacy, and Algorithmic Culture by using in-depth interviews with premium users and online observations on Spotify application. The findings suggest that Spotify's algorithms function under capitalist principles, extracting user data and subtly influencing user behavior and preferences. Additionally, users' limited awareness of privacy issues further enables the effectiveness of these algorithms, reinforcing capitalism's control over personal data. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library