Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satrya Solihin J.
"Kota Tangerang Selatan memiliki sebelas situ yang berada di dalam wilayah administratifnya. Situ-situ tersebut sedang mengalami degradasi fungsi utama sebagai kawasan penyimpanan air. Salah satu sebab penurunan fungsi ini adalah alih fungsi Iahan yang terjadi secara illegal seperti permukiman dan peruntukan situ sebagai kawasan pembuangan sampah. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti merumuskan permasalahan penelitian yaitu masih banyaknya situ di wilayah Tangerang Selatan yang mengalami penurunan fungsi dan lwasan kawasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan jika kondisi situ-situ di wilayah Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan cukup buruk. Dari 11 (sebelas) situ yang ada di wilayah Tangerang Selatan, hanya 2 (dua) situ yang dapat dikategorikan memiliki kondisi baik, sedangkan 5 (lima) situ lainnya dikategorikan memiliki kondisi sedang, dan bahkan 4 (empat) situ sisanya dikategorikan buruk dengan kondisi [vasan situ sudah nol/hilang. Faktor-faktor yang menyebabkan degradasi situ adalah, 1) dari segi sosial ekonomi kependudukan, peningkatan jumlah penduduk di kota Tangerang Selatan menjadi sebab meningkatnya tekanan terhadap daya dukung situ. 2) Ditinjau dari Aspek Tata Ruang/RUTR Kota Tangerang, rencana pengelolaan kawsan situ tidak terintegrasi dalam rencana tata ruang wilayah kota adanya perubahan fungsi lahan. 3) Ditinjau dari Aspek Potensi Sarana/Elemen Perkotaan, kawasan situ tidak dikelola dengan perencanaan yang baik sehingga tidak terintegrasi dalam pembangunan kota. Altematif solusi untuk perbaikan kondisi situ-situ adalah pengembangan perangkat insentif dan disinsentif untuk mengarahkan sekaligus mengendalikan perkembangan dan perubahan fungsi kawasan situ yang dikembangkan secara sektoral maupun lintas sektoral.

The eleven smali fakes in The City of South Tangerang are faced serious degradation of their function as water based reservoir and their existence. Land used changing such as illegal settlement and waste landfill around the small lakes caused the inhibitory of small Jakes. Based on that condition, this research question is the enhancement of degradation of small Jakes in South Tangerang City. This research used qualitative approach with descriptive analyses. Results of study show the condition of small lakes in The City of South Tangerang are in bad category. From eleven small lakes, two small lakes categories in good condition, five small lakes categories in middle condition, four small lakes in bad condition with zero area. These conditions caused by, 1) from social, economic and citizenry impact, escalation of citizen dweller in The City of South Tangerang became pressure for carriying cappacity of the small lakes. 2) from South Tangerang Regional Development Planning Concept there is no integration these area to the mapping of City region. 3) from infrastructurs and the element of city, these smal) lakes area were not well integrated to the development of city planning. The alternative solution to improve the condition of these small lakes is the development of insentive and disinsentive system programme. This system fungtion as controlier on land used changes and improvement of the smalt lakes. "
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2010
T33552
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Aliyo Ghinannafsi
"Hujan merupakan salah satu parameter penting dalam proses hidrologi. Pengukuran curah hujan oleh stasiun pengukur hujan belum dapat mewakili sebaran spasial dan temporal. Di daerah pegunungan, sebaran spasial hujan sangat bervariasi dan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah dengan topografi yang lebih rendah. DAS Ciliwung bagian hulu terletak di area pegunungan dengan elevasi 297-2982 mdpl, sedangkan area hilir terletak di area dekat pantai dengan elevasi 0-25 mdpl. Lokasi penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung karena salah satu DAS paling kritis di Indonesia dengan masifnya pembangunan yang berpengaruh terhadap fenomena banjir di bagian hilir, yaitu Jakarta. Radar cuaca merupakan salah satu instrumen yang dapat merepresentasikan kondisi spasial dan temporal hujan dengan lebih baik. Namun, setelah dievaluasi data curah hujan berbasis radar cuaca belum sesuai terhadap data stasiun pengukur hujan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan koreksi dan evaluasi kesesuaian data curah hujan berbasis radar cuaca terhadap stasiun pengukur hujan di DAS Ciliwung. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data curah hujan dari radar cuaca C-Band dan stasiun pengukur hujan di 6 titik area hulu dan 9 titik area hilir. Metode koreksi data curah hujan berbasis radar cuaca menggunakan metode koreksi kalibrasi. Uji kesesuaian dilakukan menggunakan tiga metode, yaitu Nash Sutcliffe Efficiency (NSE), Root Mean Square Error (RMSE), dan Percent Bias (PBias). Perolehan hasil NSE, RMSE, dan PBias menggunakan data curah hujan radar cuaca setelah dikoreksi menunjukkan bahwa metode koreksi kalibrasi yang digunakan mampu meningkatkan tingkat akurasi dan keandalan data curah hujan secara signifikan walaupun di beberapa titik penelitian secara numerik masih belum memenuhi persyaratan. Hasil terbaik terdapat di Stasiun Pulomas yang ditandai dengan perubahan nilai NSE dari 409,06 menjadi 0,62; nilai RMSE dari 574,66 menjadi 17,54; dan nilai PBias dari 2062,02 menjadi -30,84. Secara tren pencatatan data curah hujan juga sudah sesuai dengan data stasiun pengukur hujan sehingga mampu menggambarkan pola hujan di DAS Ciliwung.

Rain is one of the important parameters in the hydrological process. Rainfall measurements by rain measuring stations cannot yet represent spatial and temporal distribution. In mountainous areas, the spatial distribution of rainfall varies greatly and tends to be higher than in areas with lower topography. The upstream part of the Ciliwung watershed is located in a mountainous area with an elevation of 297-2982 meters above sea level, while the downstream area is located in an area near the coast with an elevation of 0-25 meters above sea level. The location of this research was carried out in the Ciliwung watershed because it is one of the most critical watersheds in Indonesia with massive development that affects the phenomenon of flooding downstream, namely Jakarta. Weather radar is one of the instruments that can better represent the spatial and temporal conditions of rain. However, after evaluation, rainfall data based on weather radar is not in accordance with the data of rain measuring stations. Therefore, this study aims to correct and evaluate the suitability of weather radar-based rainfall data for rain measuring stations in the Ciliwung watershed. The data used is secondary data in the form of rainfall data from C-Band weather radar and rain measuring stations at 6 points in the upstream area and 9 points in the downstream area. The rainfall data correction method based on weather radar uses the calibration correction method. The conformity test was carried out using three methods, namely Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE), Root Mean Square Error (RMSE), and Percent Bias (PBias). The results of NSE, RMSE, and PBias using weather radar rainfall data after correction show that the calibration correction method used is able to significantly improve the accuracy and reliability of rainfall data even though at some research points numerically it still does not meet the requirements. The best results were found at Pulomas Station which was marked by a change in the NSE value from -409.06 to 0.62; RMSE value from 574.66 to 17.54; and the PBias value from 2062.02 to -30.84. In terms of the trend of recording rainfall data, it is also in accordance with the data of rain measuring stations so that it is able to describe rainfall patterns in the Ciliwung watershed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana Indarwati
"Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan pokok manusia semakin meningkat. Eksploitasi alam, perubahan tata guna lahan, dan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang membuat daerah resapan air berkurang. Limpasan air di permukaan meningkat sehingga kapasitas sungai tidak dapat menampung dan antara lain menjadi penyebab banjir di DKI Jakarta. Salah satu metode pengendalian banjir yang digunakan adalah pembangunan sudetan Ciliwung menuju Kanal Banjir Timur (KBT). Konsultan PT. Kwarsa Hexagon berdasarkan mandat dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane telah melakukan penilaian beberapa alternatif trase sudetan. Alternatif 2 yaitu interkoneksi yang menghubungkan S. Ciliwung dengan KBT melalui bagian hilir S. Cipinang dinilai paling efektif.
Sudetan yang terdiri dari empat unit pipa gorong-gorong beton pracetak, diletakkan secara paralel di sepanjang Jl. Otista 3, Jakarta Timur. Debit maksimum yang dapat mengalir melalui keempat unit pipa sebesar 60 m3/det. Debit puncak yang melalui S. Ciliwung dan S. Cipinang dihitung menggunakan modifikasi metode rasional. Hasil perhitungan banjir rencana 100 tahunan Sungai Ciliwung sampai dengan sudetan adalah sebesar 411,6 m3/det, sedangkan banjir rencana 50 tahunan Sungai Cipinang sampai dengan sudetan adalah sebesar 87,1 m3/det. Efektifitas pembangunan ini dilihat dari referensi elevasi muka air banjir dengan kala ulang 100 tahunan di Pintu Air Manggarai sebesar +10,90 m.
Pelacakan banjir yang dilakukan adalah saat kondisi penampang kedua sungai telah dinormalisasi. Pelacakan banjir ini dikerjakan menggunakan program HEC-RAS vs 4.1.0.Pelacakan banjir yang melalui empat unit gorong-gorong memiliki kondisi aliran sebagian sedangkan untuk dua unit gorong-gorong aliran akan penuh di sepanjang gorong-gorong. Penggunaan dua unit gorong-gorong sudah mencukupi, namun untuk kepentingan pemeliharaan maka disediakan empat unit gorong-gorong yang dapat digunakan secara bergantian. Elevasi banjir di Pintu Air Manggarai sebesar +9,29 m. Pembangunan sudetan ini dinilai efektif karena dapat mereduksi elevasi muka air banjir 14,8% serta tidak adanya limpasan melalui tanggul di Sungai Ciliwung dari titik sudetan hingga Pintu Air Manggarai.

Along with the increasing population, basic human needs will also increasing. Exploitation of nature, land use changes, and evironmental capacity unbalanced make a reducing infiltration capacity of the catchment area.The capacity of Ciliwung can not accomadate the increasing surface runoff, that contribute to the flooding in Jakarta.One of the flood control method that used is construction of interconnection from Ciliwung River towards Eastern Flood Canal. PT. Kwarsa Hexagon as consultant based on mandate from Directorate General of Water Resources, Ciliwung-Cisadane Large River Basin Organization has assessed several alternatives of culvert alignment. Second alternative-the interconnection between Ciliwung River andEastern Flood Canal through the downsteram of Cipinang River -is the most effective alternative.
Interconnection which consists of four units of pipe precast concrete culverts, placed in parallel. The maximum discharge through the four culverts is 60 m3/s. Peak discharge through Ciliwung River and Cipinang River is calculated using a modified rational method. Results of the design flood calculation with 100-year return period of Ciliwung River upto the interconnection point is 411.6 m3/s, while the 50-year return period of Cipinang River upto the interconnection point is 87.1 m3/s. Effectiveness of this construction is based on reference of flood water elevation with 100-year return period in Manggarai Sluicegate that is +10.92 m.
Flood routing is carried out using software HEC-RAS vs 4.1.0 for the condition after normalization. Flood routing through four culverts has a partly turbulent condition within the barrels, while the routing through two culverts, resulted in fully flow. Actually the use of two culverts isare sufficient,however for the shake of maintenance, four culverts are needed that can be used alternately. Flood water elevation in Manggarai gate is+9.29 m. The construction of the culverts hasproven effective since it can reduce the flood water level up to 14,8% and there is no runoff through embankment along the Ciliwung River from interconnection point up to Manggarai gate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariz Reinaldhi Kaeni
"Pencemaran air tanah yang terus meningkat pada masa kini dengan berbagai risikonya, mendesak perlunya pencegahan dan pengendalian terhadap sumber pencemar salah satunya dengan mempelajari mekanisme penjalarannya. Diperlukan pemahaman rembesan dan penjalaran pencemar di dalam sistem air tanah melalui pemodelan matematis, pemodelan fisik di lab dan pemodelan fisik di lapangan. Ketiga pemodelan tersebut memiliki kekurangan yang dapat dipenuhi pemodelan lainnya. Seperti dibutuhkannya pemodelan fisik di lab untuk menyimpulkan bahwa suatu model matematis dapat divalidasi. Sementara tiap pemodelan memerlukan suatu protokol untuk mendapatkan hasil yang didapatkan dapat diulangi. Skripsi ini bertujuan untuk mengembangkan suatu protokol pemodelan fisik pengamatan penjalaran pencemar pada akuifer berlapis. Pada percobaan ini menggunakan variasi tiga lapisan yang diharapkan dapat jelas teramati perbedaan aliran air tanah pada lapisan yang berbeda, dimana nantinya akan terjadi refraksi. Selanjutnya untuk diamati dan dianalisa proses aliran air dan pencemaran pada aliran air tanah.

Increasing of ground water pollutant urge to prevent and control it's resource, one of them is by studying it?s spreading mechanism. Understanding of infiltration and spreading at ground water should be done by using mathematic model and also physical model at laboratory and site. All of them have disadvantages which might fulfilled by another model. Such as physical model at laboratory is needed to validate mathematic model. Meanwhile, a protocol is needed to obtain repeatable result in modelling process. This research has a purpose to develop a protocol of physical model of pollutant spreading observation in stratified aquifer. Using three layers as a varian is assumed that the difference of flow at ground water can be observed clearly, which is called refraction. Then, the process of flow and pollutant spreading at ground water will be observed and analyzed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S63459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfisalam Ghifari Mustafa
"Banjir merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di wilayah DKI Jakarta, dimana salah satu penyebabnya adalah meluapnya Sungai Pesanggrahan. Dalam menanggulangi hal tersebut, pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013 melakukan normalisasi pada sungai tersebut. Namun, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa normalisasi mengakibatkan ketidakstabilan saluran dalam angkutan sedimen. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari normalisasi sungai pada daerah hulu terhadap angkutan sedimen di daerah hilir ruas yang ditinjau. Identifikasi perubahan alur sungai sebelum dan sesudah normalisasi dilakukan berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Sampel sedimen diambil pada 3 titik pada ruas sungai yang ditinjau untuk mengetahui gradasi dari butiran sedimen tersebut. Aplikasi HEC-RAS digunakan untuk melakukan simulasi angkutan sedimen pada ruas sungai tersebut untuk sebelum dan sesudah normalisasi. Hasil simulasi digunakan untuk mengetahui perubahan penampang yang terjadi akibat adanya angkutan sedimen dan untuk mengetahui tinggi muka air pada sungai tersebut. Dari tinggi muka air dapat diketahui jari – jari hidrolik penampang untuk kemudian dilakukan perhitungan angkutan sedimen menggunakan persamaan Ackers-White karena persamaan tersebut menggunakan rentang distribusi butiran dari 0,02 – 4,94 mm. Dari hasil perhitungan didapat bahwa angkutan sedimen pada titik hulu yang ditinjau meningkat 155,11 ton/tahun, pada titik tengah meningkat 89,64 ton/tahun dan titik hilir menurun 0,28 ton/tahun.

Flooding is one of the common problem in DKI Jakarta, which one of the causes is the overflow of the Pesanggrahan River. To overcoming it, the Jakarta Provincial Government in 2013 normalized the river. However, there are several studies show that normalization results in channel instability on sediment transport. The purpose of this research is to analyze the effect of river normalization in upstream areas on sediment transport in the downstream areas of the section that being reviewed. The identification of changes in river flow before and after normalization was carried out based on data from Central Office of River Region Ciliwung-Cisadane, Ministry of Public Works. HEC-RAS is used to simulate sediment transport in the river segment before and after normalization. The results are used to determine cross section changes due to sediment transport and to determine the water level of the river. From the water level, hydraulic radius can be calculated and then carried out sediment transport calculation using Ackers-White equation since the equation using grain distribution from range 0,02 – 4,94 mm. From the calculation, can be seen that sediment transport at the upstream point increases 155,11 tons/year, at the midpoint increases 89,64 tons/year, and the downstream point decreases 0,28 tons/year"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Hafizh
"Dari 13 sungai yang melalui Jakarta, Sungai Ciliwung adalah sungai yang paling berpengaruh dengan memberikan kontribusi sebesar 24% terhadap banjir yang terjadi di Jakarta (FORDA-MOF, 2016). Prediksi banjir yang akurat sangat penting dalam pengelolaan sumber daya air dan mitigasi bencana (Sättele et al., 2015). Dalam memprediksi banjir, diperlukan suatu model hidrologi, salah satunya adalah CINECAR. Model hidrologi CINECAR ini dikembangkan untuk memodelkan banjir bandang (Gaume et al., 2004)dan membutuhkan data yang detail dengan skala cakupan lebih spasial. Di sisi lain, DAS Ciliwung memiliki data spasial yang terbatas. Penelitian ini berfokus kepada implementasi model hidrologi CINECAR dalam simulasi debit banjir dengan hujan rencana dan mengetahui performa kesesuaian debit hasil model dengan debit aktual di Pintu Air Manggarai. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa curah hujan di beberapa stasiun hujan dan data tinggi muka air. Debit aktual ini didapatkan dari tinggi muka air dengan rating curve di Pintu Air Manggarai dan di Bendung Katulampa. Penentuan keakuratan simulasi dilakukan dengan menggunakan Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE). Nilai NSE model yang didapat setelah dilakukan penyesuaian CN adalah 0,36 di titik Pintu Air Manggarai dan 0,78 di titik Bendung Katulampa. Namun setelah eliminasi tanggal-tanggal dengan curah hujan yang tidak lebat, didapatkan nilai NSE-nya menjadi 0,83. Hal ini menunjukkan bahwa performa model hidrologi CINECAR baik untuk memprediksi debit yang besar.

Of the 13 rivers that pass through Jakarta, the Ciliwung River is the most influential, contributing 24% to the flooding that occurs in Jakarta (FORDA-MOF, 2016). Accurate flood prediction is essential in water resources management and disaster mitigation (Sättele et al., 2015). In predicting floods, a hydrological model is needed, one of which is CINECAR. The CINECAR hydrological model was developed to model flash floods (Gaume et al., 2004)and requires detailed data with a more spatial scale of coverage. On the other hand, the Ciliwung watershed has limited spatial data. This research focuses on the implementation of the CINECAR hydrological model in simulating flood discharge with planned rainfall and knowing the performance of the modeled discharge with the actual discharge at the Manggarai Water Gate. The data used are rainfall intensity at several rain gauges and water level data. The actual discharge is obtained from the water level with the rating curve at the Manggarai Water Gate and Katulampa Weir. Determination of simulation accuracy is done using Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE). The NSE value of the model obtained after CN adjustment was 0,36 for Manggarai Water Gate and 0,78 for Katulampa Weir. However, after the elimination of dates with less heavy rainfall, the NSE value was found to be 0,83. This shows that the performance of the CINECAR hydrological model is good for predicting large discharge.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Aqiella Widita
"Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang berlokasi di wilayah Jawa Tengah yang setiap tahun selalu mengalami banjir. Salah satu kejadian banjir terbesar yaitu pada tahun 1990 akibat meluapnya sungai Garang yang menjadi sungai utama pada DAS ini. Perubahan tutupan lahan pada DAS menjadi salah satu faktor banjir terus terjadi berulang. Tutupan lahan dapat dilihat melalui citra satelit Google Earth dan diproses dengan ArcGIS melalui metode Maximum Likelihood Classification (MLC) untuk tahun 1990, 2000, 2010, 2020, dan diperbandingkan dengan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Semarang. Dari proses tersebut akan menghasilkan peta tutupan lahan DAS Garang yang terdapat data persentase tutupan lahan kedap air dan nomor kurva (CN) untuk setiap subdas. Kedua nilai tersebut menjadi input pada aplikasi Hec-HMS beserta dengan data lainnya seperti karakteristik aliran sungai dan subdas. Metode untuk simulasi dengan Hec-HMS untuk subdas menggunakan SCS CN dan untuk reach dengan metode Kinematic Wave Routing. Simulasi dengan Hec-HMS menggunakan data hujan maksimum tahunan stasiun hujan Ungaran, Simongan, Gunung Pati, dan Kalisari. Data hujan akan diuji dengan uji distribusi serta konsistensi sampai mendapatkan hujan rerata wilayah dengan metode Thiessen beserta hujan rencana periode ulang 25 tahun dan 50 tahun. Hasil simulasi Hec-HMS berupa hidrograf banjir akan digunakan sebagai data boundary condition pada aplikasi Hec-RAS untuk menghasilkan peta genangan sehingga dapat diketahui luas serta area banjir di DAS Garang. Penelitian ini akan menghasilkan besaran debit DAS Garang yang dipengaruhi oleh perubahan tutupan lahan tahun 1990, 2000, 2010, 2020, dan diperbandingkan dengan peta RTRW Kota Semarang tahun 2010 – 2030. Selain itu dapat diketahui pula wilayah yang terdampak dan kedalaman banjir yang terjadi pada keempat tahun tersebut.

Garang watershed is in East Java where flood events occur every year. One of the biggest flood events occurred in 1990 because of the overflows from the Garang river. The change of land use cover in DAS Garang is one of the reasons that create the flood events. Landuse cover can be seen from satellite images on google earth. The image will be processed using ArcGIS with the Maximum Likelihood Classification (MLC) method. The result from that process is the area of land use cover, percentage of impervious cover, and the curve number (CN) of DAS Garang in the years 1990, 2000, 2010, 2020, and will be compared with the Urban Land Use Plan Map of Semarang City. Those data will be the input for Hec-HMS. For subwatershed, the simulation in Hec-HMS will use SCS CN Method and the reach will use kinematic wave routing. That simulation will be using annual maximum rainfall data from four rainfall stations; Ungaran, Simongan, Gunung Pati, and Kalisari. Rainfall data will be tested by distribution test and consistent test so that it can be used to determine the area average rainfall data using the Thiessen method and rainfall plan for 25 and 50 years return period. The result from the Hec-HMS simulation is flow hydrographs that will be used for boundary conditions on Hec-RAS to define the depth and area of flood inundation in DAS Garang. This study aims to determine the amount of the Garang watershed discharge that is influenced by the changes in land use cover in the years 1990, 2000, 2010, 2020, and Urban Land Use Map of Semarang City 2010 - 2030. Furthermore, this study also can estimate the area affected and the depth of flooding that occurred during those four years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athena Hastomo
"Berbatasan langsung dengan laut, muara Cengkareng Drain merupakan sebuah lokasi yang kompleks dan rawan untuk mengalami 3 jenis banjir. Tiga jenis banjir ini yaitu banjir fluvial, banjir pluvial, dan banjir pesisir. Kondisi ekstrem seperti pasang dan tingginya curah hujan merupakan beberapa hal penting yang perlu  diperhatikan dalam upaya penanganan banjir di kawasan ini. Penelitian ini berfokus pada upaya penanganan struktural berupa tanggul sungai dalam upaya pengendalian banjir di kawasan muara akibat pasang atau backwater dan luapan sungai.
Penelitian ini menggunakan fitur yang terdapat di dalam HEC-RAS 6.1. untuk menghasilkan model hidrodinamika 1D dan 2D. Pemilihan kondisi batas berupa HWL (high water level) yang tercatat pada Stasiun Pasang Surut Sunda Kelapa, tinggi muka air aliran dasar Pintu Air Cengkareng Drain, dan debit banjir dengan beberapa kala ulang diharapkan dapat merepresentasikan kondisi ekstrem yang dapat terjadi pada muara Cengkareng Drain. Pendekatan 1D dan 2D memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai genangan pada kawasan urban.
Hasil menunjukkan bahwa genangan pada kawasan pesisir didominasi oleh aktivitas pasang. Terjadi peningkatan luas genangan sebesar lebih dari 8 km2 dengan hanya  aktivitas pasang. Meski begitu, debit banjir dengan beberapa kala ulang juga memberikan dampak meningkatnya luas genangan sebesar 0.3-0.5 km2. Sebagai upaya penanggulangan banjir pada lokasi studi, direkomendasikan tanggul dengan elevasi puncak +3.00 mdpl yang mampu menampung air sungai dari meluap akibat aktivitas pasang dan kenaikan debit.

Directly adjacent to the sea, the Cengkareng Drain estuary is a complex location and is prone to experience 3 types of flooding. The three types of floods are fluvial flood, pluvial flood, and coastal flood. Extreme conditions such as high tides and high precipitation are some of the important things that need to be considered for managing flood in this area. This study focuses on structural measures in the form of river embankments to manage flood in estuary area due to tides or backwater and river overflow.
This study uses the features contained in HEC-RAS 6.1. to generate 1D and 2D hydrodynamic models. The selection of boundary conditions in the form of HWL (high water level) recorded at the Sunda Kelapa Tidal Station, the baseflow water level on Cengkareng Drain Watergate, and flood discharge with several return period is expected to represent extreme conditions that may occur at the Cengkareng Drain estuary. 1D and 2D approaches provide a detailed representation of inundation in urban areas.
The results show that inundation in coastal areas is dominated by tidal activity. There was an increase in inundation area of 8 km2 with only tidal activity alone. Even so, the flood discharge with several return period also has the impact of increasing the inundation area by 0.3-0.5 km2. For the flood management at the study site, it is recommended to build a dike with a top elevation of +3.00 masl to accommodate river from overflowing due to tidal activity and increasing discharge.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Bari Lazuardi
"Sungai Ciliwung merupakan sungai yang membentang dari Kabupaten Bogor sebagai daerah hulu dan Kota Jakarta sebagai hilir sungai dengan panjang kurang lebih 117 km dengan luas daerah aliran sungai (DAS) sebesar 347 km2 . Air Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai pemasok air utama sebagai sumber air baku dan irigasi. Akan tetapi, DAS Ciliwung termasuk daerah aliran sungai yang kritis karena perubahan tata guna lahan yang semula daerah resapan air menjadi daerah permukiman. Alih fungsi lahan di DAS Ciliwung akan menurunkan fungsi hidrologis dan membuat timbulan sampah meningkat. Timbulan sampah tersebut jika tidak terkelola akan berpotensi masuk Sungai Ciliwung akibat adanya limpasan hujan yang tinggi. Air limpasan hujan yang tinggi akan membawa sampah yang tidak terkelola menuju sungai melalui saluran – saluran yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi timbulan sampah yang tidak terkelola di DAS Ciliwung bagian tengah dan mencari korelasi atau hubungan hujan yang diwakilkan debit terhadap potensi timbulan sampah di Sungai Ciliwung menggunakan metode regresi linear sederhana. Pada penelitian ini, dalam mencari hubungan tersebut ,dilakukan pengambilan sampel berat sampah dan tinggi muka air di Sungai Ciliwung. Dalam memperkuat hasil lapangan, melalui data sekunder, hubungan hujan-limpasan dimodelkan dengan permodelan hidrologi menggunakan WinTR-20 untuk mengulang kejadian hujan di hari penelitian di Sungai Ciliwung dan mengestimasi timbulan sampah tidak terkelola di DAS Ciliwung bagian tengah. Dari hasil pengolahan data lapangan dan data sekunder, akan dibuat persamaan regresi dan dianalisis hubungan antara debit dengan berat sampah. Berdasarkan analisis regresi dari hasil pengolahan data lapangan dan data sekunder, didapatkan nilai R2 berturut - turut adalah 0,0025 dan 0,049. Nilai tersebut menandakan bahwa pengaruh antara hujan yang diwakilkan debit dengan potensi timbulan sampah tidak terkelola di Sungai Ciliwung sangat kecil

The Ciliwung River is a river that stretches from Bogor Regency as the upstream area and Jakarta City as the downstream river with a length of approximately 117 km and a watershed area (DAS) of 347 km2 . The water of Ciliwung River is used by the surrounding community as the main water supplier as a source of raw water and irrigation. However, the Ciliwung watershed is a critical watershed due to changes in land use from a water catchment area to a residential area. Land conversion in the Ciliwung watershed will reduce the hydrological function and increase waste generation. If this waste is not well managed, it will potentially enter the Ciliwung River due to high runoff. High runoff will carry unmanaged waste to the river through existing channels. This study aims to analyze the potential for unmanaged waste generation in the middle part of the Ciliwung watershed and to find a correlation or relationship between rainfall represented by discharge and the waste generation potential in the Ciliwung River using a simple linear regression method. In this study, in order to find the relationship, samples were taken from the weight of the waste and the water level in the Ciliwung River. In strengthening the field results, through secondary data, the rainfall-runoff relationship was modeled using a hydrological model using WinTR-20 to repeat the rainfall events on the research day in the Ciliwung River and estimate the generation of unmanaged waste in the central Ciliwung watershed. From the results of processing field data and secondary data, a regression equation will be made between discharge and waste weight and it will be analyzed. Based on the regression analysis of the results of processing field data and secondary data, the R2 values obtained are 0.0025 and 0.049, respectively. This value indicates that the effect between rain represented by discharge and the waste generation potential in the Ciliwung River is very small."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Alih fungsi lahan memiliki kaitan yang erat dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Perubahan ini memiliki dampak positif dan tidak sedikit dampak negatifnya. Salah satu hal yang disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan adalah meningkatnya lahan kedap air dan berkurangnya baseflow. Perubahan fungsi lahan ini berujung kepada meningkatnya aliran permukaan dan bencana banjir. Melihat hal ini, dibutuhkan studi lebih lanjut mengenai hubungan perubahan fungsi lahan dan banjir yang terjadi pada suatu kawasan. Penelitian ini berfokus pada DAS Martapura yang merupakan bagian DAS Barito, salah satu DAS terbesar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan spasial terhadap hasil tangkapan Citra Landsat pada tahun 1990, 2000, 2010, dan 2020. Menggunakan fitur maximum likelihood classification, penelitian ini mendeteksi tutupan lahan pada setiap data Citra Landsat yang digunakan. Penelitian ini juga menggunakan bantuan HEC-HMS dalam menghasilkan hidrograf banjir untuk setiap sub-DAS, reach, dan junction. Data ini yang bervariasi menurut tutupan lahan setiap tahunnya dan menjadi input ke dalam HEC-RAS. Penelitian ini menggunakan fitur analisis hidrolika HEC-RAS 2D untuk menghasilkan peta genangan. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, perubahan tutupan lahan menjadi kedap air semakin meningkat. Hal ini juga meningkatkan limpasan permukaan dan puncak debit banjir yang terlihat pada hasil hidrograf. Menurut analisis genangan banjir yang terjadi, didapatkan peningkatan luas genangan banjir seiring bertambahnya tahun Sebagai upaya pengendalian banjir di lokasi ini, diperlukan perencanaan tata ruang dan penataan kawasan dengan lebih baik. Hal ini perlu dilakukan untuk mengendalikan laju perubahan tutupan lahan dan mengendalikan dampak bencana banjir.

Land conversion has a very close relation with population and economic growth. This change has had both positive and negative impacts. One of the things caused by land use change is the increase in impermeable land and reduced baseflow. This land use change leads to an increase in surface runoff and flooding. In regards to this problem, further studies are needed to determine the relation between land use change and flooding that occur in an area. This study focuses on the Martapura Watershed which is a part of the Barito Watershed, one of the largest watershed in Indonesia. This study uses a spatial approach to Landsat Image capture in 1990, 2000, 2010 and 2020. Using the maximum likelihood classification feature, this study detects land cover in each Landsat Image data used. This study also uses HEC-HMS assistance in generating flood hydrographs for each sub-watershed, reach, and junction. This data, which varies by land cover each year, is the input to the HEC-RAS. This study uses the HEC-RAS 2D hydraulics analysis feature to generate inundation maps. Based on the simulations that have been carried out, land cover changes to a more impermeable cover are increasing. This also increase surface runoff and peak flood discharge as seen in the hydrograph results. According to the analysis of the flood inundation that occurred, it was found that there was an increase in the area of ​​​​the flood inundation in every year modelled. As an effort to control flooding in this location, better spatial planning and regional arrangement are needed. This needs to be done in order to control the rate of land cover change and the impact of floods."
[Depok;;, ]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;;, ], 2022
S-pdf;S-pdf;S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>