Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chriswardani Suryawati
"ABSTRAK
Angka kesakitan balita masih cukup tinggi di Kotip Depok, begitu juga perkiraan angka kematian bayi karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Balita yang sakit perlu diobati dan yang sehat perlu diimunisasi.Untuk itu perlu upaya memanfaatkan pelayanan kesehatan. Cakupan imunisasi di Kotip Depok sudah melampaui target program, sedangkan sarana pelayanan kesehatan tersedia secara merata dan bervariasi. Banyak faktor penyebab pemanfaatkan pelayanan kesehatan, tetapi pemanfaatan pelayanan imunisasi dan pengobatan balita di Kotip Depok belum diketahui. Apakah pelayanan kesehatan yang ada terjangkau dari segi harga pelayanan, kemampuan membeli, sumber pembiayaan, jarak dan waktu pelayanan. Masalah tersebut dicoba dijawab dengan memanfaatkan teori demand pelayanan kesehatan.
Untuk itu dilakukan survei dan data diambil secara cross sectional terhadap 560 keluarga di Kelurahan Depok dan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas. Kerangka konsep penelitian diadaptasi dari model Andersen {1975). Ada dua variabel terikat yang dilihat secara tersendiri dan tak diperbandingkan, yaitu: imunisasi bayi dan pengobatan balita. Variabel babas yaitu: needs/ kebutuhan, pengeluaran rumah tangga, biaya pengobatan atauimunisasi, biaya transportasi, pemafaatan asuransi kesehatan (PHB, JPKTK, klaim perusahaan, dana sehat, askes swasta murni), time cost dan pendidikan. Demand imunisasi meliputi sarana puskesmas, posyandu, dokter/paramedis praktek dan OPD Rumah Sakit/ Poliklinik untuk jenis imunisasi BCG, DPT1-3 dan Poliol-3. Imunisasi Campak tidak diteliti. Untuk pengobatan balita melihat pola demand pada sarana pelayanan Paramedis praktek, dokter praktek, Puskesmas, dan berobat sendiri/ beli obat.
Pada imunisasi BCG terjadi elastisitas harga silang antara Puskesmas - Posyandu (inelastic) dan antara Puskesmas - Dokter/ Paramedis praktek (elastic). Variabel needs dan pengeluaran keluarga hanya bermakna pada imunisasi BCG. Time cost berpengaruh dallam imunisasi DPT1, DPT2, DPT3, Poliol, Polio2 dan Polio3 (in-elastic). Biaya imunisasi bersifat inelastic terhadap demand imunisasi DPT1 dan DPT2 di posyandu.
Hasil demand pengobatan balita menunjukkan variabel needs berpengaruh terhadap demand di paramedis praktek, puskesmas dan berobat sendiri/ beli obat. Biaya pengobatan berpengaruh terhadap demand puskesmas dan dokter praktek. Biaya transpor berpengaruh pada demand di puskesmas dan berobat sendiri/ beli obat. Time cost berpengaruh pada demand pengobatan di Puskesmas.
Untuk intervensi program imunisasi perlu diperhatikan: a.sarana swasta : needs, biaya imunisasi sarana lain yang substitutif serta kemampuan membayar ,b.untuk posyandu: biaya imunisasi dan time cost. Sebagai public goods, peningkatan biaya imunisasi di Puskesmas dan Posyandu sulit dilakukan, tetapi peningkatan kualitas, pelayanan (efektivitas vaksin dan alat suntik yang disposable) tetap harus terus diupayakan.
Untuk upaya pengobatan, intervensi program dilakukan dengan memperhatikan:
a. sarana swasta: variabel needs dan biaya pengobatan,
b. sarana puskesmas: variabel needs, biaya pengobatan, biaya tranpor serta time cost. Sebagai private goods,biaya pengobatan masih dapat ditingkatkan dengan 'mempertimbangkan aspek tehnis medis, kemampuan membayar, kualitas pelayanan dan ketersediaan sarana pelayanan yang dapat bersubstitusi.Dalam kondisi tertentu,subsidi untuk private goods ini kurang tepat.
Perlu dirumuskan konsep kebutuhan upaya preventif. Penelitian yang perlu dilanjutkan yaitu: faktor yang mempengaruhi keluarga mensubstitusi pelayanan imunisasi, needs imunisasi , pemanfaatan asuransi kesehatan, serta WTP untuk upaya kuratif dan preventif."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ridwan M.O.
"Pemerataan pelayanan kesehatan di tanah air dewasa ini merupakan masalah pokok yang masih dihadapi sektor kesehatan. Aksesibilitas masyarakat masih rendah. Pada penelitian ini dipelajari pola pemanfaatan pelayanan kuratif modern pada balita dan faktor apa yang mempengaruhinya serta sejauh mana fasilitas kesehatan modern telah dimanfaatkan secara merata.
Penelitian ini dibatasi pada pemanfaatan pelayanan kuratif modern, balita yang sakit dan di daerah pedesaan Sumatera dengan dasar atau alasan: (l) sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan, (2) balita adalah rawan terhadap kesakitan dan kematian dibandingkan golongan usia lainnya, (3) jumlah penduduk terbesar berada di pedesaan (70 %) dengan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan masih rendah dibandingkan di perkotaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder Susenas 1992 yang telah dikumpulkan secara cross sectional Data kesakitan dikumpulkan secara retrospektif 1 bulan sebelum survei. Unit analisis adalah individu balita dan ciri-ciri kepala keluarganya, dengan besar sampel 1029 responden di 8 propinsi Sumatera. Metode analisis adalah secara univariat melihat distribusi frekuensi, bivariat dengan uji statistik Chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistik. Variabel bebas yang diteliti adalah tingkat pendidikan kepala keluarga, asal keluarga, pemanfaatan media informasi oleh kepala keluarga, pekerjaan kepala keluarga, penghasilan, jarak dan lama sakit.
Hasil penelitian menunjukkan 3 variabel yang terbukti berpengaruh pada pemilihan pemanfaatan pelayanan kuratif modern pada balita di pedesaan Sumatera yaitu variabel media informasi, jarak dan lama sakit. Dapat dikatakan dengan mengendalikan variabel lain bahwa: (1) makin baik tingkat pemanfaatan media informasi oleh kepala keluarga maka kecenderungan memilih pemanfaatan pelayanan kuratif modern untuk balitanya makin tinggi; 2) makin jauh jarak ke tempat fasilitas kesehatan terdekat maka kecenderungan memilih pelayanan kuratif modern untuk balitanya makin kecil; 3), makin lama sakit (makin rendah status kesehatan) balita, maka kecenderungan memilih pelayanan kuratif modern makin tinggi, meskipun tidak konsisten.
Dari penelitian ini juga dilaporkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal pemilihan pemanfaatan pelayanan kuratif modern pada balita menurut tingkat kemampuan ekonomi keluarga dan ini dapat merupakan petunjuk adanya pemerataan. Hal ini dapat disebabkan daya beli masyarakat telah meningkat, tarif pelayanan di fasilitas kesehatan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat atau kesadaran masyarakat akan kebutuhan pengobatan telah meningkat. Disarankan agar para perencana dan pengelola program lebih memperhatikan mereka yang tingkat pemanfaatan media informasi yang masih kurang, terpencil dari fasilitas kesehatan dan status kesehatan masyarakatnya yang relatif rendah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library