Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melati Laksmindra Isnandari
"ABSTRAK
This study examines the capability of stock from various industries to act as an inflation-hedge instrument, specifically in eight emerging-market Asian countries. By using monthly data for the period from 2001 to 2014, this study focuses on the relation between stock returns and inflation. The results of this study indicate that stocks from some non-cyclical industries have the capability to act as inflation-hedge instruments. Stocks that have the capability to inflation-hedge are come from industries with the natural characteristic of being a defensive industry."
Depok: FEUI - Management Research Center (MRC), 2017
330 ICMR 9:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ony Humarseno
"This study analyzes the correlation between business diversification and performances in Indonesian listed companies from 2006-2011. In addition to observing business diversification impact on company?s performance in term of Return on Assets (ROA) and Tobin?s Q, this research also observes the business diversification impact on the performances of different companies at different level.
The result of this research indicates that diversification gives negative effect to ROA and Tobin?s Q, while for higher level of diversification, the effect on Tobin?s Q is relatively high. The negative effect of diversification on ROA is higher in the group of companies with higher ROA. The different results show that when using Tobin?s Q as a measure of companies? performances, diversification gives negative impact to companies? performance in the intermediate level."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Kesuma
"Disertasi ini menginvestigasi apakah investor individual sadar akan adanya stock split dan apakah rasio split yang lebih tinggi (sinyal informasi privat yang lebih kuat) menurunkan tingkat disposition effect. Penelitian ini menggunakan data kejadian stock split dan data transaksi investor di Bursa Efek Indonesia dari Januari 2004 hingga Desember 2017. Kami mengukur kesadaran investor individual menggunakan seberapa banyak transaksi diinisiasi oleh pembeli. Untuk menguji pengaruh sinyal stock split terhadap disposition effect, kami melakukan regresi atas tingkat imbal hasil masa lalu terhadap seberapa banyak transaksi diinisiasi oleh penjual. Kami menemukan bahwa investor individual sadar akan adanya stock split, terlebih saat rasio split-nya tinggi. Selain itu, stock split menurunkan tingkat disposition effect. Semakin tinggi rasio split, maka tingkat disposition effect akan semakin lemah.

This dissertation investigates whether individual investors are attentive to stock splits and whether higher split ratios (stronger private information signals) reduce the disposition effect. This study employs stock split events and transaction data in the Indonesia Stock Exchange (IDX) from January 2004 to December 2017. We measure individual investors’ attention using buy-initiated trades. To test the effect of split signal on disposition effect, we regress individual investors’ sell-initiated trades on past stock returns. We find that individual investors are attentive to stock splits, especially when stock split ratios are high. In turn, stock splits tend to weaken the disposition effect. The higher the stock split ratios, the weaker the disposition effect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaerani Nisa
"Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kompetisi, produk simpanan sukarela sebagai variabel pemoderasi, dan kemajuan sektor perbankan terhadap jangkauan dan kebertahanan MFI. Studi menggunakan data yang berasal dari 39 negara dan 609 MFI, dengan rentang waktu antara tahun 2004 hingga tahun 2018. Pengukuran kompetisi pada studi ini menggunakan Boone Indicator. Penelitian menggunakan Model Random Effect dan untuk mengatasi endogenitas studi ini juga menerapkan metode GMM two step system. Hasil penelitian menunjukkan produk simpanan sukarela dapat memoderasi pengaruh kompetisi terhadap jangkauan. Sedangkan pada pengujian terhadap pengaruh kemajuan sektor perbankan, kemajuan sektor perbankan berpengaruh positif terhadap kemampuan MFI untuk bertahan tanpa mengandalkan subsidi. Implikasi dari penelitian ini adalah mendorong MFI untuk memiliki simpanan sukarela ataupun menggalakkan penawaran simpanan sukarela supaya menjangkau lebih banyak masyarakat miskin. Sementara terkait dengan sektor perbankan, MFI dan perbankan dapat menjalin hubungan kerja sama yang lebih erat misalnya melalui penyaluran pembiayaan dengan skema beragam. Di sisi lain, regulator menciptakan lingkungan kerja sama yang baik bagi keduanya.

This study investigates the effect of competition, voluntary savings as moderating variables, and the banking sector development on the outreach and sustainability of MFIs. The study uses data from 39 countries and 609 MFIs, spanning from 2004 to 2018. This study uses Boone Indicator to measure competition. This research uses the Random Effects Model, and to overcome endogeneity, this study also applies the GMM two-step system method. The results show that voluntary savings products can moderate the effect of competition on outreach. Meanwhile, banking sector development has a positive effect on MFIs’ sustainability related to their ability to survive without relying on subsidies. The implication of this research is to encourage MFIs to have voluntary savings or to promote voluntary savings offerings to reach impoverished communities. MFIs and banks can build closer relationships, for example, through financing products under various schemes. On the other hand, the regulator may create a good working environment for both."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Silvia
"Equity-based financing berdasarkan risk-sharing yang merupakan instrumen utama pembeda bank syariah dengan bank konvensional telah diabaikan aplikasinya karena dominasi debt-based financing. Studi ini menginvestigasi pengaruh formal institution dan national culture terhadap proporsi equity-based financing lintas negara. Sampel yang digunakan adalah 60 bank syariah komersial dari 10 negara yang berada di kawasan Timur Tengah, Asia Selatan dan juga Asia Tenggara dari tahun 2011-2019. Dengan menggunakan regresi panel random effect Generalized Least Square dan Generalized Method of Moment sebagai robustness check, penelitian ini secara konsisten menemukan pengaruh positif dan signifikan formal institution terhadap proporsi equity-based financing. Temuan ini mengindikasikan bahwa kualitas formal institution yang baik memainkan peran penting dalam mendorong equity-based financing. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa national culture memiliki peran penting bahkan menjadi kunci determinan dari equity-based financing. Power distance memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan nilai budaya lainnya, mengindikasikan bahwa social trust sangat mempengaruhi keputusan bank syariah untuk menyalurkan pembiayaan jenis ini. Hubungan antara formal institution dan equity-based financing menjadi melemah pada negara dengan nilai budaya yang lebih individualistis (kurang kolektivis) dan lebih uncertainty avoidance. Penelitian ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas formal institution dan mempertimbangkan budaya ketika merumuskan kebijakan untuk meningkatkan pembiayaan equity-based financing yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Equity-based financing based on risk-sharing, which is the main instrument that differentiates Islamic banks from conventional banks, has been neglected in its application because of the dominance of debt-based financing. This study investigates the effects of formal institutions and national culture on equity-based financing across different countries. The sample is taken from 60 Islamic banks from 10 Middle East, South Asia, and Southeast Asia countries between 2011 and 2019. Using generalized least squares (GLS) regression and two-way system Generalized Method of Moment (GMM) as a robustness check, this study consistently finds a positive and significant effect of formal institutions on equity-based financing. This finding indicates that the good quality of formal institutions plays an important role in promoting equity-based financing. In addition, this study finds that culture is important and even a key determinant of equity-based financing. Power distance has a more powerful impact than other cultural values, indicating that social trust greatly influences Islamic bankers' decisions to channel this particular financing. The link between formal institutions and equity-based financing is weaker in countries with cultural values that are more individualistic (less collectivist) and more uncertainty-avoidant. These findings suggest the necessity of enhancing the quality of formal institutions and considering culture when formulating policies to increase financing in accordance with the principles of Islam."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haru Koesmahargyo
"Studi ini mengeksplorasi faktor apa yang membentuk kelincahan (agility) organisasi dan individu untuk mencapai kinerja. Para penulis berasumsi bahwa kejelasan arah strategis (faktor internal) dan persaingan (faktor eksternal) membentuk kelincahan dan kinerja. Konteks penelitian ini melibatkan petugas bank sebagai boundary spanners yang menangani bisnis agen bank dalam program inklusi keuangan di Indonesia. Agen bank adalah salah satu pelaku penting untuk mencapai inklusi keuangan. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa kejelasan arah strategis oleh para pucuk pimpinan di kantor pusat berdampak positif pada pembelajaran organisasi cabang, dan pembelajaran organisasi cabang berdampak positif pada kelincahan organisasi. Kelincahan organisasi kemudian berdampak positif pada kelincahan perentang batas (boundary spanners), yang selanjutnya berdampak pada kinerja. Hal ini menyoroti pentingnya arah strategis yang jelas dalam memfasilitasi budaya belajar di lingkungan cabang atau kelompok, menerapkan budaya berbagi pengetahuan, dan meningkatkan keterbukaan pikiran di antara karyawan. Temuan ini juga menggarisbawahi pentingnya kejelasan strategis dalam memungkinkan cabang untuk menavigasi dinamika pasar dan mempertahankan kelincahan meskipun ada tekanan persaingan. Persaingan, bagaimanapun, tidak berkontribusi positif secara signifikan pada pembelajaran dan kelincahan organisasi. Meskipun persaingan, secara umum, mempengaruhi pembelajaran (atau inovasi) organisasi dan kelincahan, penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam bisnis agen bank, persepsi terhadap persaingan dan pentingnya melakukan inovasi lebih menentukan daripada persaingan pasar itu sendiri. Temuan ini juga menunjukkan bahwa tingkat persaingan dalam suatu industri tidak secara otomatis meningkatkan pembelajaran organisasi dan menantang gagasan bahwa persaingan adalah cara langsung menuju perbaikan. Dari perspektif manajerial, organisasi harus mengadopsi pendekatan yang lebih bernuansa untuk belajar di industri yang kompetitif dan sekaligus teregulasi secara ketat; mengakui bahwa kehadiran persaingan bukanlah katalis inti untuk belajar. Sebaliknya, organisasi harus menetapkan strategi pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi unik di lapangan dan menyadari bahwa persaingan mungkin tidak selalu konstruktif. Organisasi harus mendiversifikasi sumber pembelajaran mereka selain dari faktor persaingan, seperti melalui kolaborasi dan inovasi teknologi. Di sektor-sektor seperti perbankan, di mana persaingan, ide-ide baru, dan pembelajaran saling terkait, organisasi harus fleksibel dalam metodologi pembelajaran, menyesuaikannya sesuai dengan intensitas persaingan. Dengan memperhatikan faktor-faktor spesifik yang memediasi hubungan antara persaingan dan pembelajaran, organisasi dapat mengembangkan rencana pembelajaran yang paling efektif untuk masing-masing lini bisnis, memanfaatkan ide dan temuan mereka untuk beradaptasi dan berkembang. Menumbuhkan pola pikir kompetitif tetap penting karena memperkuat kapasitas organisasi untuk mengenali dan menanggapi dinamika pasar.

This study explores what factors shape organizational and individual agility to achieve performance. The authors assumed that clarity of strategic direction (internal factor) and competition (external factor) shape agility and further performance. This study's context involves bank officers as boundary spanners who handle agent banking business in the financial inclusion program in Indonesia. Agent banking is a crucial means of reaching financial inclusion. The findings of this study confirm that the head office's clarity of strategic direction positively impacts branch organizational learning, and branch organizational learning positively impacts organizational agility. Organizational agility subsequently positively impacts boundary-spanners agility, further impacting performance. This highlights the importance of clear strategic direction in facilitating a learning culture within branches, promoting knowledge sharing, and enhancing open-mindedness among employees. This finding also underscores the importance of strategic clarity in enabling branches to navigate market dynamics and maintain agility despite competitive pressures. Competition, however, does not contribute positively to organizational learning and agility. Although competition, in general, positively affects organizational learning (or innovation) and agility, this study suggests that, in the agent banking business, the perception of competition and the need for innovation is more crucial than the market competition itself. The findings also suggest that the degree of competition in an industry does not automatically enhance organizational learning and challenges the notion that competition is a straightforward path to improvement. From a managerial perspective, organizations should adopt a more nuanced approach to learning in competitive industries, recognizing that the mere presence of competition is not a definitive catalyst for learning. Instead, organizations should tailor their learning strategies to their unique circumstances, acknowledging that competition may not always be constructive. Organizations must diversify their learning sources beyond competition, such as through collaboration and technological innovation. In sectors like banking, where competition, new ideas, and learning are intertwined, organizations must be flexible in their learning methodologies, adapting them according to the intensity of competition. By examining the specific factors that mediate the relationship between competition and learning, organizations can develop tailored learning plans that are most effective for their context, leveraging their findings to adapt and thrive. However, cultivating a competitive mindset remains important as it strengthens the organization's capacity to recognize and respond to market dynamics."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Kartika Dewi Djunaedi
"Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk menguji apakah perusahaan keluarga membuka atau menyembunyikan firm specific information melalui hak arus kas, ekses hak pemungutan suara, dan keterlibatan keluarga di manajemen yang dapat meningkatkan dan menurunkan firm stock price informativeness. Studi ini juga menguji second large shareholder(MLS), tingkat komisaris independent menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan presiden komisaris keluarga yang dapat meningkatkan dan menurunkan firm stock price informativeness. Terakhir, studi ini mengusulkan peran presiden direktur yang bukan berasal dari keluarga sebagai alternatif mekanisme kontrol dalam mengadapi permasalahan agensi di manajemen keluarga untuk meningkatkan firm stock price informativeness.
Dengan menggunakan 360 unbalance data panel pada perusahaan keluarga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011-2017, studi ini tidak dapat membuktikan adanya permasalahan agensi dalam meningkatkan dan menurunkan firm stock price informativeness. Pada mekanisme kontrol internal, studi ini tidak dapat membuktikan peran dari second large shareholder (MLS), tingkat independen komisaris dalam memonitoring perusahaan keluarga. Studi ini juga tidak dapat membuktikan presiden komisaris keluarga membantu manajemen keluarga menyembunyikan firm specific information. Namun, studi ini memberikan bukti bahwa firm stock price informativeness meningkat ketika perusahaan keluarga dipimpin olen presiden direktur yang bukan berasal dari keluarga.
Hasil uji pada konteks Indonesia menyarankan bahwa perusahaan keluarga dengan struktur piramida tidak dapat diatribusi expropriasi terhadap minoritas. Kemudian menempatkan anggota keluarga dalam manajemen berdasarkan nepotisme dan alturisme mungkin tidak menyebabkan penyingkapan firm specific information yang rendah. Studi ini tidak dapat membuktikan internal corporate governance dalam memitigasi permasalahan agensi pada perusahaan keluarga, maka disarankan untuk pembuat kebijakan dan regulator untuk meninjau kembali kebijakan corporate governance pada konteks perusahaan keluarga.

The purpose of this study is to investigate whether family firms to disclose or hide their firm stock price informativeness through cash flow rights, excess voting rights, and their involvement in management. Further, this study also examines second large shareholders (MLS), the independent commissioner level based on the Financial Services Authority Act, family president commissioner, and non-family president director in influences the firm stock price informativeness.
The sample has reached 360 observations of public listed family firms in the Indonesian Stock Exchange. The period of observation ranged from 2011 to 2017. Panel firm-level regression analysis, including fixed and time effect with clustered standard errors, is used to estimate the relationship between family ownership, management, and internal corporate governance mechanism on synchronicity.
This study could not find evidence of the family firm increasing or decreasing the firm stock price informativeness through cash flow rights, excess control rights. This study does not support the family management hypothesis. On the internal corporate governance mechanism, this study fails to find the role of second large shareholders (MLS), the independent commissioners' level, in monitoring the family firms' agency problems. Further, this study could not evidence that the family president commissioner helps the family conceal the firm stock price informativeness. However, this study provides evidence that stock price informativeness increases under non-family president directors.
Empirical tests using the Indonesian setting suggest that family firms with pyramid structures cannot be attributed to the expropriation of the minority. Further placing a family member in the management based on nepotism and altruism might not lead to lower firm-specific information disclosure. As this study could not evidence the internal corporate governance in mitigating the family firm agency problems, policymakers and regulators should revisit their corporate governance policy under the family firms context.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library