Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zurjawan Isvandiar Zoebir
"Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seringkali partisipasi masyarakat dalam pembangunan hanya dipandang sebagai suatu pendekatan (approach) dan bukan sebagai tujuan (objective) (Rifkin,1988).
Sebagai pendekatan maka partisipasi masyarakat hanya dijadikan sarana untuk mencapai tujuan tertentu (as a means), bukan studi mengenai bagaimana menganalisis partisipasi masyarakat itu sendiri, yaitu dengan cara melihat atau menelaah partisipasi masyarakat sebagai tujuannya sendiri (as an end in it self). Akibatnya studi-studi yang dilakukan acapkali berputar-putar disekitar bagaimana menumbuhkan dan melaksanakan partisipasi.
Indikator yang digunakan dalam telaah partisipasi masyarakat pun seringkali hanya mampu menterjemahkan partisipasi masyarakat sebagai wujud pemberian kontribusi tenaga dan finansial masyarakat dalam program pembangunan, sehingga pada akhirnya keterlibatan masyarakat dianggap terbatas hanya pada tahap implementasi pelaksanaan program saja.
Dari hasil penelitian ini diupayakan dibangun suatu persamaan persepsi mengenai arti partisipasi masyarakat dalam wujudnya yang lebih dalam, sehingga pada akhirnya dapat diususun indikator-indikator yang relatif ideal yang dapat dipergunakan sebagai sarana pemantauan dan penilaian perkembangan partisipasi masyarakat dalam program posyandu.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indikator partisipasi masyarakat pada program posyandu secara menyeluruh. Secara konseptual program posyandu mempergunakan pendekatan partisipasi masyarakat, berbagai kelompok dalam masyarakat ikut terlibat. Program posyandu relatif telah lama dilaksanakan, sehingga besar kemungkinan seluruh komponen partisipasi masyarakat akan teridentifikasi.
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian dengan pendekatan cross-sectional, yaitu dilakukan melalui tahapan eksploratif, yang bertujuan mengidentifikasi indikator partisipasi masyarakat pada program posyandu, yang mencakup dua kegiatan utama, yaitu :
a. telaah dokumen dan kepustakaan, untuk mendapatkan gambaran mengenai program kesehatan dan menentukan variabel-variabel tentatif yang dapat dipakai sebagai indikator dari partisipasi masyarakat; dan
b. studi di lapangan, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan apakah indikator tentatif telaah kepustakaan tersebut memang terdapat dalam kegiatan program kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Bila kegiatan tersebut dilakukan, dalam bentuk apakah wujud kegiatan tersebut. Dari melihat wujud kegiatan, kemudian dapat ditentukan karakteristik dan dimensi tiap indikator.
Arnstein (1969) mengatakan bahwa adanya partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan.
Uphoff dan Cohen mengemukakan bahwa adanya partisipasi masyarakat ditunjukkan oleh adanya keterlibatan masyarakat setempat termasuk tokoh masyarakatnya pada setiap tahap kegiatan pembangunan kesehatan dalam hal : (1) Proses pengambilan keputusan; (2) Proses pelaksanaan program yang dapat berupa kontribusi sumber daya (resources) dalam wujud tenaga, finansial, serta kegiatan administratif; dan (3) proses pemanfaatan hasil program.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga kelompok anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan posyandu, yaitu (1) kelompok tokoh masyarakat, sebagai pemimpin dan pembina semua kegiatan pembangunan di wilayahnya, (2) kelompok leader, sebagai pelaksana kegiatan, dan (3) kelompok balita, ibu hamil dan ibu dalam periode menyusui sebagai pemanfaat pelayanan posyandu.
Didapatkan lima indikator yang merupakan komponen partisipasi masyarakat sebagai hasil analisis peran ketiga kelompok tersebut pada program posyandu, yaitu: (1) indikator pengelolaan, yang menilai partisipasi masyarakat pada aspek proses pengambilan keputusan, pembinaan, dan pengorganisasian, (2) indikator administrasi, yang menilai aspek pencatatan dan pelaporan, (3) indikator kontribusi, yang menilai besar kontribusi anggota masyarakat baik kontribusi tenaga, finansial, material dan saran, (4) indikator pemanfaatan, yang menilai tingkat pemanfaatan posyandu oleh kelompok sasaran, dan (5) indikator pendukung kegiatan, yang menilai berbagai kegiatan sebagai pendukung kegiatan yang mengarah pada perkembangan posyandu.
Dari semua uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat merupakan suatu hal yang sangat kompleks, dan untuk melakukan analisis terhadap partisipasi masyarakat tidak cukup hanya dengan melihat ada atau tidak adanya partisipasi tersebut tetapi perlu pula melihat derajat kepartisipasian masyarakat atau kelompok individu atau tiap individu di dalam masyarakat tersebut. Permasalahan partisipasi masyarakat akhirnya bukan hanya pada pentingnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan, tetapi juga pada 'telaah partisipasi' itu melalui pembuatan 'construct' partisipasi. Dengan kesamaan persepsi mengenai partisipasi, akan dapat ditelaah indikator yang dapat dipakai sebagai sarana pemantauan dan penilaian perkembangan partisipasi masyarakat dalam berbagai program kesehatan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muslih
"Pelaksanaan program transmigrasi sebagai strategi pemberdayaan masyarakat miskin yang tidak memiliki lahan dan keswadayaan masyarakat sebagai dampak dari program transmigrasi di Unit Pemukiman Transmigrasi Sungai Bahar Kabupaten Muara Jambi secara umum berada diatas rata-rata dari desa lainya yang ada di wilayah ini baik untuk kategori desa tradisional maupun desa sejenis (desa transmigrasi), namun hal ini tidak merata terjadi pada masing-masing unit di Pemukiman Transmigrasi Sungai Bahar ini, dimana masih di temukan Unit Pemukiman yang memiliki perkembangan yang sangat lamban dari unit lainnya meskipun fasilitas yang diberikan adalah dengan pet-khan yang sama. Perkembangan yang terjadi pada unit-unit ini setidaknya juga berpengaruh pada pelaksanaan dan wujud keswadayaan yang di hasilkan oleh masyarakat di Unit/desa yang ada di kawasan pemukiman ini.
Untuk memahami dan menjawab perbedaan yang terjadi, mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi, melihat perubahan sosial ekonomi sebagai dampak dari program tersebut serta penemuan model keswadayaan yang berlaku di kawasan pemukiman lid, dilakukan suatu kajian mengenai teori dan konsep keswadayaan yang dibangun oleh para ahlinya seperti, David Caftan, David Morris, covey, Soedjatmoko, Dawan Rahardjo, Soetjipto Wiryosarjono dan Bambang Ismawan. Dengan memperhatikan fenomena yang terjadi dilapangan dilakukan pengelompokkan terhadap konsep dan teori keswadayaan tersebut menjadi keswadayaan internal, keswadayaan internal kolektif dan keswadayaan eksternal.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan wujud keswadayaan yang terjadi dapat diketahui dengan menelusuri kembali proses pemberdayaan yang dialami oleh masyarakat, pengalaman dan upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan peluang-peluang dan kesempatan yang diberikan melalui program ini serta motivasi untuk mengubah tingkat kehidupan berdasarkan motif keikutsertaan mereka. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai keswadayaan masyarakat desa rnaka dilakukan wawancara mendalam tak terstuktur kepada informan yang dianggap relevan, dan pengamatan tak terlibat kepada institusi kelembagaan yang ada sebagai upaya pengumpulan data primer. Sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan. Untuk melihat perbedaan tingkat keswadayaan di unit pemukiman ini maka di lakukan komparasi terhadap desa yang merniliki tingkat keswadayaan tinggi (Desa Suka Makmur) dan keswadayaan rendah (Desa Jenang) yang di tetapkan secara purporsive berdasarkan identifikasi perkembangan sarana dan prasanan secara fisik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan program transmigrasi belum secara optimal memberikan dampak pada proses pemberdayaan masyarakat, hal ini terlihat dari pola hubungan yang masih bersifat patron client pada hubungan dan plasma dan berlakunya monopoli kapitalistik pada hubungan tersebut. Disamping itu pengembangan wilayah yang seharusnya di dukung oleh pengembangan terhadap fasilitas penunjang, tidak dilakukan pada unit-unit di kawasan ini. Ketiadaan dukungan ini disebabkan oleh tidak kontinyunya proses monitoring dan evaluasi program dan lepasnya peran leading sector (c.q.pihak transmigrasi), dan ketiadaan lembaga independent yang berperan sebagai perekat antara Tim TP3D dengan pihak perkebunan sebagai pemodal sehingga menghilangkan posisi tawar-menawar bagi petani plasma. Pelaksanaan program hanya mengejar target semata sehingga peserta yang diikutsertakan tidak terseleksi sesuai dengan tujuan program, pembinaan yang dilakukan menjadi tidak optimal karena adanya penduduk yang tidak menetap dan tidak terpenuhinya persyaratan tugas dan unsur pembina yang terjadi di Desa Jenang.
Temuan lainnya memperlihatkan bahwa keswadayaan masyarakat desa di pemukiman transmigrasi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : Motivasi untuk mengubah hidup, Stabilitas dan manajemen kepemimpinan Kepala Desa, berfungsi tidaknya Lembaga Ekonomi Desa dan aktifitas Kelompok Tani. Interaksi sosial antara masyarakat didalam Kelompok Tani di kedua desa ini di pengaruhi oleh aktifitas mereka dan keterlibatan dari masing-masing kelompok serta lestari tidaknya ikatan awal proses penempatan mereka. Namun secara lebih luas interaksi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro sepeni adanya dukungan dari kestabilan pemerintahan desa dan dukungan otoritas desa, perkembangan KUD dan peran lembaga sosial. Dari tingkat pendapatan jika dibandingkan sebelum mereka mengikuti program ini, dari beberapa informan, terjadi peningkatan pendapatan. Kondisi ekonomi keluarga peserta dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketrampilan yang dimiliki, jiwa kewiraswastaan, biaya pemeliharaan kebun, biaya sekolah anak pada level SLTA dan bantuan buat keluarga dekat. Semakin dominan biaya yang di keluarkan tanpa diikuti dengan ketrampilan dan jiwa kewiraswastaan maka semakin kurang baik kondisi ekonomi keluarga mereka. Perubahan lingkungan pemukiman penduduk yang juga merupakan wujud keswadayaan internal terlihat dari perubahan rumah standar menjadi permanen yang hanya II, 75% terjadi di Desa Jenang dan 85 % di Desa Suka Makmur. Model faktor internal dari temuan penelitian ini adalah merupakan motivasi yang didasarkan pada motif keikusertaan yang diiringi oleh motivasi untuk mengubah hidup, kemampuan adaptasi dan kesadaran untuk mengembangkan fasilitas yang diberikan. Model faktor internal kolektif dari temuan penelitian ini adalah merupakan hubungan antara kelompok tani sebagai wadah keswadayan di tingkat mikro dan KUD sebagai wadah keswadayan di tingkat makro sedang model faktor eksternal merupakan hubungan antara unsur internal kolektif dengan pihak outsider (PTP dan Bank).
Rekomendasi terhadap hasil temuan penelitian ini dalam rangka pengaplikasian perencanaan strategis pada desa transmigrasi yang berbasis keswadayaan disarankan dengan mengupayakan : lebih menekankan kepada pendekatan swadaya internal, internal kolektif dan eksternal, melakukan indentifikasi hasil studi kelayakan berdasarkan target calon transmigran dan lokasi transmigrasi, indentifikasi isu-isu prioritas kebutuhan masyarakat setempat, menetapkan misi program dengan cara menentukan transmigrasi yang akan dilayani dan mekanisme pelaksanaannya secara mikro dan makro, menetapkan visi program dengan cara menentukan situasi ideal program transmigrasi yang ingin dicapai berdasarkan nilai yang berlaku, menetapkan tujuan program dengan memperhatikan gambaran program yang ingin dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk mempercepat terwujudnya pusat pertumbuhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bebi Risetiawulan Sutomo
"Masyarakat merupakan basic consumer dari desain tarif jenis angkutan umum perkotaan. Oleh karena itu persepsi masyarakat terhadap desain tarif jenis angkutan umum perkotaaan merupakan informasi penting bagi para policy makers, transport planners atau pihak-pihak yang terlibat di dalam mendesain tarif pasar. Seringkali persepsi tersebut tidak diperhitungkan oleh mereka. Akibatnya tarif yang diberlakukan tidak mencerminkan situasi pasar yang berlaku pada masyarakat perkotaan. Indikasi tersebut menunjukkan pemerintah gagal dalam menciptakan tarif ideal jenis angkutan umum perkotaan. Sejauh ini kualitas studi atau laporan yang berkaitan dengan desain tarif moda angkutan umum perkotaan relatif lemah, karena belum dapat memetakan bagaimana cara mendesain tarif jenis angkutan umum perkotaan yang ideal berdasarkan persepsi masyarakat setempat (users, awak angkutan ummu dan pemilik angkutan umum). Produk studi terlihat pada laporan Departemen Transportasi Bangkok (2000), Organda DKI Jakarta (Juni 2001), Universitas Gadjah Mada (November 2000), dan ALMEC (Januari, 2001).
Tarif ideal pada jenis angkutan umum perkotaan adalah tarif yang sesuai dengan situasi pasar yang berlaku, dimana nilai real yang diberlakukan cenderung tidak menimbulkan konflik tarif antara masyarakat dengan pemerintah.Dengan mengacu pada kegagalan pemerintah dalam mendesain tarif ideal jenis angkutan umum perkotaan dan kelemahan studi yang ada, maka peneliti memfokuskan studinya pada pemetaan tarif ideal jenis bus kota berdasarkan persepsi masyarakat dengan menitik beratkan prinsip desainnya pada situasi pasar yang cenderung tidak menimbulkan konflik tarif. Diharapkan temuan studi dapat dijadikan bahan masukan bagi transport planners? atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam mendesain tarif ideal bus kota.
Kontribusi studi bagi peserta "Program Pasca-Sarjana Manajemen Pembangunan Sosial-Universitas Indonesia (MPS-UI) adalah memberikan informasi mengenai prinsip desain tarif ideal pada bus kota berdasarkan Teori Sosilogi Moderen (Kelas versi Dahrendorf serta prinsip rasional versi Hechter) dan Perencanaan Sosial (analisis situasi) dan Psikologi Sosial (persepsi versi Anderson dan Slavin). Informasi yang diberikan peneliti antara lain berupa:
a. Pemetaan persepsi masyarakat sebagai basic consumer dari produk perencanaan sosial dalam konteks transportasi perkotaan, melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif (prinsip desain kebutuhan masyarakat berdasarkan analisis situasi pasar/ keseimbangan supply, demand dan regulasi / kebijaksanaan yang berlaku);
b. Pemahaman terhadap pengambilan keputusan masyarakat yang rasional berdasarkan model persamaan posisi dalam bargaining power guna merealisasikan kebutuhannya;
c. Memetakan teori studi dalam bentuk indentifikasi masalah dan tujuan yang akan dicapai, sebagai media untuk merealisasikan produk perencanaan yang dianggap ideal;
d. Mekanisme identifikasi kendala dan peluang dalam merealisasikan tujuan jangka panjang dan pendek, berdasarkan potret kegagalan yang ada;
e. Pemilihan prioritas sasaran yang dapat diimplementasikan berdasarkan konsekuensi peluang dan kendala yang berlaku di masyarakat, guna merealisasikan tujuan jangka panjang dan pendek.
Sifat penelitian analitik. Unit pengamatannya adalah individu yang berperan sebagai users, awak bus dan pemilik bus. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif guna mengidentifikasikan bentuk tarif ideal dan tidak ideal yang berlaku di pasar bus kota berdasarkan karakteristik persepsi rasonal masyarakat, melalui unstructured depth interview dan creative interview. Sedangkan pada pendekatan kuantitatif peneliti ingin melihat hubungan pemilihan opsi tarif pasar versi users dan awak bus dengan situasi pasar yang berlaku dalam memetakan nilai real tarif ideal, melalui hasil perhitungan chisquare, spearmen dan crosstab.
Dengan mengkombinasikan temuan lapangan secara kualitatif dan kuantitatif, maka peneliti dapat memetakan bagaimana prinsip desain tarif secara makro dan mikro berdasarkan persepsi masyarakat yang rasional. Gambaran mikro menunjukkan prinsip desain tarif bus patas AC dan regular di Jakarta berdasarkan potret kegagalan pemerintah selama tahun 1989-2000. Sedangkan pemetaan makro memfokuskan pada prinsip desain tarif bus kota berdasarkan kegagalan yang terjadi selama 2-13 tahun. Diharapkan temuan studi dapat bermanfaat bagi policy makers, transport planners atau pihak-pihak yang berkepentingan di dalam mendesain tarif ideal serta dapat menjawab kelemahan studi yang ada saat ini. Terutama dalam memberikan solusi terhadap masalah penyediaan bus kota yang sesuai dengan kebutuhan supply dan demand."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Widiansyah
"Studi tentang tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya telah banyak dilakukan, terutama mengenai bentuk-bentuk tanggung jawab sosial dan implementasinya. Seberapa besar dampak aktivitas perusahaan bagi masyarakat sekitarnya terlihat pada perubahan-perubahan kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi akibat adanya aktivitas perusahaan disuatu wilayah dan relasi-relasi yang terbentuk antara perusahaan dengan aktor-aktor pembangunan dimasyarakat.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak aktivitas perusahaan (Amoseas Indonesia Inc.) terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya di masyarakat (khususnya 4 desa terdekat di wilayah Kecamatan Pasirwangi yaitu : Desa Padaawas, Desa Barusari, Desa Karyamekar dan Desa Sarimukti), relasi perusahaan dengan masyarakat lokal serta kemampuan relasi perusahaan dengan masyarakat lokal serta implikasinya terhadap pembangunan masyarakat. Analisa relasi perusahaan dengan masyarakat menggunakan kerangka teori hubungan perusahaan dan stakeholders, dinamika hubungan dan locality development.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang hubungan perusahaan dan masyarakat. Metode ini dilakukan mulai dari penentuan lokasi, penentuan informan, pengumpulan data dan observasi lapangan serta studi pustaka. Unit analisa yang peneliti gunakan adalah individu/anggota masyarakat sekitar areal operasi Amoseas Indonesia Inc. di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut dengan menggunakan informan sebagai sumber data primer yaitu aparat pemerintah setempat (kecamatan dan desa), para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda, pengusaha lokal serta elemen-elemen masyarakat lain.
Penelusuran informan menggunakan teknik penarikan sampel bertujuan (purposive sampling) dan snowball dengan cara mengambil subyek penelitian tidak didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas tujuan penelitian. Jumlah keseluruhan informan yang diwawancarai adalah 23 orang.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui wawancara langsung dan mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan wawancara. Selain itu, sebagai bahan penunjang dilakukan penelusuran data sekunder yang diperoleh dari catatan, dokumen, data-data geografis dan demografis lokasi studi serta hasil penelitian sebelumnya. Adapun indikator yang digunakan untuk menggambarkan relasi Amoseas Indonesia Inc. dengan masyarakat lokal meliputi : kontrol yaitu kemampuan perusahaan dalam menghadapi situasi lingkungan, meliputi : akuntabilitas, kewenangan, kecakapan dan pertanggunggungjawaban. Emosi, yaitu kemampuan perusahaan untuk merespon hubungan dengan masyarakat, meliputi : persetujuan, keterikatan, keadilan, kepuasan dan kepercayaan. Operasi, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalin relasi dan menampilkan peranan di masyarakat, meliputi : keakuratan informasi, ketersediaan sumber, kapasitas, kemudahan operasi, dan rasa tanggung jawab. Struktur, yaitu sifat media yang digunakan perusahaan dalam menjalin relasi dengan masyarakat, meliputi kelenturan, dan keterbukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : a) terjadi perubahan-perubahan kondisi sosial, ekonomi masyarakat selama kehadiran Amoseas; b) aktivitas Amoseas memberi pengaruh terhadap dinamika kependudukan masyarakat sekitar; c) kehadiran Amoseas turut mendorong lahirnya institusi-institusi lokal sebagai wadah berkumpulnya masyarakat; d) persepsi masyarakat tentang Amoseas pada umumnya baik, terutama menyangkut bantuan kepada masyarakat; e) Amoseas masih belum mengembangkan hubungan yang seimbang dengan masyarakat dimana lebih banyak berhubungan dengan pihak pemerintah formal (Kecamatan); f) kemampuan Amoseas dalam menghadapi situasi Iingkungan masih belum bagus, g) kemampuan Amoseas dalam merespon permasalahan dan kebutuhan masyarakat masih belum bagus; h) kemampuan Amoseas dalam menampilkan peranan dimasyarakat masih belum bagus; kelenturan dan keterbukaan Amoseas dalam menjalin relasi dengan masyarakat masih belum bagus. Hubungan-hubungan yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat lokal tersebut berimplikasi pada upaya-upaya dilakukan untuk mengembangkan selari selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian, dirancang suatu strategi perencanaan pembangunan sosial yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan pola relasi yang terbentuk antara Amoseas dengan masyarakat Pasirwangi. Model yang digunakan dalam perencanaan pembangunan sosial adalah berupa Pola Keterpaduan Program Pengembangan Masyarakat dengan pendekatan yang digunakan adalah locality development. Melalui model dan pendekatan yang digunakan diharapkan dapat merangkul pihak perusahaan, pemerintah daerah, institusi lokal dan masyarakat untuk terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat. Sehingga aktvitas produksi perusahaan dapat sejalan dengan perkembangan dan kemajuan wilayah sekitarnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Rahardjo
"Bandara Soekarno-Hatta (BSH) sejak berdirinya telah manual berbagai permasalahan menyangkut relasi sosial dengan masyarakat setempat Potensi permasalahan yang timbul tidak hanya akibat dampak lingkungan hidup berupa kebisingan namun juga permasalahan yang lebih kompleks menyangkut ekspektasi komunitas setempat yang pada dasarnya merupakan kelompok masyarakat miskin untuk dapat menikamati hasil secara ekonomi atas kehadiran industri bandara di lingkungan mereka Berbagai permasalahan sosial tidak hanya memberikan kesan tidak tertib, namun juga tidak menguntungkan dari aspek security dan safety bags (BSH) sebagai bandara international yang membutuhkan standar aturan yang ketat Berbagai permasalahan sosial yang muncul diantaranya adalah munculnya profesi sektor informal di lingkungan BSH seperti tukang ojek, tukang parkir liar hingga gangguan-gangguan di sekitar pinggir bandara yang berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan. Penegakan aturan atas gangguan-gangguan ini sulit ditegakkan karena selama ini justru berdampak pada kerugian yang dialami BSH, seperti lumpuhnya BSH akibat unjuk rasa yang mereka lakukan.
Di tengah kondisi demikian pengelola BSH justru telah mencanangkan pengembangan BSH menjadi Airport City. Sesuai konsep ini maka BSH akan dikembangkan mirip sebuah kota dengan dilengkapi berbagai fasilitas area komersial terpadu seperti trade center, tempat konferensi, super market, pusat hibumn dan sebagainya. Pengembangan ini akan dilakukan sebagai antisipasi persaingan bisnis bandara yang semakin ketat dengan mengembangkan BSH tidak hanya sekedar airport tetapi juga menjadi sebuah pusat bisnis yang berkelas. Merujuk pada kondisi relasi sosial dengan masyarakat sekitar yang terjadi saat ini, maka pengembangan BSH tersebut tentu akan memberikan dampak sosial yang lebih luas dan kompleks lerhadap masyarakat sekitar, mengingat dengan kondisi seperti saat ini pun permasalahan sosial yang dihadapi tidak dapat dikatakan ringan.
Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab sosial eksternal yang dilakukan pengelola BSH terulama menyangkut
prinsip-prinsip kebijakan yang mendasarinya untuk mewuudkan kepedulian sosial terhadap masyarakat sekitar. Selama ini PT (Persero) Angkasa Pura II selaku pengelola BSH f dengan falsafah perusahaannya PEDULI, telah melakukan berbagai program untuk mewuudkan kepeduliannya kepada masyarakat sekitar. Penelitian secara khusus juga ingin melihat praktek-praktek community development (CD) yang dilakukan manajemen BSH sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan program CD merupakan salah satu pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan manakala relasi antara korporasi sebagai pendatang dan masyarakat local mengandung kesenjangan secara sosial ekonomi. Sementara itu pelaksanaan tanggung jawab sosial eksternal perusahaan apabila dapat dilakukan dengan tepat, akan memberikan dampak yang positif terhadap kelanggengan (sustainability) penyelenggaraan bisnis itu sendiri.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan teknik wawancara mendalam kepada berbagai informan baik dari kalangan pengelola BSH maupun masyarakat sekitar BSIL Kegiatan observasi dan pengumpulan data sekunder yang relevan juga dilakukan untuk mendukung kegiatan analisa. Beberapa teori tentang Corporate Social Reponsibility (CSR) dan indikator-indikator evaluasi pelaksanaan CSR yang biasa digunakan di dunia internasional dicoba diterapkan pada penelitian ini, walaupun ternyata ditemukan ada yang kurang relevan. Konsep dan teori CD yang umum digunakan juga diterapkan sebagai alat bantu analisa dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepedulian yang dilakukan manajemen BSH dalam pelaksaraan tanggung jawab sosial eksternal mereka, ternyata belum mampu memenuhi harapan etik (baca :kebutuhan sesungguhnya) masyarakat sekitar. Sebab pokok yang mendasarinya adalah tidak ada kebijakan operasional yang memadai yang dapat dijadikan pedornan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial. Hal menyebabkan tidak adanya perencanaan yang baik, tidak ada keterpaduan antar berbagai program, struktur organisasi yang kurang mendukung serta SDM yang tidak memadai. Begitu pula program CD yang ada ternyata beiwn dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan CD, selain itu belum ada alternative bidang kegiatan CD yang mampu menyentuh permasalahan nyata yang dialami masyarakat seperti pengembangan ekonomi masyarakat miskin.
Sejalan dengan rencana pengembangan kawasan BSH ke depan, manajemen BSH perlu melakukan pembenahan terus menerus menyangkut pelaksanaan tanggung jawab sosial. Adanya suatu eetak biru yang memuat prioritas tujuan serta aturan yang memadukan kerja lembaga dan unit di lingkungan BSH yang menjalankan program sosial merupakan suatu kebutuhan. Pembenahan kebijakan juga perlu ditunjang dengan kebijakan organisasi yang mendukung yaitu adanya unit kerja khusus yang catnip Randal untuk secara khusus menangani hubungan dengan masyarakat serta mengkoordinasi penaanganan masalah sosial termasuk kordinasi pengaturan program-program sosial agar mampu bersinergi. Selanjutnya dukungan somber daya manusia dan pendanaan yang memadai jelas sangat mempengaruhi keberhasilan upaya pembenahan yang dilakukan. Pembenahan secara konsisten perlu terus dilakukan agar potret kepedulian sosial mereka tidak hanya lebih berwarna namun juga benar-benar mampu memberikan manfaat nyata.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri
"CSR perusahaan jasa konstruksi perlu mendapat sorotan melihat kegiatan industrinya cukup berisiko. PT.PP sebagai perusahaan jasa konstruksi melakukan dua bentuk tanggung jawab sosial, yaitu yang dilakukan terpusat (PKBL dan CSR) dan yang dilakukan di proyek (skripsi ini memfokuskan pada CSR PT.PP di wilayah Proyek Pembangunan Komplek Kantor Pusat Jasa Marga). Menggunakan metode kualitatif yaitu wawancara mendalam dengan beberapa informan dari pihak PT.PP (di pusat maupun di proyek) serta masyarakat di sekitar proyek sebagai pemanfaat, penulis menemukan bahwa industrial specific perusahaan, local specific masyarakat, motif perusahaan dalam melakukan CSR, serta substansi pokok CSR (komitmen dan tindakan perusahaan) turut menentukan efektivitas CSR.

It is crucial to put CSR of construction industry under the spotlight for the risk of its industrial specific. PT.PP, a general contractor, do their CSR in two ways, one is executed in centralized method (PKBL and CSR), the second is executed in each project site ( this thesis focused on CSR by PT.PP in Proyek Pembangunan Komplek Kantor Pusat Jasa Marga). Done through using qualitative methods of data collection, such as deep interview with several informants from PT.PP (both from head office and in project site management) and also with the local community representatives, author find out that corporate industrial specific, community local specific, corporate motives in doing CSR, and also the substance of CSR (corporate actions and commitment) proved to be essential in CSR effectiveness."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Ursulla Serenakartika
"ABSTRAK
Artikel ini membahas bagaimana Yayasan Kumala, Organisasi Non Pemerintah dan Non Profit Nirlaba , berperan dalam menanggulangi masalah kesejahteraan sosial melalui program community development. Dalam pembahasan artikel ini memaparkan prinsip-prinsip dari community development dengan menambahkan dengan peran mitra komunitas sehingga mendukung terciptanya sustainable community development. Argumen bahwa program pemberdayaan yang sesuai dengan prinsip community development di dukung dengan peran mitra, maka akan ada pendampingan, serta adanya pembinaan dalam mengelola komunitas dapat menciptakan sustainable community development. Sehingga penelitian ini memaparkan adanya hubungan kemitraan yang dilakukan yayasan dengan perusahaan dalam pendampingan komunitas yang dapat mendukung pemberdayaan masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini adalah adanya mitra yang dapat menopang serta mendampingi komunitas sehingga dapat terus mengembangkan potensi dalam komunitas dan menciptakan sustainable community development.

ABSTRACT
This article shows how the Kumala Foundation, a Non Governmental Organization and Non Profit Non profit ,has a role in resolve the social welfare problems through community development programs. In the discussion this article describes the principles of community development by adding the role of community partners to support the creation of sustainable community development. The argument that the empowerment program in accordance with the principle of community development is supported by the role of partners, there will be assistance and a guidance in managing the community that can create sustainable community development. This research describes the existence of partnership relationship conducted by the foundation with the company in community assistance that can support community empowerment. The approach used in this research is qualitative with in depth interview method. The result of this research is the existence of partners that can support and assist the community so as to continue to develop the potential in the community and create sustainable community development"
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Masjitoh Tri Siswandewi,
"Pelaksanaan pengiriman pekerja Migran Perempuan ke iuar negeri terjadi terus hingga saat ini. Pada hakekatnya hal ini berlangsung sehubungan sulitnya perekonomian keluarga di desa. Namun pada gilirannya dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan oleh siapapun, khususnya bagi Pekerja Migran Perempuan itu sendiri.
Keberadaan pendampingan dalam pemulihan kondisi Pekerja Migran Perempuan yang terkena masalah, memiliki nilai penting. Nilai penting disini memiliki makna bahwa keberadaan para pendamping di lapangan, setidaknya mengetahui dan memahami tentang berbagai kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh Pekerja Migran Perempuan.
Aktivitas pendamping dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan sangat besar pengaruhnya terhadap proses penyelesaian masalah yang dihadapi oleh Pekerja Migran Perempuan. Akan tetapi kenyataan lapangan memperlihatkan proses pendampingan itu sendiri belum maksimal diberikan kepada Pekerja Migran Perempuan yang bermasalah. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan yang mendasar : mampukah para pendamping menampilkan perannya secara tuntas ?
Keadaan diatas mendasari penelitian ini yang bertujuan untuk :
  1. Mengidentifikasi latar- belakang kepergian Pekerja Migran Perempuan.
  2. Bagaimana proses pendampingan yang sudah dilakukan oleh LSM Solidaritas Perempuan ?
  3. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam proses pendampingan itu sendiri ?
Penelitian ini dilakukan pada Pekerja Migran perempuan yang pernah. ditangani oleh LSM Solidaritas Perempuan yang bertempat tinggal di Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, bulan Maret tahun 2001, dengan mengambil 5 orang informan. Wilayah Kecamatan Rawamerta ini termasuk daerah yang cukup banyak penduduknya bekerja ke luar negeri sebagai Pekerja Migran Perempuan. Hal ini yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian. Adapun tipe penelitian adalah deskriptif dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Adapun LSM Solidaritas Perempuan itu sendiri adalah sebuah perserikatan untuk menegakkan hak asasi manusia. Dan melalui salah satu bagian dari perserikatan ini, yaki : Lembaga Advokasi Buruh Migran Indonesia, para Pekerja Migran Perempuan diberi pelayanan sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepergian para Pekerja Migran Perempuan ini semuanya dengan latar belakang dan motivasi ekonomi, cara kepergian mereka semuanya menggunakan jasa `sponsor', serta seluruhnya mendapatkan dukungan sepenuhnya dari keluarganya.
Dalam penelitian ini berhasil pula diketahui dan dideskripsikan peran pendamping yang sudah dilakukan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa telah terjadi pelaksanan pendampingan di lapangan, baik peran pendamping yang bersifat fungsional, seperti memberikan dukungan, memotivasi, memfasilitasi penyelesaian masalah, meningkatkan kesadaran, serta juga sebagai peneliti dengan teknik pengumpulan data.
Walaupun pelaksanaan pendampingan telah berlangsung di lapangan, akan tetapi peran pendamping kenyataannya Baru sebatas penyelesaian masalah-masalah yang sifatnya normatif, seperti hal-hal yang berkenaan dengan finansial. Terlihat hal yang berkenaan dengan psikologis dan konseling belum terlaksana sebagaimana mestinya. Hal tersebut diatas disebabkan oleh latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para pendamping dari dunia hukum. Sehingga yang mereka lakukan labih pada advokasi hukum. Sementara kejadian yang menimpa Pekerja Migran Perempuan itu sendiri tidak hanya dapat dilihat dan diselesaikan dari aspek hukum saja.
Untuk itu rekomendasi yang diberikan adalah diperlukannya pendampingan yang berkesinambungan, diperlukan pendamping dengan latar belakang pendidikan psikologi atau pekerjaan sosial untuk keberhasilan proses pendampingan itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azis Fasya
"Skripsi ini membahas pengaruh modal sosial terhadap implementasi CSR Ternak Mandiri PT Badak NGL. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial memiliki pengaruh terhadap implementasi CSR Ternak Mandiri; semakin tinggi modal sosial maka semakin tinggi tingkat keberhasilan implementasi CSR Ternak Mandiri; terdapat hubungan yang lemah antara modal sosial dan implementasi CSR Ternak Mandiri. Peneliti menyarankan perusahaan harus lebih ketat dalam pengawasan CSR; penguatan modal sosial dalam CSR dapat berguna bagi keberlanjutan perusahaan.

This thesis discussed about the effects of social capital and the CSR implementation in PT Badak NGL's Ternak Mandiri program. The research method is quantitative method with descriptive design. The result of this research shows that social capital has a relationship with the implementation of CSR Ternak Mandiri; the higher the social capital, the higher the success rate of implementation of CSR; There is a low relationship between social capital and CSR implementation of Ternak Mandiri. Researcher suggest that the company need to be more rigorous on monitoring the CSR; strengthening social capital in CSR can be useful for corporate sustainability."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3   >>