Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Christanty Yudha Bestari
"Tesis ini adalah tentang persepsi audience terhadap sebuah produk budaya Amerika. Fokus penelitian ini adalah audience Indonesia, yakni sekelompok penggemar musik heavy metal rock Metallica. Audience dipilih berdasarkan suatu kesamaan yakni memiliki ketertarikan menonton Metallica. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana persepsi para penggemar musik cadas ini berdasarkan teori resepsi. Maka yang diteliti adalah pendapat audience Indonesia terhadap Metallica serta yang dirasakan oleh kelompok ini ketika menonton konser Metallica di Indonesia, khususnya Jakarta. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap informan penggemar Metallica. Pengolahan data menggunakan teknik coding, yakni open coding, axial coding dan selective coding.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seluruh informan mendapat pengaruh dan energi positif dari musik popular Amerika Metallica. Musik cadas yang begitu kental dengan bayang- bayang kebrutalan, narkotika, urakan dan musik keras ternyata tidak terjadi dalam persepsi audience Indonesia. Mereka justru menikmati musik Metallica sebagai pengaruh positif bagi kehidupan masing- masing informan, meskipun bidang yang ditekuni berbeda- beda. Audience lebih memandang Metallica dari kualitas bermusik baik secara fisik ataupun dari efek perasaan yang ditimbulkan dari karya- karya Metallica.

This thesis describes the perceptions of an Indonesian audience toward a product of American culture. The focus of this research is on, which is a group of heavy metal rock music enthusiasts of the band Metallica. The researcher has chosen an audience based on their interests toward Metallica's concert and their fanaticism toward Metallica's music. Formulation of the problem in this research is about how the perception of the audience of rock music is observed, based on the theory of reception. This research discusses the opinions of a group of Indonesians about hard rock band Metallica and about this audience's feelings and experience of Metallica's concert in Indonesia, especially in Jakarta. Data were collected through interviews with this audience. The researcher analyzes the data using coding techniques, namely open coding, axial coding and selective coding.
From this research, it can be concluded that all participants got a positive energy and influence from Metallica, an American popular band. Metal rock music is so thick with shadows of brutality, narcotics, sloppy, and loud music. But this does not occur in the perception of the Indonesian audience. They enjoy the music of Metallica as a positive influence on their lives. They like the musical quality of Metallica and enjoy Metallica?s album.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pryadi Satriana
"ABSTRAK
Penelitian studi kasus ini mengambil kasus Griswold v. Connecticut
(1965) dan Roe v. Wade (1973) sebagai kasus instrumental dengan tujuan agar
hasil-hasil penelitian terhadap kedua kasus di atas dapat dijadikan dasar untuk
melakukan generalisasi terhadap kasus-kasus lain yang sejenis.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah pemaknaan ?right of privacy"
dalam kasus-kasus yang diteliti, dimana keduanya mempunyai konteks sejarah
yang berbeda.
Penelitlan terhadap kasus Griswold v. Connecticut (1965) menghasilkan
kesimpulan bahwa pemaknaan ?right of privacy" sebagai ?hak untuk
menggunakan alat-alat kontrasepsi? sesuai dengan kondisi sosial pada waktu itu
yang ?menuntut? perluasan hak-hak sipil sebagai akibat dari civil rights
movement.
Penelitian terhadap kasus Roe v. Wade (1973) menghasilkan kesimpulan
bahwa pemaknaan "right of privacy" sebagai ?hak untuk melakukan aborsi pada
trimester pertama masa hamil? sesuai dengan kondisi sosial pada waktu itu
dimana terjadi stagnasi ekonomi, banyak terjadi aborsi illegal, dan tuntutan akan
perluasan hak-hak perempuan sebagai hasil-hasil dari women's movement.
Penelitian terhadap kedua kasus instrumental di atas menyimpulkan bahwa
makna ?right of privacy " berubah sesuai dengan kondisi sosial yang ada di
masyarakat."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T17583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Utomo
"ABSTRAK
Tesis ini mengkaji permasalahan rasisme dan identitas budaya Afro-Amerika dari sudut pandang Malcolm-X yang diangkat oleh sutradara Spike Lee dalam film berjudul Malcolm-X. Pengkajian ini dilakukan untuk mendeskripsikan rasisme, prejudice, diskriminasi dan krisis identitas budaya masyarakat kulit hitam sebagai permasalahan utama masyarakat Amerika pada tahun 1960an yang dianalis oleh Spike Lee melalui filmnya, Malcolm-X. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan mise-en-scene dengan memperlakukan film sebagai teks yang kemudian dianalisis berdasarkan pada teks-konteksnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa rasisme tetap ada karena terpelihara oleh pandangan hidup masyarakat kulit putih dan kulit hitam sendiri yang disosialisasikan. Stereotype dan prejudice di kalangan kulit putih dan kulit hitam melahirkan mitos superioritas-inferioritas sehingga terjadi diskriminasi di Amerika Serikat. Film ini mempunyai pesan agar masyarakat kulit hitam menguatkan jati diri mereka sebagai komunitas kulit hitam dengan konsep cultural pluralism, dan mendorong masyarakat kulit hitam untuk melihat Malcolm-X sebagai salah satu contoh identitas budaya Afro-Amerika.

ABSTRACT
This study investigates the problems of racism and cultural identity crisis of Afro-American people shown in the movie entitled Malcolm-X which was directed by Spike Lee. The aims of this study are to describe common problems in America in the1960s such as: racism, prejudice, discrimination, and cultural identity crises analyzed by Spike Lee through his film, Malcolm-X. Qualitative method and mise-en-scene concept were employed to analyze shots and dialogs in the movie. The study shows that racism exists due to society’s view and it has been socialized among them. Stereotype and prejudice produced the concept of superiority-inferiority, as they become the reason of discrimination in America. This movie suggests that black Americans try to strengthen their identity by using cultural pluralism’s concept and Spike Lee, the director, tries to expose Malcolm-X as one of Afro-American figures."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucahyani Dwi Astuti
"Tesis ini membicarakan gambaran perjuangan seorang wanita imigran Swedia yang bernama Alexandra di wilayah frontir Divide, Nebraska, Amerika Serikat. Sebagai seorang imigran wanita yang hidup di wilayah yang dikenal sebagai ?the wild land? (wilayah yang liar) dan masih menganut budaya patriarki (budaya masyarakat yang masih meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan wanita), dia harus berjuang keras untuk mencapai impiannya. Dengan kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, Alexandra berhasil menyerap nilai-nilai Amerika, seperti kerja keras, optimis, mandiri dan kapitalistik. Dengan nilai-nilai tersebut dan didukung semangat feminisme yang tinggi, akhirnya Alexandra mampu menunjukkan dirinya sebagai wanita frontir yang berhasil menggapai American Dream (impian Amerika) nya.

The Thesis describes the struggle of a Swedish immigrant woman, Alexandra, in frontier Divide region, Nebraska, United States of America. As a woman immigrant who is living in the region which is called as the wild land and is still believing in patriarchy system (a social system in which the male act as the primary authority figure central to social organization, and where fathers hold authority over women, children, and property), lead to hard working to reach her dream. Her ability to adapt with new environment, Alexandra succeeds to absorb American values such as hard working, optimism, self reliance and capitalism. The values, supported by her feminism motivation, at the end, Alexandra shows the capability as frontier woman who can reach her American Dream."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly M. Susanto
"Tesis ini berjudul Peran Publik Dua Ibu Negara Amerika Serikat: Eleanor Roosevelt dan Jacqueline Bouvier Kennedy. Tesis ini berisikan analisa peran publik kedua ibu Negara yang hidup pada zaman 1930-an dan 1960-an. Masalah ini menarik karena dari sekian Ibu Negara hanya beberapa orang saja yang mempunyai kegiatan di dunia publik.
Dalam pengkajian dan penelitian masalah tesis, penulis menggunakan sumber-sumber tertulis kepustakaan baik sumber primer maupun sekunder dari perpustakaan Program Kajian Wilayah Amerika dan USIS. Adapun metode yang digunakan dalam tesis ini metode kualitatif.
Hasil penelitian tesis membuktikan bahwa peraanan publik kedua Ibu Negara Eleanor Roosevelt dan Jacqueline B. Kennedy sangat menonjol disebabkan adanya Self-Esteem yang kuat yang mereka miliki dan kemampuan kedua Ibu Negara mengambil kesempatan yang ditawarkan oleh zamannya.

This thesis is on the public role of two First Ladies in America in the 1930s and 1960s. This topic is very interesting because from the many First Ladies in the History of the United States only a few are active in public life.
In achieving the objective of my research I have applied the qualitative method by way of library research: collecting data from both primary and secondary sources from the library of The American Studies program and USIS.
The outcome of my research proves that there is a strong Self-Esteem in both Eleanor Roosevelt and Jacqueline Bouvier Kennedy that makes their role in public very outstanding. In addition, the opportunities at that time support them to develop their ability accordingly."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T8988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarihoran, Naf`an
"ABSTRAK
Impeachment secara formal didefinisikan merupakan pasal-pasal tentang dakwaan yang terdapat dalam Konstitusi Amerika yaitu pasal I sampai III, yang diberikan kepada House of Representatives, dan yang mengadilinya diserahkan kepada Senat.
Dalam prakteknya, impeachment merupakan proses konstitusional yang berupaya untuk memproteksi kepentingan umum dari kejahatan-kejahatan (crimes), pelanggaran-pelanggaran (misdemeanors), pengkhianatan (treason) dan penyogokan (bribery) yang dilakukan oleh Presiden, Wakil Presiden dan pejabat negara lainnya.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk menunjukkan bagimana proses impeachment presiden dilaksanakan dan apa makna impeachment (dakwaan) presiden bagi orang Amerika. Selain itu, juga untuk memperlihatkan konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat Arnerika ketika berlangsungnya impeachment presiden tersebut.
Makna impeachment presiden tersebut merupakan wujud dari nilai-nilai masyarakat Amerika itu sendiri berupa nilai-nilai persamaan dan individualisme. Impeachment presiden telah berfungsi sebagai sarana untuk melestan ikan nilai-nilai tersebut, sekaligus sebagai ajang untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya demokrasi dipahami sebagai kebudayaan konflik, yaitu pedoman dalam bersaing untuk memperolah kemenangan tanpa harus menghancurkan pesaing lainnya, serta menutut diberlakukannya suatu aturan main yang adil dan beradab yang sesuai dengan hukum Amerika.
Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian berupa kajian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif dan teknik deskriptif-interpretif Selain itu, untuk memahami keterkaitan berbagai aspek yang terdapat dalam impeachment presiden itu, maka penulisan tesis ini melibatkan bidang kajian ilmu sosial, ekonomi dan politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meng-impeach presiden bagi orang Amerika merupakan hal yang unik, oleh sebab itu, impeachment presiden diangggap begitu penting bagi orang Amerika.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusydi M. Yusuf
"ABSTRAK
Penulisan tesis ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa meskipun institusi dan praktek perbudakan telah dihapus dan berakhir, namun masih banyak terjadi perlakuan segregasi yang dilakukan oleh kelompok kulit putih terhadap masyarakat Afro-Amerika. Perlakuan segregasi ini bukan hanya disebabkan oleh adanya perbedaan ras dan latar belakang sejarah keberadaan orang-orang Afro--Amerika di benua ,ini, namun juga disebabkan oleh latar belakang kehidupan mereka sehari-hari yang masih saja bergulat dengan kebodohan, kemiskinan. Di lain hal juga adanya suatu pernyataan yang menyatakan bahwa masyarakat Afro-Amerika merupakan masyarakat inferior dan masyarakat kulit putih adalah masyarakat superior.
Untuk bisa bangkit dari keterbelakangan dan ketertindasan ini, mereka membutuhkan seorang figur pemimpin. Di tengah-tengah ketidak berdayaan dan harapan mereka tersebut, muncullah seorang figur pemimpin yang mencoba untuk menyuarakan suara hati nurani mereka yaitu Louis Farrakhan. sebagai seorang pemimpin Farrakhan dianggap bisa menyuarakan suara hati mereka kepada penguasa Amerika agar mereka diperlakukan lama dengan anggota masyarakat lainnya sesuai dengan isi Deklarasi Kemerdekaan Amerika.
Sebagai seorang figur, Louis Farrakhan mencoba untuk mengakomodir suara hati mereka. Farrakhan mencoba memperjuangkan aspirasi mereka dengan kepiawaian retorika pidatonya diberbagai tempat dan lapisan masyarakat Afro-Amerika, kulit putih, Yahudi maupun kulit berwarna lainnya. Berbagai bentuk pergerakan dan kegiatan telah dilakukan oleh Farrakhan di tengah -tengah masyarakat Afro-Amerika dalam rangka mengangkat, membuka mata mereka dati kebodohan, kemiskinan, ketertinggalan, kemelaratan dan ketertindasan. Farrakhan mencoba menyentuh berbagai sektor terutama sektor : pendidikan, Perekonomian, budaya, agama dan sosial politik. Di lain hal bahwa Farrakhan juga mengatasnamakan kepentingan Islam, padahal tidak semua muslim Amerika terwakili dan mendukung gerakannya.
Namun dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Afro--Amerika, Farrakhan bersikap rasis dengan banyak mengumbar retorika-retorika anti Yahudi dan anti putih, sehinga menimbulkan kemarahan masyarakat kulit putih dan Yahudi. Hal mni menjadi ancaman bagi masyarakat Afro-Amerika dalam kelangsungan kehidupan mereka selanjutnya. Maka banyak tokoh masyarakat Afro-Amerika baik yang muslim maupun non muslim mengecam tindakan Farrakhan, mereka merasa takut karena gerakan yang dipimpin Farrakhan akan membawa petaka bagi mereka.

ABSTRACT
The Nation of Islam : A Farrakhan Struggle.The objective of this thesis is to show that eventhough the institution and application of slavery no longer existed, many segregation practices are still applied toward the Afro-Americans. This phenomena were not only because of the differences in race and historical background, but also characterized by such things in lives, including poverty and stupidity. At the same time there are statements stating that the Afro-Americans are inferior compared to those of the whites.
To elevate the status of the Afro Americans, a charismatic leader was cherished, in this case, Louis Farrakhan, was believed as a representative leader who could proclaim the rights of Afro-American citizens. American government is especially considered identical with the white men's rule implemented policies of segregation. The ideas of the Afro American would be a government that treated Afro Americans as equal as stated in the content of the Declaration of Independence.
As a leader Farrakhan tried to accommodate his people aspirations with his speech rhetoric. Farrakhan held some activities among the Afro-American society in order to open their eyes from stupidity, poverty, misery and oppression. He also tried to develop many sectors of Afro-Americans' life such as : economy, education, culture, religion and politics. On the other side, some of Farrakhan's activities were held on the name of Islam, however not all American Moslems were represented and supported his activities.
In proclaiming Afro-American aspirations, Farrakhan acted racially. He often used his rhetoric to confront and to attack the Jews and the White men, therefore his appearance was fearful and frightened the Afro-American society, and his rhetoric became a threat to their future life. Many Moslems, and Afro-American prominent leaders were upset by his activities. They were afraid that Farrakhan's activities would ruin them.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Is Karyono Kosasih
"Kentucky Fried Chicken adalah nama restoran cepat saji yang menyediakan hidangan ayam goreng, kentang goreng, burger dan lain-lain yang kemudian disingkat menjadi KFC. Pada mulanya KFC adalah makanan lokal di Corbin, Kentucky yang kurang disukai oleh masyarakat Amerika dan mereka menganggap bahwa makanan itu adalah salah satu jenis makanan yang berbahaya bagi kesehatan serta konsumennya sangat sedikit dan terbatas.
Melalui teknologi pengelolaan dan ditunjang oleh teknologi informasi modem antara lain televisi, radio, surat kabar dan lain-lain maka KFC menjadi popular dan digemari oleh masyarakat luas. Persepsi masyarakat Amerika tentang KFC sebagai makanan yang berbahaya bagi kesehatan, semakin lama semakin berkurang dan akhirnya hilang akibat simulasi dunia periklanan sehingga KFC berubah persepsi menjadi makanan sehat, cepat saji, praktis dan modern.
Nilai-nilai budaya Amerika antara lain demokrasi, individualisme, kapitalisme dan hak azasi manusia telah berinteraksi atau saling mempengaruhi dengan produk-produk KFC dan telah terjadi transformasi nilai atau perubahan bentuk sehingga KFC berubah makna dan fungsinya dari makanan lokal menjadi makanan popular yang digemari oleh masyarakat Amerika secara luas serta memenuhi syarat-syarat kepopuleran. Pada dasarnya kepopuleran memiliki dinamika sendiri bukanlah sebuah realitas melainkan transformasi realitas yang menjadi representasi yang seolah-olah kemudian menjeima sebagai realitas itu sendiri. Penyimpangan citra dari apa yang diwakilinya melahirkan suatu persepsi sebagai suatu wacana yang mandiri maksudnya persepsi yang dibentuk oleh pencitraan tadi bisa menyimpang dari realitas yang hendak diwakilinya yang kemudian melahirkan sebuah dunia tersendiri yaitu suatu dunia hiper realitas. Mereka adalah representasi dari dunia maya dan fantasi yang memiliki dinamika dan hukumnya sandhi. Mereka menciptakan produk-produk KFC sekaligus sebuah strategi fantasi yaitu strategi makan lewat produk kebudayaan popular Amerika yang dipengaruhi oleh sistem produksi kapitalis melalui produksi massal dengan perusahaan multinasional sebagai agennya yang dibantu oleh jaringan informasi modem, menjadikan KFC sebagai komoditas kapitalisme dengan ditransformasikannya nilai-nilai budaya Amerika yang masuk dan menyatu di dalam produk KFC sehingga terjadi proses retifikasi yaitu proses bagaimana suatu produk KFC menemukan ukuran objektif dalam kesepakatan nilai tukar atau yang lebih nyata adalah terjadinya pembentukan harga melalui mekanisme kekuatan pasar (market demand vs market supply). Kekuatan pasar inilah yang dapat meningkatkan kreativitas produk KFC dengan seluruh orientasi nilainya yaitu demokrasi, individualisme, kapitalisme, dan hak azasi manusia yang merupakan nilai-nilai budaya Amerika yang diekspresikan, digandakan dalam arti diproduksi serta dijual ke dalam masyarakat. Amerika dengan tujuan untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Melalui motto, ?we give you what you want and we give you what you need?. Artinya, mereka telah menyediakan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Melalui ikon Colonel Harland Sanders, KFC telah berubah citra menjadi makanan sehat, praktis, modern, kuat, dinamis, maju, up to dare dan cepat saji yang merupakan image masyarakat Amerika. Dengan berinteraksinya nilai-nilai budaya Amerika ke dalam produk-produk KFC ditambah image Amerika yang telah menjadi citra KFC, sehingga KFC berubah makna dan nilainya menjadi produk kebudayaan populer Amerika.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Milyartini
"Tesis berjudul MBKNA KEBERADAHN MUSIK MINIMLLIS DALAM M SYARAKAT TEKNORRASI AMERIKA TAHUN 1960AN berupaya untuk mengungkap dualisme atau sifat paradoks yang terdapat dalam musik minimalis, yakni sebagai bagian dari budaya tending (counter culture) dan sebagai bagian dari arus budaya utama (the mainstream culture) Mengapa musik minimalis menunjukkan sifatnya yang paradoks? Kajian ini dilakukan karena pada tahun 196Oan, kehadiranmusik minimalis mendapat perlawanan keras dari komposer di lingkungan akademik terutama dari kelompok serialis and aleatorik, maupun media masa. Musik minimalis dianggap radikal, tidak manusiawi, estetika facisme and lain-lain. Hal ini terjadi karena konsep musik minimalis menimbulkan perasaan yang seolah-olah melawan kinginan untuk berpikir. Efek demikian memang diinginkan oleh komposer minimalis terutama La Monte Young and Terry Riley, karena mereka memang ingin menciptakan musik yang dapat menimbulkan perasaan transenden.
Fenomena transenden ini menarik untuk dakaji lebih lanjut mengingat pada tahun l96Oan, terdapat kecenderungan dari kaum muda Amerika untuk mencari pengalaman transenden melalui penggunaan bius, mempelajari ritual dafi timur , dan hal-hal magis lainnya. Adakah keterkaitan fenomena transenden pada musik minimalis dengan fenomena transenden pada kebudayaan tanding (counter culture) yang ditunjukkan oleh kaum muda Amerika pada tahun 196Oan? Untuk menjawab pertanyaan ini digunakan teori tentang mitos kesadaran objektif dalam masyarakat teknokrasi Amerika yang dikemukakan oleh Theodore Roszak. Teori tersebut digunakan karena menurut Roszak timbulnya upaya untuk mencari pengalaman transenden dikalangan kaum muda Amerika pada tahun 196Oan, terjadi karena dominasi pemikiran rasional and objektif sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Amerika, telah memasuki batas wilayah perasaan manusia yang bersifat subjektif. Akibatnya timbul tekanan-tekanan psikologis, sehingga manusia berupaya mencari sarana lain di luar tradisi kebudayaannya, yang dapat menyeimbangkan kembali kebutuhan spiritualnya.
Setelah dilakukan kajian pusataka dan rekaman musik, diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa musik minimalis merupakan bagian dari budaya tanding yang berupaya mengingatkan manusia akan keberadaan dimensi lain yang tidak bersifat rasional dan hanya dapat dipahami kehadirannya melalui kepekaan perasaan manusia. Komposer minimalis berupaya mengganti otoritas konsep musik yang lama, dengan konsep barn yang dapat memberikan alternatif pengalaman batin dan menciptakan hubungan antar manusia yang lebh manusiawi. Selain itu diperoleh juga jawaban bahwa musik minimalis merupakan bagian dari kebudayaan utama (masyarakat teknokrasi), karena dalam menciptakan musik minimalis, para komposer menggunakan pertimbangan sains dan teknologi, serta melalui Cara yang sangat ilmiah. Berdasarkan temuan tersebut diambil kesimpulan bahwa keberadaan musik minimalis dalam kehidupan masyarakat teknokrasi Amerika tahun 1960an, sesungguhnya merupakan bentuk kompromi
komposer terhadap sistem masyarakat teknokrasi. Upaya untuk mengubah dominasi pemikiran rasional dalam budaya utama tidak mencapai sasarannya karena mereka bekerja dengan Cara yang rasional.

Abstract
Thesis ?THE MANING OF MINIMBL MUSIC EXISTENCE IN AMERICAN TECHNOCRACY 1960S" tried to analyze the paradox of American minimal music as a part of counter culture and also as a part of the mainstream culture especially the technocracy society. Why minimal music in the sixties seemed paradox? This is the main question of the thesis.
The background of this thesis come from the reality that minimal music in the sixties is accused as radical, dehumanized, artistic nihilsm, aesthetic fascism,m, by the academic composer ( serialist and aleatoric composer), and also by mass media.
This comment was coming up to the composer, because the effect of their musical concept, tend to deny the listeners intellectuality. Actually, this phenomena is what the composer desired, because minimal music, according to La Monte Young and Terry Riley, is meditative or transcendental music. It is interesting to know, is there any relationship between the transcendental phenomena in minimal music with the transcendental phenomena of American Youth Culture in the sixties (part of counter culture)?
The framework used to answer this question is based on the theory about ?the myth of objective consciousness? from Theodore Roszak. He argument that the youth culture phenomena especially the transcendental experience, is happened because ??there is one way of gaining access to reality - so the mvth holds - and this is to cultivate a state of consciousness cleaned of all subjective distortion, all personal involvement. What flows from
this state of consciousness qualifies as knowledge, and nothing else does." (Roszak,1968:208). This domination was pressing psychologically to the people, so they tried to look for another way to gain spiritual experience, not from their cultural tradition, to cover their spiritual
needs.
Through research from the literature, and analysis minimal music itself, such information was gained, and there were indication that proved minimal
music as a part of counter culture. By minimal music, the composer tried to remind people about another reality which is not rational and could be perceived only through human feeling. Another point is, the composer like to offer the new concept in music as a spiritual experience and as a place to improve the human relation more human. On the other hand there also information that minimalism is a part of the mainstream culture, because the way, how the composer create minimal music, indicated what Roszak said about technocracy and the myth of objective consciousness. They are art off American technocracy that justifies themselves by science and technology. Based on all of these information , we can conclude that the meaning of minimal music existence in American technocracy l960s, is a conformity of the composer to the system."
2001
T4829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Wicaksono
"ABSTRAK
Tesis ini berusaha menunjukkan bahwa nilai-nilai konservatif Presiden George W. Bush mengaktifkan kekuatan di antara pranata politik (pemerintah) dan pranata agama (gereja). Pengaktifan pranata politik dan pranata gereja diperlukan Presiden Bush untuk menjalankan kebijakan keamanan guna melawan ancanian terorisine. Tesis ini menggunakan teori-teori dan konsep-konsep antara lain dari Parsudi Suparlan mengenai nilai-nilai yang sakral dan konsep mengenai konservatif dari Mickletwait dan Woodridge. Pada bab pendahuluan diuraikan latar belakang, hipotesis, permasalahan penelitian dan kerangka teori. Pada intinya, tesis ini mencoba melihat dari dekat hubungan antara nilai-nilai budaya yang sakral yang terdapat pada : individu, masyarakat dan negara. Ketiga unsur tersebut membentuk hubungan hirarki yang disesuaikan dengan konteks permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai. Ancaman terorisme yang menjadi agenda politik Presiden Bush memperkuat kedudukan negara dalam hubungan ketiga unsur tersebut. Bab-bab selanjutnya menjelaskan diantaranya mengenai peran agama dalam politik di Amerika, sejarah konservatif Amerika dan keyakinan keagamaan Presiden Bush.

ABSTRAK
This thesis is trying to show that the conservative values of President George W. Bush could activate the powers between the political institution (state) and the religion institution (church) for the War against Terrorism post 11 September 2001. The Activation of both institutions is urgently needed by President Bush in order to implement his security policy and the doctrine of "Either you are with us or against us". The concepts being used are among others those of Parsudi Suparlan regarding the sacred values and those of Mickletwait dan Woodridge concerning the moral and conservative perspectives. The Introductory Chapter will define and explain the subject matter of this thesis and gives the theoretical framework, namely the theories or concepts of the American conservative and of the religious faith of President Bush. This chapter is also trying to analyze the relations among the sacred values: state, community and person with regard to the certain condition dependent on the context and the purpose will be achieved. The terrorist threat as a main political agenda of President Bush will be strengthening the state at the context of hierarchical sacred values. The following chapters will define and explore more on the role of religion in the political arena of the LIS, the history of American Conservative and the religious faith of President Bush.
"
2007
T 17550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>