Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sispa Nuradiana
"Tujuan umum peneltian ini untuk mengetahui Konsumsi Energi Ibu Saat Hamil sebagai Faktor Dominan terhadap Konsumsi Energi Ibu selama Menyusui di Kecamatan Beji, Depok Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional, menggunakan data primer dan sekunder terhadap 146 responden di Kecamatan Beji, Depok.
Hasil penelitian menujukkan rata-rata konsumsi ibu menyusui 1949,56 kkal/hari dan 71,2% ibu menyusui mengonsumsi energi < 80% AKG. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan karakteristik ibu (usia, paritas, dan pengetahuan tentang ASI), konsumsi energi saat hamil, status gizi postpartum, dan karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, status bekerja, dan biaya makan keluarga) terhadap konsumsi energi ibu menyusui.
Analisis multivariat menunjukkan konsumsi energi ibu saat hamil sebagai faktor dominan terhadap konsumsi energi ibu selama menyusui. Terlihat konsistensi rendahnya pola konsumsi ibu saat hamil dan menyusui. Peneliti menyarankan agar pemerintah mempromosikan pentingnya peningkatan konsumsi energi ibu saat periode kehamilan sampai periode menyusui.

Literature describing energy intake of lactating mothers in Indonesia is still low and does not meet the nutritional needs based on the Recommended Dietary Allowances. The first objective of this study was to determine energy comsumption of pregnant women as a dominant factor on energy consumption of lactating women in beji district, depok 2016. The study included 146 lactating mother in Beji District.
The results showed association between maternal characteristics (age, parity and breastfeeding knowledge), energy consumption during pregnancy, postpartum nutritional status, and socio-economics status (education, maternal work status, and family meal expenses) towards maternal energy consumption during lactation, as energy consumption during pregnancy is the dominant factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuha Mufidah
"Target cakupan ASI eksklusif oleh Kemenkes RI sebesar 50% masih sulit dilaksanakan. Berbagai studi menunjukkan bahwa prevalensi ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Pada kenyataannya, jumlah bayi yang benar-benar mendapat ASI eksklusif jauh lebih sedikit dari angka nasional sehingga dalam penelitian ini digunakan istilah ASI predominan. Namun, kampanye ASI eksklusif perlu terus dilanjutkan karena setidaknya akan meningkatkan prevalensi ASI predominan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan lama pemberian ASI predominan di Kecamatan Beji, Depok tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada 140 orang ibu menyusui. Uji yang dilakukan adalah uji chi-square untuk analisis bivariat, serta uji regresi logistik ganda untuk analisis multivariat.
Hasil menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah, status ekonomi kurang mampu, asupan energi <80% AKG (<2080 kkal/hari), serta asupan protein dan lemak <80% AKG akan berisiko untuk memberikan ASI predominan kurang dari 6 bulan. Asupan energi ibu menyusui merupakan faktor dominan (OR = 5,42) terhadap lama pemberian ASI predominan. Selama 6 bulan pertama menyusui, ibu yang asupan energinya <80% AKG (<2080 kkal/hari) berisiko 5 kali lebih besar untuk memberikan ASI predominan kurang dari 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang asupan energinya ≥80% AKG (≥2080 kkal/hari). Sangat penting melakukan peningkatan asupan energi selama menyusui sesuai anjuran, sebab gizi pada ibu menyusui sangat erat hubungannya dengan produksi ASI.
Hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk program dan kebijakan promosi kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif di Indonesia serta memberi masukan kepada ibu menyusui untuk meningkatkan asupan energinya selama menyusui agar semua ibu bisa memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan.

Coverage of exclusive breastfeeding was targeted by Ministry of Health RI to reach 50%. The target is very difficult to achieve. Studies showed that exclusive breastfeeding rate in Indonesia are very low. In fact, the number of babies actually exclusively breastfed much less than the national average so that in this study used predominant breastfeeding. However, the campaign exclusive breastfeeding should be continued for at least will increase the prevalence of predominant breastfeeding. The purpose of this study is to investigate the dominant factor associated with the predominant breastfeeding duration at Beji Sub-district, Depok 2016. This study is quantitative research used cross sectional design conducted on 140 nursing mothers. Tests conducted are chi-square test for bivariate analysis and multiple logistic regression for multivariate analysis.
This study showed that mothers with low education level, economically disadvantaged status, energy intake <80% RDA (<2080 kcal/day), less intake of protein and fat had significant higher risk to give a predominant breastfeeding for less than 6 months. Energy intake of breastfeeding mothers is a dominant factor (OR = 5,42) towards predominant breastfeeding duration. During the first 6 months of breastfeeding, mothers with energy intake <80% RDA (<2080 kcal/day) had risk 5 times greater to give predominant breastfeeding less than 6 months compared with mothers whose energy intake ≥80% RDA (≥2080 kcal/day). It is important to increase energy intake during lactation as recommended, because nutrition in nursing mothers are strongly associated with milk production.
These results are expected to provide input for programs and health promotion policies, especially those related to exclusive breastfeeding in Indonesia and to give input to nursing mothers to increase their energy intake during lactation for all mothers can breastfeed exclusively until 6 months.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulyanti
"ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada tahun 2015 cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Cilandak adalah 43,5%, angka ini masih rendah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan yaitu 80%. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah gizi pada ibu menyusui. Oleh karena itu, ibu yang sedang menyusui sangat membutuhkan makanan dengan gizi yang seimbang selama menyusui, terutama asupan energi selama 6 bulan pertama menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asupan energi ibu menyusui dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja puskesmas kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2016.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur >6-12 bulan, terdaftar di posyandu, dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi bulan pertama ibu menyusui (p=0,006; OR=0,108; 95% CI: 0,022-0,525), pendidikan (p=0,002; OR=0,205; 95% CI; 0,076-0,549),IMD (p=0,011; OR=4,598; 95% CI;1,417-14,923) dan sikap (p=0,008; OR=13,780; 95% CI; 1,987-95,583) dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Cilandak Tahun 2016. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja puskesmas adalah Sikap. Ibu yang memiliki riwayat sikap positif memiliki peluang 13,7 kali untuk memberikan ASI predominan dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki sikap negatif setelah dikontrol oleh variable pendidikan, asupan energi bulan keenam menyusui, dan IMD Perlu adanya pemberian informasi dan edukasi akan pentingnya memiliki sikap positif ketika menyusui.

ABSTRACT
Mother's Milk (ASI) is the best food for infants in the first 6 months of life. In 2015, coverage of exclusive breastfeeding in Cilandak sub-district health centers was 43.5%, this figure is still low compared to the set target of 80%. One of the factors that influence the success of the mother in exclusive breastfeeding is nutrition in nursing mothers. Therefore, women who are breastfeeding are in need of food with balanced nutrition during breastfeeding, especially energy intake during the first 6 months of breastfeeding. This study aims to determine the energy intake of nursing mothers with breastfeeding predominant in the working area of ​​the district health centers cilandak 2016.Penelitian year was quantitative research with cross sectional design. The population in this study were mothers with infants aged> 6-12 months, registered in Posyandu, and lived in Cilandak sub-district Puskesmas. The results of this study indicate that there is a significant relationship between energy intake of the first month of breastfeeding mothers (p = 0.006; OR = 0.108; 95% CI: 0.022 to 0.525), education (p = 0.002; OR = 0.205; 95% CI; 0,076- 0.549), IMD (p = 0.011; OR = 4.598; 95% CI; 1.417 to 14.923) and attitude (p = 0.008; OR = 13.780; 95% CI; 1.987 to 95.583) with predominant breastfeeding in Cilandak sub-district Puskesmas 2016. the most dominant variable related to predominant breastfeeding in the work area health centers is attitude. IMD Need for the provision of information and education on the importance of having a positive attitude when breastfeeding.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destry Rizkawati
"Stunting tidak hanya berdampak pada perawakan yang pendek namun juga padapenurunan fungsi kognitif usia sekolah, menurunkan kapasitas kerja dankemampuan ekonomi serta peningkatan risiko penyakit metabolik di usia dewasa.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor dominan kejadian stuntingpada balita kelompok usia 6-12 bulan, 13-24 bulan dan 25-59 bulan di wilayah kerjaPuskesmas Kelurahan Tambora tahun 2017. Desain penelitian ini adalah kasuscontrol dengan 68 sampel kasus dan 68 sampel kontrol. Data dianalisis dengan ujichi square untuk melihat hubungan antar variabel dan uji regresi logistik gandauntuk menemukan faktor dominan penyebab stunting pada setiap kelompok usia.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tinggi badanibu, kenaikan berat badan hamil, panjang badan lahir, asupan energi saat usia 6-12bulan, 13-24 bulan dan 25-59 bulan, asupan protein saat usia 6-12 bulan dan 13-24bulan, penyakit infeksi dan sanitasi total dengan kejadian stunting pada balita disetiap kelompok usia.
Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktordominan kejadian stunting pada balita kelompok usia 6-12 bulan adalah asupanenergi saat usia 6-12 bulan p-value 0,001; OR 7,382; 95 CI 2,261-24.102 , padakelompok usia 13-24 bulan adalah penyakit infeksi p-value 0,016; OR 7,154;95 CI 1,436-35,653 dan pada kelompok usia 25-59 bulan adalah asupan energisaat usia 13-24 bulan p-value 0,040; OR 12,599; 95 CI 1,125-141,126 . Perluadanya perbaikan asupan gizi balita sesuai kelompok usia dan pencegahan penyakitinfeksi melalui pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat.

Stunting affects not only to short stature but also decreases in cognitive function atschool age, decreases work and economic capacity at the productive age andincreases the risk of metabolic diseases in elderly. The purpose of this study was toanalyze the dominant factors of stunting among children aged grup 6 12 months,13 24 months and 25 59 months in Kelurahan Tambora. This was case controlstudy with 68 cases and 68 controls. The data were analyzed by chi square test forbivariate analysis and multiple logistic regression test to find the dominant factorof stunting in each of age group.
The results of this study shows that there was asignificant relationship between maternal height, weight gain during pregnancy,birth length, energy intake at 6 12 months, 13 24 months and 25 59 months, proteinintake at 6 12 months and 13 24 months, infectious diseases and sanitation withstunting.
Based on multivariate analysis, it was found that the dominant factor ofstunting at 6 12 months children was energy intake at 6 12 months p value 0,001 OR 7,382 95 CI 2,261 24,102 , at 13 24 Months was infectious disease p value0.016 OR 7,154 95 CI 1,436 35,653 and at 25 59 months was energy intake at13 24 months p value 0,040 OR 12,599 95 CI 1,125 141,126 . It is necessaryto improve the nutritional intake of under five children and prevention of infectiousdiseases through community based total sanitation approaches.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Lisik Miko
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41269
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riandi Verdi
"Prevalensi karies gigi anak masih sangat tinggi di Kota Bekasi. Hal ini sangat memprihantinkan karena anak-anak merupakan salah satu modal utama dalam membangun masa depan bangsa. Salah satu cara dalam membantu mengatasi masalah tersebut adalah melalui program UKGS. Program UKGS di Kota Bekasi dilaksanakan oleh semua Puskesmas, termasuk Puskesmas Mustikajaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil implementasi program UKGS pada masa adaptasi kebiasaan baru di Puskesmas Kecamatan Mustikajaya pada tahun 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terlibat dalam program UKGS di Mustikajaya. Tidak ada perbedaan komponen hasil implementasi antara masa sebelum pandemi dengan setelah pandemi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi kepada Puskesmas Mustikajaya dan dilanjutkan ke sekolah. Terdapat SOP pelaksanaan program UKGS yang bersumber dari Kementerian Kesehatan. Sumber daya manusia dirasakan masih kurang tercukupi, fasilitas dan pendanaan berasal dari BLUD dan BOK. Terdapat SK penunjukkan penanggung jawab program UKGS. Para responden menyatakan berkomitmen penuh pada program UKGS. Paket I dan II Program UKGS Puskesmas Mustikajaya memiliki nilai sebesar 99,8% dan Paket III memiliki nilai 26,9%. Hal ini menandakan program UKGS belum berjalan dengan maksimal dan perlu ada perbaikan dan peningkatan pelayanan UKGS lebih lanjut.

Dental caries children’s prevalence in Bekasi City is still very high. This is a concerning matter since children are one of the main assets to build the nation’s future. UKGS become one of the solutions to overcome the problem. The UKGS program in Bekasi city is implemented by all Community Health Centers (CHC), including Mustikajaya CHC. The aim of the research is to determine the results of the implementation of UKGS program during the adaptation of new habit period at the Mustikajaya CHC in 2023. There is no difference in the components of implementation results between the pre-pandemic and post-pandemic periods. Qualitative methods was conducted in the research by using depth interview method through the parties that involved in the UKGS program in Mustikaya PHC. The results showed that the socialization was carried by the Bekasi Public Health Office to Mustikajaya CHC and continued to schools. There is an SOP for the UKGS program that made by Ministry of Health. Human resources are still inadequate, facilites and funds come from BLUD and BOK. A decree was appointed to the people in charge of the program. The respondents were fully commited to the UKGS program. The value of UKGS Package I and II are 99,8% while the Package III is 26,9%. This indicates that the UKGS program is not running optimally and need a further improvement and enhancement of UKGS services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Dwi Daningrat
"Stunting merupakan suatu bentuk kegagalan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh buruknya nutrisi dan kesehatan. Stunting diukur dalam tinggi badan berdasarkan umur dengan -2 Z-score dibawah referens internasional. Stunting masih cukup serius di Indonesia dengan prevalens 37,2% pada tahun 2013. BBLR merupakan determinan penting terjadinya stunting pada anak yang mana BBLR merupakan gambaran buruknya status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia setelah dikontrol dengan variabel potensial confounder lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional study dengan menggunakan data Riskesdas 2013. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah stunting, dan variabel independen utama adalah BBLR dengan ASI eksklusif, urutan kelahiran, imunisasi, jenis kelamin, konsumsi kapsul vitamin A, usia ibu saat melahirkan, status sosial ekonomi, jumlah anggota keluarga, status stunting saat lahir, panjang badan lahir dan kepemilikan KMS sebagai variabel potensial confounder. Hasil analisis menunjukan BBLR berhubungan secara signifikan dan independen dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 Bulan di Indonesia. Anak yang lahir BBLR memiliki peluang 1,5 (95% CI: 1,14 - 2,07) kali untuk stunting dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal.

Stunting is a linier growth failure caused by inadequate nutrition and health. Stunting is defined as height for age with Z-score below -2 SD according to international reference. Stunting is still a serious health problem in Indonesia with a prevalence of 37,2% in 2013. LBW is an important determinant of stunting in children as LBW represents poor maternal nutritional status before and during pregnancy. The main objective of the study is to determine the relationship between LBW and stunting in children age 6-23 months in Indonesia after controlling by other potential confounding factors. This study is a cross-sectional study of Indonesia Basic Health Research data in 2013. Stunting is a dependent variable in this study, and LBW as the main independent variable with Exclusive Breastfeeding, Birth Order, Immunization, Gender, Vitamin A Supplementation, Mother's Age At Birth, Social Economy Status, Family Size, Stunting at Birth Status, Birth Length, and Growth Chart Ownership as potential confounding factors. The results of the analysis shows that LBW are independently and significantly correlated with stunting in children age 6-23 months in Indonesia. children born with LBW has an odds 1.5 (95% CI: 1.14 - 2.07) to be stunted compared to children with normal birth weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Mulia Ningsih
"ABSTRAK
Nama : Winda Mulia NingsihProgram Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat, Kekhususan GiziJudul : Pengaruh Stunted pada Usia 1 ndash; 5 Tahun terhadap Obesitas Usia5 ndash; 26 Tahun Berdasarkan Data IFLS Tahun 1993 ndash; 2014 Latar Belakang: Seperti Negara berkembang lainnya, Indonesia sedangmenghadapi masalah gizi yang cukup serius. Masalah gizi kurang belum teratasinamun muncul masalah gizi lebih yang terjadi pada semua siklus daur kehidupan.Bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat mengakibatkan kerugian baiksecara ekonomi maupun sumber daya manusia yang berkualitas.Tujuan: Diketahuinya pengaruh stunted pada usia 1 ndash; 5 tahun terhadap obesitasusia 5 ndash; 26 tahun berdasarkan data IFLS tahun 1993 ndash; 2014Metode Penelitian: Desain yang digunakan adalah studi longitudinal denganmenggunakan data Indonesian Family Life Survey IFLS I tahun 1993, IFLS 2tahun 1997, IFLS 3 tahun 2000, IFLS 4 tahun 2007, dan IFLS 4 tahun 2015. Sampelyang dapat di follow-up dari IFLS I ndash; IFLS 5 sebanyak 927 orang.Hasil Penelitian: Stunted pada usia 1 ndash; 5 tahun tidak mempengaruhi obesitas usia5 ndash; 26 tahun p= 0,284; OR = 0,982 . Akan tetapi, variabel riwayat IMT ayah p=0,000; OR=1,27 , daerah tempat tinggal p=0,037; OR=0,969 , dan polakonsumsi buah dan sayur p= 0,000; OR = 0,918 mempengaruhi obesitas dewasa.Kesimpulan: Obesitas usia 5 ndash; 26 tahun dipengaruhi oleh riwayat IMT ayah,daerah tempat tinggal, pola konsumsi buah dan sayur, bukan dipengaruhi olehstunted pada usia 1 ndash; 5 tahun.Kata Kunci: Stunted, riwayat IMT ayah, daerah tempat tinggal, pola konsumsibuah dan sayur, obesitas.

ABSTRACT
ABSTRACTName Winda Mulia NingsihStudy Program Ilmu Kesehatan Masyarakat, Speciality GiziTitle Stunted Influence on Ages 1 ndash 5 Years Against Obesity Ages 5 ndash 26 Years Based on IFLS Data Year 1993 ndash 2014 Background Like the other developing countries, Indonesia is facing seriousnutrition problems. Under nutrition problems are not yet resolved but over nutritionproblems arise in all life cycles. If not handled quickly and accurately can lead tolosses both economically and qualified human resources.Aim To find out of Stunted Influence on Ages 1 ndash 5 Years Against Obesity Ages 5 ndash 26 Years Based on IFLS Data 1993 ndash 2014 .Method The design used is longitudinal study using Indonesian Family Life Survey IFLS I data 1993, IFLS 2 year 1997, IFLS 3 year 2000, IFLS 4 year 2007 andIFLS 4 year 2015. Samples eligible as many 927 people.Results Stunted at age 1 5 years did not influence obesity aged 5 26 years p 0.284 OR 0.982 . The father 39 s BMI history p 0,000 OR 1,27 , residencearea p 0.037, OR 0.969 , and fruits and vegetables consumption patterns p 0,000 OR 0.918 influence obesity at age 5 26 years.Conclusion Obesity at aged 5 26 years by father 39 s BMI history, residence area,and fruits and vegetables consumption patterns, not by stunted at age 1 5 years.Key Word Stunted, father 39 s BMI history, residence area, fruits and vegetablesconsumption patterns, obesity
"
2017
T50024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitya Safira Birahmatika
"Kualitas diet pada wanita dewasa masih menjadi masalah. Memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan (health concern) dapat berkaitan dengan pola makan. Wanita, khususnya ibu yang memiliki anak usia balita dan pra-sekolah umumnya makan di rumah. Sehingga lingkungan pangan rumah juga berkontribusi terhadap perilaku makan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health concern dan kualitas diet, serta mengetahui apakah lingkungan pangan rumah memediasi untuk hubungan ini. Studi potong lintang ini berlokasi di Jakarta Utara, dengan sampel sebanyak 229 subjek dengan metode penarikan sampel consecutive. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Health concern diukur dengan General Health Interest Scale (GHIS). Lingkungan pangan rumah diukur dengan Consumer Behavior Questionnaire (CBQ). Data kualitas diet dinilai dari 2x24-hour dietary recall dan skor Diet Quality Index-International (DQI-I). Sebagian besar subjek memiliki kualitas diet yang rendah (nilai mean skor DQI-I: 41.44).
Tidak terdapat korelasi bermakna antara health concern dan kualitas diet (r=0.092, P-value=0.166). Setelah di-adjust dengan usia, lingkungan pangan rumah khususnya ketersediaan sayur tidak memediasi hubungan antara health concern dan kualitas diet (IE=0.012, P-value=0.096). Hasil regresi linier berganda juga menunjukkan usia sebagai prediktor kualitas diet (β=0.196, P-value=0.024). Diperlukan upaya kolaboratif untuk memperbaiki kualitas diet pada ibu, dengan meningkatkan health concern serta pemahaman tentang pemilihan jenis makanan berdasarkan kualitas gizi saat membeli makanan. Rekomendasi untuk studi lanjutan dapat meneliti perbedaan health concern menurut usia, serta kaitannya dengan perilaku makan dan kualitas diet.

Diet quality among women remains a major issue. Having health concern may be related to diet. Mothers with young children usually had their meals at home, thus home food environment could play a role in shaping dietary behavior. This study aims to examine the association between health concern and diet quality, and whether home food environment mediates this relationship. This cross-sectional study was conducted in urban slum area in North Jakarta, involving 229 mothers of young children through consecutive sampling. Data was collected using structured questionnaire, including General Health Interest Scale (GHIS) for health concern, Consumer Behavior Questionnaire (CBQ) for home food environment, and 2x24-hour dietary recall to determine the score of Diet Quality Index-International (DQI-I). Statistical analysis included correlation, multiple linear regression, and path analysis. Majority of the mothers had poor diet quality, with mean DQI-I total score of 41.44 out of 100.
There was no significant correlation between health concern and diet quality (r=0.092, P-value=0.166). After adjusted with age, home food environment did not mediate the relationship between health concern and diet quality. Multiple linear regression also showed age as a significant predictor of diet quality (β=0.196, P-value=0.024). Promoting health concern and healthier food choice when eating out or purchasing take-out food would be beneficial to improve diet quality among mothers of young children. Future study is also recommended to explore how age group differs in viewing health as importance, which could lead to dietary practices.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library