Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aufi Zaha Yuniar
"Pemerintah Republik Indonesia memiliki target penanganan kawasan kumuh hingga 0% sebagai permulaan pengembangan smart city di tahun 2045. Identifikasi tingkat kekumuhan yang dilakukan pemerintah serta metode penanganannya lebih fokus terhadap lingkungan hunian sehingga ada kemungkinan munculnya permukiman kumuh yang tidak terlihat kumuh, atau sebaliknya. Indeks komposit telah digunakan sebagai metode penilaian sustainabilitas di berbagai skala dan sektor, salah satunya dalam skala permukiman. Penelitian dilaksanakan pada 4 kampung kota di Jabodetabek: kampung Cikini, kampung Gedong Pompa, kampung Cimone-Cincau & kampung Markisa. Dengan menggunakan indikator yang menggambarkan 3 parameter sustainabilitas, kampung Cimone-Cincau memiliki tingkat sustainabilitas terbaik (0,75) dan kampung Gedong Pompa memiliki tingkat sustainabilitas terendah (0,52). Belum ada kampung yang berhasil mencapai target program nasional penanganan permukiman kumuh KotaKu, 100% akses sanitasi & 100% akses air bersih. Pencapaian terhadap akses sanitasi di area studi berkisar di angka 87-97%, sementara akses air bersih hanya maksimal di angka 98% dengan pencapaian terendah 4%. Rendahnya akses sanitasi dan air bersih ini ditambah dengan permasalahan area terbuka dan vegetasi peneduh dapat berdampak pada kualitas hidup dan lingkungan serta kerentanan terhadap perubahan iklim. Penanganan kampung kumuh yang menyeluruh perlu melibatkan penegang kepentingan dari beragam sektor untuk mengatasi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan usaha program partisipasi masyarakat.

Republic of Indonesia’s Government has a target of 0% slum area as a starting point for smart city development in 2045. Slum identification and intervention method carried out by the government focuses mainly on the settlement’s environment with a possibility of slum that does not look like a slum or vice versa. Research is done on 4 urban slums in Jakarta Greater Area, Kampung Cikini, Kampung Gedong Pompa, Kampung Cimone-Cincau, and Kampung Markisa. By using indicators to describe the 3 sustainability pillars, Kampung Cimone-Cincau has the best sustainability with 0,75 and Kampung Gedong Pompa has the worst sustainability with 0,52. No urban slum has achieved the target of the national slum intervention program, KotaKu with 100% access to sanitation, and 100% access to clean water. All study locations reach 87-97% sanitation access, while access to clean water maxed out at 98% with 4% as the lowest. Low access to sanitation and clean water, with open area and tree cover problem can have an impact on dweller’s quality of life and environment, making them vulnerable to climate change. A thorough urban slum intervention needs to involve stakeholders from various sectors to overcome problems that cannot be resolved with community participation efforts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library