Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfatiane Putrini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Swasono Hadi
Abstrak :
ABSTRAK
Self deception adalah suatu konsep dengan banyak definisi. Dalam penelitian ini sendiri penggunaan istilah Self deception mengacu kepada penjelasan Goleman (1997) yaitu suatu keadaan tidak disadarinya keberadaan informasi negatif pemicu kecemasan, baik sebagian atau seluruhnya, sebagai akibat bekerjanya mekanisme pengalihan perhatian atau mekanisme penyimpangan ingatan yang dilakukan oleh skemaskema di luar kesadaran. Sementara itu, salah satu perkembangan menonjol yang terjadi dewasa ini adalah semakin meningkatnya peran media massa dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan tersebut tidak bisa dihindari bahwa berita-berita yang disampaikan media massa turut pula menimbulkan efek perasaan negatif dalam kalangan masyarakat. Hal ini bukan hanya disebabkan karena adanya faktor penilaian subyektif masingmasing anggota masyarakat tetapi juga unsur keberpihakan dalam diri media massa itu sendiri. Mencermati hal tersebut peneliti melihat ada kemungkinan keterkaitan antara pemberitaan media massa dengan proses self deception, di mana berita-berita yang disajikan media massa berpotensi menimbulkan kecemasan pada masyarakat sehingga dapat menjadi faktor pendorong terjadinya proses self deception. Untuk meneliti kemungkinan hubungan tersebut, sekaligus dalam upaya untuk lebih memahami proses self deception, maka peneliti melakukan eksperimen secara randomized two group. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah secara insidental. Subyek penelitian diambil dari kelompok Forum Studi Orientasi Islam (Forsis). Dengan pertimbangan kemudahan, penelitian ini dikhususkan kepada berita dalam bentuk tertulis atau berita media cetak. Prosedur yang dilakukan adalah memberikan berita netral kepada kelompok kontrol dan berita negatif kepada kelompok eksperimen, kemudian meminta mereka me-recall kata-kata tertentu yang diminta. Walau kedua bacaan tersebut berbeda isi dan konteksnya, namun kata-kata yang harus di-recall sama persis untuk kedua kelompok. Faktor agama menjadi dasar interpretasi berita, dimana berita negatif merupakan berita memojokkan agama yang dianut subyek penelitian (kelompok eksperimen). Hipotesa alternatif penelitian ini adalah bahwa kelompok eksperimen yang menerima berita negatif hasil recall-nya akan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima berita netral. Jika hal itu terbukti, maka defisit dalam ingatan kelompok eksperimen mengindikasikan kemungkinan terjadinya proses self deception. Hasil analisa kuantitatif penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesa alternatif ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara hasil recall kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Walau demikian hasil analisa kualitatif menunjukkan terjadi penyimpangan dalam sejumlah recall kelompok ekseprimen, dimana sebagian kecil di antaranya memenuhi kriteria sebagai proses sel f deception. Melalui penelitian ini juga diperoleh beberapa hasil sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut mengenai masalah self deception, yaitu: 1. Pemberian informasi negatif yang terkait langsung dengan subyek penelitian kemungkinan akan berpotensi lebih besar memicu terjadinya proses self deception. 2. Kredibilitas sumber informasi hendaknya mendapat perhatian, karena informasi negatif yang berasal dari sumber yang kredibel dan memiliki data penunjang yang kuat akan lebih mudah menimbulkan kecemasan. Hal ini penting karena dalam teori Goleman kecemasan merupakan intervening faktor dalam menimbulkan self deception. 3. Kesempatan untuk mengalihkan perhatian nampaknya merupakan faktor pendukung bagi terjadinya self deception, karena hal tersebut akan menghambat informasi negatif untuk disadari. 4. Adanya perbedaan individual para subyek penelitian dalam menyikapi informasi negatif menunjukkan kemungkinan adanya secondary variabel yang berpengaruh terhadap proses self deception, seperti mungkin faktor rentang perhatian, usia atau tingkat kecemasan. Untuk itu diperlukan studi lanjutan yang bertujuan mengidentifikasi karakteristik individual yang dapat mempengaruhi self deception tersebut. Pengidentifikasian secondary variabel tersebut juga akan berguna dalam menerapkan prosedur kontrol penelitian yang lebih ketat. Untuk meningkatkan validitas pengukuran hal lain yang dapat dilakukan adalah menambah jumlah sampel, hal ini selain akan meningkatkan kemampuan generalisasi penelitian juga akan mempertinggi nilai t. 5. Dengan memperhatikan sejumlah saran yang telah diberikan hendaknya dapat dibuat alat ukur baku atau standar baku untuk mengukur self deception.
2003
S3217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rozandi Suhaidi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan strategi regulasi emosi pada individu dengan kecenderungan locus of control internal dan individu dengan kecenderungan locus of control eksternal pada pria dewasa muda. Strategi regulasi emosi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 9 strategi yang digunakan oleh Gamefski (2001) pada penelitiannya yaitu self-blame, other-blame, acceptance, refocus on planning, refocus positive, rumination or focus on thought, positive reappraisal, putting into perspective, dan catastrophizing. Subyek penelitian adalah sebanyak 232 pria dewasa muda. Data untuk mengukur regulasi emosi diperoleh melalui kuesioner the cognitive emotion regulation questionnaire (CERQ) dan alat ukur locus of control menggunakan Rotter I-E scale. Uji validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan konsistensi internal, sedangkan perhitungan reliabilitas alat ukur menggunakan metode Cronbach alpha. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur perbedaan penggunaan strategi adalah t-test, dan analisis faktor untuk mendapatkan pengelompokkan data. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan strategi regulasi emosi pada individu dengan kecenderungan loc internal dan individu dengan kecenderungan loc eksternal pada pria dewasa muda. Hasil lain yang diperoleh adalah adanya perbedaan yang signifikan pada pengguna strategi refocus positive ditinjau dari kecenderungan loc individu dengan nilai koefisien signifikansi 0,009. Dan strategi regulasi emosi yang banyak digunakan oleh pria dewasa muda adalah rumination or focus on thought. Saran yang diajukan peneliti adalah, (1) untuk meyakinkan nilai reliabilitas dan validitas, maka sampel yang dipergunakan dalam penelitian diperbanyak dan instruksi harus diberikan sejelas-jelasnya kepada responden (2) melakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel penelitian lain, agar penelitian ini dapat lebih bermanfaat bagi dunia psikologi.
2005
S3481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisya Eka Setiawati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini adalah mengenai perbedaan strategi regulasi emosi ditinjau dari trait arvciety pada dewasa muda. Dari beberapa literatur diketahui bahwa terdapat perbedaan antara individu yang memiliki trait arvciety tinggi dengan individu yang memiliki trait arvciety rendah dalam menilai dan memproses informasi yang dirasakan mengancam (Eysenck, 2000; MacLeod et al., 1997). Hal ini memungkinkan adanya perbedaan strategi dalam mengatasi stimuius tersebut dan dapat berpengaruh pada keadaan emosional yang ditimbulkannya. Cara seseorang mempengaruhi kondisi emosionalnya disebut regulasi emosi (Gross, 1999). Regulasi emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah regulasi emosi kognitif yaitu cara yang digunakan individu untuk mengatur pengaruh dari informasi yang dapat meningkatkan kondisi emosionalnya dengan melibatkan aspek kognisi atau pikiran yang bertujuan untuk dapat mengatur atau meregulasi keadaan emosional yang dirasakannya (Thompson dalam Gamefski et al., 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan strategi regulasi emosi kognitif yang digunakan dewasa muda yang memiliki trait arvciety tinggi dengan dewasa muda yang memiliki trait arvciety rendah. Subyek dari penelitian ini adalah pria dan wanita yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda (20-40 tahun) karena trait kepribadian yang dimiliki seseorang bersifat lebih stabil pada tahap perkembangan ini. Selain itu, emosi negatif sering terjadi pada tahap dewasa muda (Garnefski et al., 2002; Cartensen et ai.. 2000) sehingga dibutuhkan kemampuan regulasi emosi yang baik dalam menghadapi emosi negatif tersebut. Penelitian ini menggunakan Cognitive Emotion Regulaliort Ouestiorrnaire untuk mengukur strategi regulasi emosi kognitif yang digunakan subyek dan State-Trait Anxiety Inventory untuk mengukur trait arvciety yang dimiliki subvek. Berdasarkan penghitungan kuesioner yang diisi oleh 141 subyek pria dan 170 subyek wanita diperoleh 88 subyek yang memiliki trait arvciety rendah dan 79 subyek yang memiliki trait arvciety tinggi. Dari penghitungan dengan menggunakan metode penghitungan t-test diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan strategi self blartre, rumination, refocus on planning, positivc reappraisal, catastrophizing, blamir.g others, dan positive refocusing. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan strategi acceptance dan putling into perspective antara kedua kelompok. Berdasarkan perbandingan nilai mean diketahui bahwa dewasa muda yang memiliki Irail awtiety tinggi lebih sering menggunakan strategi yang kurang adaptif dibandingkan dewasa muda yang memiliki trait aivcicty rendah. Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini. sebaiknya digunakan metode pengumpulan data selain self report questiormaire untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai irait aivciety dan strategi regulasi emosi yang digunakan subyek. Saran lainnya, perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh proses kognitif terhadap strategi regulasi yang digunakan seseorang dan untuk tujuan intervensi, perlu diteliti strategi regulasi emosi kognitif apa yang paling efektif dalam membantu mengatasi kecemasan.
2005
S3482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Irawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Khadriyati Handayani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Febrianti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kailimang, Lukas
Abstrak :
The ability to comprehend symbolic representations is deemed as an imperative property of human cognition in the midst of this symbol-flooded world. This study aimed to investigate the early development of this ability and its relation to self-recognition in the second year of life. I presented children with a novel video game (SONY PlayStation 2 Eye Toy or ET), in which child's own image is incorporated in the game's display. Using detailed observation of children's responses to the experimental and control conditions, I investigated if they recognized this unusual symbol-referent relation. I also surreptitiously marked each child on their forehead to study if they recognized themselves in the video image (VSR). The underlining assumption is that in order to pass the self-recognition task, children should grasp basic correspondence of image-referent in the video reflection. Thus, those who passed the visual self-recognition task were hypothesized to also demonstrate better performance on the Eye Toy game than those who did not pass. Participants consisted of 8,24-month-olds and 12,30-month-olds. Results revealed that there was no difference between older and younger children performance in both ET and VSR tasks. Although children did display some insight to the novel symbol-referent relation in the game, their performance in ET and VSR task was not related. Implications and suggestion for future research in this area are discussed in light of the new findings.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S16200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asrigantini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S2047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliah Bagus Purwakania Hasan
Abstrak :
ABSTRAK
Kreativitas merupakan sesuatu yang penting untuk pembangunan bangsa. Namun banyak penelitian ilmiah yang mengindikasikan bahwa pendldlkan formal dan llngkungan sehari-hari cenderung menghambat dan mengabalkan stimulasi yang dapat mendorong terjadinya kreativitas. Untuk Itu, upaya untuk meningkatkan kreativitas, termasuk kreativitas mengarang. perlu ditingkatkan dengan balk. Sejalan dengan kemajuan teknologi, dikembangkan pelatlhan mengarang yang menggunakan komputer {computer assisted writing). Terdapat dua jenis program mengarang berbantuan komputer yang diajarkan di pusat pembeiajaran komputer bagi anak dl Indonesia, yaltu mengarang tanpa bantuan gambar dan dengan bantuan gambar. Dalam penelitian ini program tersebut dllntegrasikan dengan pengajaran metaforik Gordon yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dengan mengajarkan strategl pemecahan masaiah yang unik (lieuristik): "membuat sesuatu yang biasa menjadi aneh, dan membuat sesuatu yan aneh menjadi biasa". : ' Mengacu pada model Interaksl manusla-komputer, faktor manusia dianggap sangat mempengaruhi efektivitas penggunaan komputer. Karena itu. dalam penelitian Ini. diperhatlkan keunlkan Indivldu pemakal komputer. Derajat toleransi terhadap ambiguitas. yang dianggap mempengaruhi tingkat kreativitas diambll sebagai salah satu variabel keunlkan indlvidu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pada orang yang intoleran terhadap ambiguitas, gambar (yang berfungsi sebagai penyangga) dapat membantu proses pengajaran metaforik Gordon daiam meningkatkan kreativitas mengarang; dan sebaliknya pada orang yang toleran terhadap ambiguitas justru mengurangi tingkat kreativitas mengarang. Penelitian ini diharapkan dapat membantu menentukan strategi yang tepat untuk meningkat kualitas kurikulum pengajaran berbantuan komputer dan kurikuium pengajaran mengarang yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama kelas dua yang berusia sekitar 13-15 tahun. Penelitian ini akan dilakukan dengan disain faktorial {randomized blocked factorial design) dan teknik statistik ankova. Untuk menilai peningkatan kreativitas menulis akan dipergunakan selisih nilai posttest dan pretest yang didapat dari analisis feature yang dikembangkan Sharpies. Sedangkan untuk mengukur intoleransi terhadap ambiguitas akan dipergunakan skala Likert yang dikembangkan oleh Budner Hasil penelitian ini secara keseluruhan memperlihatkan bahwa tingkat intoleransi terhadap ambiguitas dan cara apllkasi program mengarang berbantuan komputer mempengaruhi peningkatan skor kreativitas mengarang subyek. Pada keseluruhan karangan, tingkat kata dan frasa, serta tingkat kalimat terlihat bahwa kelompok yang menggunakan cara aplikasi program tanpa gambar lebih memancing peningkatan kreativitas mengarang daripada cara aplikasi program dengan gambar, namun pada tingkat karangan cara aplikasi program dengan gambar lebih memancing peningkatan kreativitas mengarang daripada cara aplikasi program tanpa gambar. Sedangkan untuk pengaruh derajat toleransi terhadap ambiguitas, kelompok yang toleran terhadap ambiguitas lebih mengalami peningkatan kreativitas mengarang daripada kelompok yang intoleran terhadap ambiguitas. baik pada keseluruhan karangan maupun semua tingkat karangan.
1997
S2264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>