Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krishna Ismira Nurhanjati
"ABSTRAK
Dalam melaksanakan pengawasan mutu produk obat baik di bidang
farmasi maupun makanan dibutuhkan tersedianya baku pembanding kimia yang
memenuhi ketentuan farmakope internasional maupun regional. Baku
pembanding diperlukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian dari hasil
analisis yang digunakan dalam pengujian farmasi dan pemeriksaan obat pada
umumnya. Baku pembanding merupakan bahan yang terpilih berdasarkan
kemurnian yang tinggi, karakteristik, serta kesesuaian penggunaan. Bahan baku
obat yang diperoleh dari industri-industri farmasi, biasanya telah dilengkapi dengan dokumen sertifikat analisisnya, namun masih diperlukan serangkaian
proses uji kemurnian untuk menetapkan apakah suatu bahan baku tersebut
memenuhi ketentuan standar yang berlaku. Ketoconazol dan Nystatin adalah
bahan baku obat yang akan ditetapkan kemurniannya. Metode analisis yang
digunakan untuk menguji adanya zat-zat pengotor dari kedua bahan baku tersebut
adalah dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Pada uji kemurnian
sampel ketoconazol diperoleh kemurnian sebesar 97,7315% dan tidak ditemukan
adanya zat-zat pengotor, sedangkan pada sampel nystatin diperoleh kemurnian
sebesar 94,8825% dan terdeteksi ada cemaran yang kadarnya tidak melebihi 4,0%.
Dari hasil uji penetapan kemurnian yang diperoleh, menunjukkan bahwa kedua
sampel di atas memenuhi syarat Baku Pembanding menurut Farmakope
Indonesia."
2008
TA1672
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Indri Prasthi
"ABSTRAK
Dewasa ini, dalam pengawasan mutu bidang farmasi dan makanan
sangat dibutuhkan tersedianya baku pembanding kimia yang memenuhi
ketentuan farmakope. Baku pembanding diperlukan untuk menjamin
ketepatan dan ketelitian hasil analisis yang digunakan dalam pengujian
farmasi dan pemeriksaan obat pada umumnya. Baku pembanding
merupakan bahan yang terpilih berdasarkan kemurnian yang tinggi,
karakteristik, serta kesesuaian penggunaan. Nifedipin yang akan
digunakan sebagai pembanding diperoleh dari industri-industri farmasi.
Bahan baku ini dilengkapi dengan dokumen sertifikat analisisnya dan tidak
dilakukan proses pemurnian. Agar dapat digunakan sebagai baku pembanding, nifedipin tersebut harus diuji kemurniannya dan
dibandingkan dengan baku pembanding primer yang berasal dari Amerika
Serikat (USPRS), Eropa (EPCRS), dan WHO (ICRS). Analisis dilakukan
dengan kromatografi cair kinerja tinggi fasa terbalik dengan klom
Shimpack L1/ oktadesilsilana. Kondisi percobaan yang digunakan adalah
laju alir 1,0 mL/menit, detektor SPD-20A dengan panjang gelombang 235
nm, dan fase gerak berupa campuran asetonitril, metanol, dan air dengan
perbandingan 9 : 36 : 55. Dari hasil pengujian sampel Nifedipin diperoleh
kemurnian 99,9007 % dan total cemaran tidak melebihi 0,3 %, sehingga
terhadap nifedipin dengan nomor batch N0016C dapat diuji lebih jauh dan
ditetapkan kadarnya. Setelah diperoleh kadar yang memenuhi
persyaratan barulah baku pembanding ini dijadikan nifedipin Baku
Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI) dan dapat digunakan oleh
balai-balai yang ada di BPOM, instansi-instansi, dan perguruan tinggi
yang membutuhkan."
2008
TA1678
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Surya Wulan
"ABSTRAK
Bauksit adalah suatu bahan mentah yang tersusun dari satu atau lebih
mineral - mineral aluminium oksida terhidrasi dan pengotor-pengotornya yaitu :
silika, oksida besi, titan serta unsur-unsur kecil lainnya.Titanium merupakan salah
satu pengotor yang terdapat dalam bauksit yang ditentukan kadarnya sebagai TiO2.
Penetapan TiO2 dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode spektrofotometri
dengan alat spektrofotometer UV-VIS yang didasarkan pada : Garam Titan (IV)
direaksikan dengan H3PO4 1 : 1 yang berfungsi sebagai pengasam, yang selanjutnya
akan membentuk garam kompleks berwarna kuning dengan pereaksi H2O2 3%,
kepekatan warna larutan yang dihasilkan berbanding lurus dengan kadar Titan
dalam sampel. Dan metode X-Ray Flourescence Spektrometri dengan alat X-Ray
yang didasarkan pada : ketika atom sampel di-iradiasi dengan foton sinar-x primer yang berenergi tinggi, elektron terlempar keluar dari orbit dalam bentuk
fotoelekron. Hal ini menyebabkan terbentuknya lubang elektron (hole) didalam satu
atau lebih orbital, mengubah atau menjadi ion yang tidak stabil. Untuk
mengembalikan atom pada keadaan yang lebih stabil, lubang di orbital dalam harus
diisi dengan elektron dari orbital luar. Transisi seperti ini biasanya diikuti dengan
emisi energi dalam bentuk foton sinar X sekunder, jumlah foton sinar X sekunder
besarnya sebanding dengan konsentrasi unsur yang diukur. Pada analisis dengan
metode spektrofotometri UV-VIS, diperoleh hasil yang cukup mendekati dengan
kadar sebenarnya, dimana diperoleh rata-rata kadar TiO2 sebesar 2,01% dengan
persen kesalahan 2,98 % dan persen akurasi 97,11%. Pada analisis dengan metode
XRF spektrometri, diperoleh hasil yang sangat akurat dibandingkan dengan metode
spektrofotometri UV-VIS. Hasil yang diperoleh untuk rata-rata kadar TiO2 adalah
1,97%. Rata-rata persen kesalahan yang diperoleh yakni sebesar 1,18%. Sedangkan
rata-rata persen akurasi sebesar 98,83%. Berdasarkan praktik dan pengolahan data
yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan dengan menggunakan alat
spektrofotometer saja kadar TiO2 yang didapat tidak terlalu jauh juga dengan kadar
sebenarnya, sehingga tidak perlu dilakukan analisis dengan alat X-Ray, mengingat
jika dilihat dari segi ekonomis juga harga alat X-Ray jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan harga alat spektrofotometer."
2008
TA1712
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Muthia Secundinani
"ABSTRAK
Praktek kerja profesi di Badan Pengawas Obat dan Makanan Periode Bulan Maret Tahun 2017 bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di lembaga pemerintahan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan, memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di lembaga pemerintahan, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian di lembaga pemerintahan seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM , khususnya di Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional. Praktek kerja profesi di BPOM dilakukan selama empat minggu dengan tugas khusus yaitu ldquo;Uji Ulang Baku Pembanding Obat X rdquo;. Tujuan dari tugas khusus ini adalah agar calon apoteker dapat melakukan uji ulang baku pembanding di BPOM.

ABSTRACT
Internship at National Agency of Drug and Food Control Month Period March 2017 aims to understand the duties and responsibilities of pharmacists in government institutions of the National Drug And Food Testing Center of National Agency of Drug and Food Control, having the insight, knowledge, skills and practical experience to undertake pharmaceutical practice Government agencies, can also have the insight of pharmaceutical practice issues in government institutions such as the National Agency of Drug and Food Control FD C , particularly in the National Drug And Food Testing Center. Practice professional work in FD C conducted for four weeks with a special assignment is ldquo Re test Reference Standard of Drug X rdquo . The purpose of this special asignment is the pharmacist candidate can re test Reference Standard of Drug in FD C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library