Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hetty Fidiani
"ISPA merupakan penyakit nomor satu didunia, di Negara berkembang dan Asia Tenggara prevalensi ISPA menduduki urutan kedua. ISPA merupakan penyumbang bagi kematian balita yang kedua di Indonesia dan di Propinsi Jawa Timur. Angka kejadian ISPA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jabung menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan. Untuk mendukung tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 dan MDG’s tahun 2015 yaitu menurunkan angka kematian balita 2/3-nya antara 1990-2015, ISPA merupakan faktor penting untuk menurunkan angka mortalitas pada balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor ibu, faktor keluarga, faktor balita, dan faktor lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur tahun 2011. Desain penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita berumur 0 hari 59 bulan serta tinggal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jabung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor keluarga yaitu perilaku (3,38; 1,44-7,96) dan faktor lingkungan yaitu jenis lantai (5,02; 2,07-12,17), ventilasi (4,58; 1,90-11,07), kelembaban (9,42; 3.65- 24,32) dan suhu(4,90; 1,98-12,14) dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Faktor yang diprediksi paling dominan menyebabkan ISPA adalah kelembaban ruangan.

Acute Respiratory Infections (ARI) is the number one disease in the world, in developing countries and Southeast Asia the prevalence of ARI ranks second. ARI is the second contributor for the infant mortality in Indonesia and in East Java Province. The incidence of ARI in the coverage area of Jabung Public Health Center showed a significant increase in cases. To support health development goals toward Healthy Indonesia 2015 and the Millennium Development Goals in 2015 which is to decrease 2/3 infant mortality numbers between 1990-2015, ARI is an important factor to reduce mortality numbers in infants.
This study aims to determine the relationship between the mother, family factors, toddler, and environmental factors with the incidence of ARI among children under five years (toddlers) in the coverage area of Jabung Public Health center, Jabung District, Malang Regency, East Java Province in 2011. The research design is a quantitative research with cross sectional design. The populations in this study are all children aged 0 day to 59 months and lived in the coverage area of Jabung Public Health center.
The results of this study indicated that there was a significant correlation between family factors such as behaviour (3,38; 1,44-7,96) and environmental factors such as the type of the floor (5,02; 2,07-12,17), ventilation (4,58; 1,90-11,07), moisture (9,42; 3.65-24,32) and temperature (4,90; 1,98-12,14) with the incidence of ARI among toddler in the coverage area of Jabung Public Health center, Jabung District, Malang Regency, East Java Province. Factor that predicted the most dominant cause of ARI is the humidity of the room.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Devi Suryanti
"ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai dengan 2,7 juta kematian. Kematian tersebut sebagian besar terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, terutama di daerah endemis malaria seperti di Afrika Sub Sahara dan Asia. Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu daerah endemis malaria di Sumatera Utara. Dari 20 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, salah satu kecamatan yang endemis adalah Kecamatan Pandan. Pada Januari-Agustus 2010 ditemukan gejala klinis malaria sebanyak 2.267 orang dan 336 kasus positif malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada masyarakat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Pandan, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain coss sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat yang bermukim di Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli tengah, Propvinsi Sumatera Utara yang berusia di atas 15 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan (2,20; 1,11-4,37), pengetahuan (2,77; 1,40-5,50), dan perilaku pencegahan (5,87;2,85-12,09) dengan kejadian malaria pada masyarakat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Pandan, Kecamatan Pandan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas tersebut adalah perilaku pencegahan (5,35; 2,55-11,19).

ABSTRACT
Malaria is one of world health problems which could cause death especially to high risk group of infants, children under five, and expectants. Furthermore, it is able to bring about anemia directly and lowers work productivity. Population at risk of malaria amount about 2.3 billion or 41% of world population. Each year case number of malaria are 300 ? 500 million and results 1.5 to 2.7 billion for death. Majority of death happened to children and adults, particularly in endemic area of malaria such as Sub-Saharan Africa and Asia. Middle Tapanuli Regency is one of endemic area of malaria in North Sumatera. Of 20 Sub-districts in this Regency, Pandan is one of endemic area of malaria. On January ? August 2010 found that malaria clinical symptoms as much as 2,267 people and 336 cases of positive of malaria. This study aims to find out factors associated with incident of malaria in community of working area of Pandan Public Health Center, Sub-district of Pandan, Regency of Middle Tapanuli, North Sumatera, year 2011. It is a quantitative research using cross sectional design. Study population on this research are all of community who reside in Pandan Sub-district, Middle Tapanuli Regency, North Sumatera Province age above 15 years. Study results show that there are meaning correlation between education (2.20; 1.11 ? 4.37), knowledge (2.77; 1.40 ? 5.50), and prevention behavior (5.87; 2.85 ? 12.09) with malaria incident in community at working area of UPT Pandan Public Health Center, Pandan Sub-district. The most dominant variable is prevention behavior (535; 2.55 ? 11.9).
"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farhan Adrian
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang seringkali melanda Indonesia dan disebabkan oleh virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi. Iklim merupakan salah satu faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kejadian DBD. Selama tahun 2014-2020, Kabupaten Bogor menjadi wilayah dengan jumlah kasus meninggal akibat DBD tertinggi di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor iklim dengan kejadian DBD di Kabupaten Bogor pada tahun 2017-2021 dengan desain studi ekologi. Hasil penelitian dengan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa faktor kelembaban (r=0,351; p=0,006) dan curah hujan (r=0,258; p=0,046) memiliki hubungan berkekuatan sedang dengan kejadian DBD, sedangkan suhu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian DBD (p>0,05).

Dengue haemorrhagic fever (DHF) is a disease that frequently affects Indonesia and caused by the dengue virus from infected Aedes aegypti mosquitoes. Climatic factors are known to affect DHF incidence. In 2014-2020, Bogor Regency became the region with the highest DHF deaths in West Java. This study aims to analyze several climatic factors with DHF incidence in Bogor Regency in 2017-2021 using an ecological study design. Using Spearman’s rank correlation coefficient, the results indicate that humidity (r=0,351; p=0,006) and rainfall (r=0,258; p=0,046) have a moderate effect on DHF incidence, while temperature has no effect on DHF incidence (p>0,05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia
"ABSTRAK
Pada wilayah kerja Puskesmas Panunggangan, penyakit diare masih merupakan penyakit yang paling sering terjadi. Kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan dari tahun 2009-2011, mengalami fase naik turun. Pada tahun 2009 sebanyak 1028 jiwa, pada tahun 2010 sebanyak 820 jiwa dan pada tahun 2011 sebanyak 922 jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kejadian diare, cakupan sarana air bersih, cakupan jamban keluarga, kepadatan penduduk dan curah hujan berdasarkan perbedaan spasial di wilayah kerja Puskesmas. Penelitian ini merupakan penelitian ekologi dengan menggunakan data sekunder pada tahun 2009-2011 yang dianalisis secara spasial, meliputi variabel-variabel kejadian diare, cakupan sarana air bersih, cakupan jamban, kepadatan penduduk, curah hujan dan hari hujan.
Dalam penelitian, secara spasial tidak mengindikasikan adanya hubungan antara jamban keluarga dan sarana air bersih dengan kejadian diare. Sedangkan secara spasial mengindikasikan adanya hubungan antara kepadatan penduduk, curah hujan dan hari hujan dengan kejadian diare.
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus diare yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan maka sebaiknya dilakukan kerjasama lintas sektor untuk memenuhi cakupan sarana air bersih dan jamban untuk kelurahan yang memiliki cakupan rendah di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan. Untuk wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi terjadinya diare diharapkan adanya suatu intervensi terhadap wilayah tersebut dengan cara memberikan penyuluhan tentang menjaga dan memelihara fasilitas sanitasi yang telah tersedia. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel lainnya agar dapat menemukan hubungan antara variabel yang lain dengan kejadian diare.

ABSTRACT
At the Panunggangan public health center working area, diarrheal disease is still the most common diseases. Cases of diarrhea in the work area from the year 2009-2011 of Panunggangan public health center, through a phase of up and down. In 2009 as many as 1028 people, by the year 2010 as many as 820 people and in 2011 as many as 922 people. This study aims to determine the incidence of diarrhea, the coverage of clean water, family latrines coverage, population density and spatial rainfall based on the difference in the working area public health center.
To prevent the increasing number of cases of diarrhea associated with environmental sanitation should be cooperation across the sector to meet the coverage of clean water and latrines for a village with low coverage in the region of Panunggangan health center. For a village with a high coverage of cases of diarrhea remained high but the need to hold an investigation into the area to find the cause.
For areas with high levels of vulnerability to the occurrence of diarrhea expected an intervention of the region by providing information about keeping and maintaining sanitation facilities are already available. Further research needs to be done with the other variables in order to find an association between other variables with the incidence of diarrhea."
Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Rusdawati Hasan
"Kejadian ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita di dunia maupun negara berkembang termasuk di ndonesia. Kejadian ISPA banyak ditemukan di pelayanan kesehatan Sulawesi Tengah dan Kabupaten Banggai. Prevalensi ISPA di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur terus mengalami peningkatan 3 tahun terakhir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor ibu, faktor keluarga, faktor balita dan faktor lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilyah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur, penelitian ini menggunakan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi dan balita umur 0-59 bulan, jumlah sampel 166, bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara riwayat ASI ekslusif (0,002; 1,49-5,40), pencahayaan (0,019; 1,18-4,31), jenis dinding (0,003; 1,45-5,30), kelembaban (0,001; 1,65-6,15) dan suhu (0,001; 1,65-6,15) dengan kejadian ISPA pada balita. Variabel yang diprediksi paling dominan menyebabkan ISPA adalah kelembaban (0,025; 1,13-6,14).
The incidence of ARI is one of the leading causes of death in children under five years in the world and developing countries including Indonesia. ARI incidence found in care health and Banggai Central Sulawesi. The prevalence of ARI at the coverage of Luwuk East Health increased in past 3 years.
This study aims to determine the relationship maternal factors, family factors, toddlers factors and environmental factors with the incidence of ARI in infants at Coverage Area of Luwuk East Health ,this study used a cross-sectional design, the population were all infants and toddlers 0-59 months, the number of samples is 166 and lived in the Coverage Area of Luwuk East Health.
The results showed significant association between a history of exclusive breast feeding (0,002; 1,49-5,40), lighting (0,019; 1,18-4,31), the type of wall (0,003; 1,45-5,30), humidity (0,001; 1,65-6,15) and temperature (0,001; 1,65-6,15) with the incidence of respiratory infection in infants. Variables that predicted the most dominant cause of ARI is humidity (0,025; 1,13-6,14).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Pratiwi
"Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang hidup pada tubulus ginjal hewan reservoir, salah satunya tikus. Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput mukosa (mulut dan mata) serta kulit. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang penyebarannya paling luas di dunia. Leptopirosis memiliki potensi tinggi untuk terjadi di negara berkembang dan beriklim panas, seperti Indonesia. Di Indonesia, kasus leptospirosis hanya dilaporkan dari beberapa provinsi, termasuk DKI Jakarta. Selama tahun 2003-2007, kasus leptospirosis terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta dibandingkan dengan daerah endemis lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor risiko kejadian leptospirosis, yaitu unsur iklim (curah hujan, kelembaban dan suhu), kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis. Disain studi yang digunakan adalah studi ekologi dengan menggunakan data sekunder.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan (p=0,003), kelembaban rata-rata (p=0,000), suhu rata-rata (p=0,000) dan daerah rawan banjir (p=0,003) dengan kasus eptospirosis dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk dengan kasus leptospirosis (p=0,272). Tidak ada hubungan spasial yang signifikan antara curah hujan, kelembaban ratarata, suhu rata-rata, kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis.

Leptospirosis is caused by Leptospira bacteria, which live in renal tubule of reservoir host, especially rodent. Leptospira can entry into the host?s body through mucosa (mouth and eye) and skin. Leptospirosis is the most widespread zoonotic disease in the world. Leptospirosis has high potential to occur in developing countries and humid tropic zones, like Indonesia. In Indonesia, leptospirosis case is only reported from several provinces, including DKI Jakarta. During 2003-2007, the highest case of leptospirosis is reported from DKI Jakarta compared by the other endemic areas.
The purpose of this study is to know the correlation among several risk factors of leptospirosis, such as climate factors (rainfall, relative humidity and temperature), population density and flood risk area. Ecology study and secondary data are used in this study.
Result of statistic shows that there are significant correlation between leptospirosis case and rainfall (p=0,003), relative humidity (p=0,000), temperature (p=0,000), flood risk area (0,003). On the other hand there is no significant correlation between leptospirosis case and population density (p=0,272). There are no significant spatial association between leptospirosis case and rainfall, relative humidity, temperature, population density and flood risk area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth
"Diarrhea can be caused by following things that are eatingmeal without washing hands clean, drinking unboiled water, eatingmeal that perched by flies, open defecation free, dirty house environment, and mothers milk additional food that is gives to early. This study is concerning the relation of total sanitation condition to incidence of diarrhea at society in three subdistrict with scope of Bandung Metropolitan Area Kabupaten Sumedang in 2011. The secondary data was taken from Environmental Health Risk Assessment Kabupaten Sumedang that is conducted in October-November 2011 through questioner, interviews, and observation by surveyor team. This study use cross sectional study design with univariat and bivariat analysis. High diarrhea incidence (58,1%), open defecation free condition (87,6%), unsafe drinking water and food disposal condition (59,6%), society that is not receiving garbage disposal (78,8%), and contaminated household wastewater disposal condition (80,3%) in Kabupaten Sumedang with scope of Bandung Metropolitan Developmental District Area in 2011. Society total sanitation condition that relate to incidence of diarrhea are drinking water and food disposal condition and garbage disposal condition in Kabupaten Sumedang with scope of Bandung Metropolitan Developmental District Area in 2011.

Diare dapat disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut yaitu makan tanpa mencuci tangan yang bersih, minum air mentah, makan makanan yang dihinggapi lalat, buang air besar di sembarang tempat, lingkungan rumah yang kumuh dan kotor, dan pemberian makanan tambahan ASI terlalu dini. Penelitian ini mengenai hubungan kondisi sanitasi total terhadap kejadian diare pada masyarakat di tiga kecamatan yang merupakan wilayah cakupan Metropolitan Bandung Area Kabupaten Sumedang tahun 2011. Data sekunder diambil dari Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan kabupaten Sumedang yang dilaksanakan bulan Oktober-November 2011 melalui kuisioner, wawancara, dan observasi oleh tim survei. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Kejadian diare tinggi (58,1%), kondisi buang air besar (BAB) tidak aman (87,6%), kondisi pengelolaan air minum dan makanan tidak aman (59,6%), masyarakat yang tidak menerima pengelolaan sampah (78,8%), serta kondisi pengelolaan limbah cair rumah tangga tercemar (80,3%) di Kabupaten Sumedang dengan cakupan wilayah pengembangan Metropolitan Bandung Area tahun 2011. Kondisi sanitasi total masyarakat yang memiliki hubungan terhadap kejadian diare adalah kondisi pengelolaan air minum dan makanan serta kondisi pengelolaan sampah di Kabupaten Sumedang dengan cakupan wilayah pengembangan Metropolitan Bandung Area tahun 2011."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Rifdah
"Kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi berbasis lingkungan, meskipen tidak menjadi masalah kesehatan masymkat ditinjau dari tingkat penyebab kematian di halonesio, namun ditinjau dati tingginya prevalensi merupakan masalah besar.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain iklim tropis, sarana air bemih dlU1 jamhan keluarga yang belum memadai, perllaku masyarakat yang bebun menempkan norma perilaku hidup bersih dan sehat serta kondisi sosial ekonomi yang belum mapan(Depkes, 2006).
Penelitian menggunakan disain Cross sectional yang betinjuan untuk memperoleh infonnasi tentang kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan jumlah responden 297 murid kelas satu sampai dengan kelas lima di enam sekolah dasar negeri. Variabel independen dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden dengan menggunakan kuisioner dan pemeriksaan tinja untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya satu atau lebih telur cacing. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Dari 15 variabel independen ada 9 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri yaitu: Jenis SPAL (P=0,024; OR=1,738; 95%CI=1,04-2,90), Kebiasaan BAB (P=0,024; OR=6,88; 95%CI=0,892-5,318), Kebiasaan mencuci tangan (P=0,003l OR=3,378; 95%CI=1,375-8,300); Kebiasaan Bermain kontak tanah (P=0,022; OR=2,857; 95%CI=1,141-7,152), Kebiasaan menggunakan sandal (p=001; OR=2,857; 95%CI=1,700-4,945, Kebiasaan menghisap/menggigit jari (P=0,042; OR l,768; (P=0,03l; OR I,647; 95%Cl$l,006-2,694), Pengetahuan orangtua (P=O,Ol8; OR &I4; 95%CI=l,l74-3,413).
Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar negeri di Kecamatan Cibinong Kahupaten Bogor adalah kebiasaan mencuci tangan (P=O,OOO; OR=3,3; 95%CI=I,858-S,817). Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel.
Program Pengendalian kecacingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui pemberdayaan masyarakat dan peran serta swasta sehingga masyarakst mampu dan mandiri dalam meleksanukan pcnanggulangan kecacingan, berperilaku bidup bersih dan serta meningkalkan kesehatan perorangan, dan lingkungan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurussakinah
"Industri garmen P T X merupakan jenis industri yang bergerak di bidang pembuatan pakaian jadi untuk keperluan ekspor Proses produksi industri garmen melibatkan penggunaan kapas dan bahan baku tekstil dalam pembuatannya Berdasarkan data Poliklinik Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA merupakan penyakit tertinggi pada tahun 2010 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan fisik terhadap kejadian ISPA pada pekerja bagian material cutting dan sewing industri garmen P T X Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 102 pekerja Jumlah pekerja yang menderita ISPA sebanyak 39 38 2 dan besar rata rata suhu kelembaban dan pencahayaan di area kerja sebesar 29 7o C 69 dan 231 lux Faktor lingkungan fisik kerja karakteristik dan perilaku tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA pada pekerja garmen Himbauan penggunaan APD perlu diterapkan pada pekerja garmen.

Garment Industry of P T X is an industry leading on making clothes for export Garment Industry production process involves cotton and textile raw materials usage According to Policlinic Data Acute Respiratory Infection is a number one disease in 2010 2012 This research aims to determine physical working environment risk factor toward acute respiratory infection to material cutting and sewing workers of P T X Garment Industry The research uses cross sectional study design with 100 samples of workers Number of workers infected acute respiratory infection is 39 workers 38 2 and average temperature humidity lightning at working area are 29 7o C 69 and 231 lux Working environment factor characteristic and behavior are not significantly related to acute respiratory infection case to material workers PPE usage's call has to be applied by garment workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>