Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azrohal Hasan
Abstrak :

Studi ini mengangkat tentang Kampanye politik program kontrasepsi di masa pemerintahan presiden Soeharto yang terjadi antara tahun 1967-1989 di Jakarta. Dalam penelitian ini, penulis berusaha menggali dari dua sisi, yaitu pemerintah, dari segi sosialisasi, dan masyarakat dari segi penerimaan, dalam penerapan kebijakan keluarga berencana. Hal ini bertujuan agar penulis mendapatkan pandangan yang menyeluruh terhadap peristiwa sejarah penerapan program keluarga berencana di Jakarta pada tahun tersebut. Saat itu, kota ini mengalami peningkatan jumlah penduduk yang tinggi akibat semakin majunya ekonomi dan pembangunan. Hal ini pun menarik pendatang dari berbagai daerah. Namun sayangnya, rendahnya kualitas SDM para pendatang membuat tingkat kesejahteraan masyarakat di Jakarta rendah, salah satu penyebabnya adalah karena banyaknya anak yang harus ditanggung. Penelitian serupa tentang kependudukan, sebelumnya banyak dihasilkan oleh para pakar kependudukan dan kesehatan, seperti karya Firman Lubis & Anke Niehof (2003). Metode penelitian pada studi ini menggunakan konsep pendekatan korporatis dan struktur sosial dari Hegel sebagai alat bantu untuk memahami peristiwa sejarah. Pemerintah memulai Program keluarga berencana pada tahun 1967, dengan Jakarta sebagai pilot projectnya, sebagai solusi masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi.

 


This research discusses about the political campaign on contraception during Soehartos reign between 1967 and 1989 in Jakarta. In this study, the authors tried to explore from two sides, the government, in terms of publication, and society, in terms of acceptance, on implementing the family planning program. This step was taken because the writer aims to get a comprehensive view of the historical events regarding the implementation of the family planning program in Jakarta during the period. At that time, the number of population in Jakarta highly increased due to the advancement of the economy and development. It attracted migrants from various regions in Indonesia to move to the city. However, the low quality of human resources of the migrants made the level of welfare of the people in Jakarta low, one of the reasons was because of the large number of children they must look after. Previously, similar research on population was produced by the experts of population and health, for example Firman Lubis and Anke Niehof (2003). The writers study utilizes historical method by using the concept of Hegels corporate approach and social structure as a tool for understanding historical events. Indonesias government began the family planning program in 1967, with Jakarta as the pilot project, as a solution to high population growth.

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwati Ningsih
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai lagu yang dijadikan sebagai alat propaganda pada masa pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945. Di masa pendudukan, selain sebagai media hiburan, lagu dijadikan sebagai alat provokasi dan indoktrinasi guna menghimpun dukungan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang melawan Sekutu dalam perang Asia Timur Raya. Tema-tema propaganda pada lagu dibuat dengan disesuaikan pada pergeseran-pergeseran kebijakan pemerintah selama pendudukan. Secara garis besar, lagu-lagu propaganda pada masa pendudukan diciptakan dengan menkankan tema-tema pada pengerahan semangat bekerja petani dan buruh, semangat pertempuran dan bela Negara, serta tema-tema lainya yang ditujukan untuk memobiliasasi rakyat dalam usahanya memenangkan pertempuran. ......This thesis explains about songs that used as a propaganda tool during Japanese occupation in Indonesia 1942-1945. During Japanese occupation, besides as an entertainment media, the songs were used as provocation and indoctrination in order to amass Indonesian support to help Japanese against the Allies in the Greater East Asia war. Propaganda themes on the songs were made to be appropriated with the shifts of government policy during the occupation. Broadly, the propaganda songs was created by emphasizing themes of conscription of farmers and laborers working spirit, battle spirit and state defend, and other themes which aimed to mobilize masses in effort to win the war.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Najmuddin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang peran politik Haji Agus Salim dari masa Pergerakan Nasional hingga Revolusi Kemerdekaan. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang hidup di tiga masa, Haji Agus Salim telah banyak melakukan kegiatan politik sepanjang hidupnya. Pada masa Pergerakan Nasional 1908-1942 , Haji Agus Salim terlibat dalam berbagai organisasi termasuk Sarekat Islam. Ketika memasuki masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 , Haji Agus Salim juga aktif dalam dunia diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara berusaha mendapatkan pengakuan kedaulatan dari negara lain. Hingga meninggalnya pada November 1954, Haji Agus Salim telah banyak berperan dalam perjalanan politik bangsa Indonesia.
ABSTRACT
This study will discusses about Haji Agus Salim rsquo s Political Role from the era of National Movement until Revolution of Independence. The method used in this research is the historical method comprising the steps of heuristics, criticism, interpretation and historiography. As one of the most important figure in the history of this country who lived in three Indonesian historical priodes, Haji Agus Salim had many political activities throughout his life. During National Movement periode 1908 1942 , Haji Agus Salim had involved in various organizations, including Sarekat Islam. When the periode of Revolution of Independence started 1945 1949 , Haji Agus Salim also involved in the diplomatic mission abroad to gain foreign support. Haji Agus Salim died in November 1954. He left many legacy of political struggle for Indonesian people.
2017
S67921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meri Erawati
Abstrak :
Disertasi ini membahas bioskop sebagai hiburan masyarakat urban di Padang 1923-2000. Pokok kajian utama adalah perkembangan bioskop dari hiburan elit hingga hiburan massa. Kajian ini menarik karena bioskop merupakan fenomena yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat sehari-hari, namun bukanlah fenomena baru karena bioskop telah dikenalkan sebagai hiburan sejak masa kolonial Belanda. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode sejarah yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan bioskop dari hiburan elit menjadi hiburan massa dipengaruhi oleh dua faktor timbal balik yakni dari penonton dan dari bioskop. Faktor dari penonton adalah membaiknya kehidupan sosial ekonomi seiring dengan meningkatnya stabilitas ekonomi dan sosial masa pemerintahan Orde Baru sehingga masyarakat berkesempatan untuk menikmati hiburan khususnya bioskop. Faktor dari aspek bioskop adalah dibangunnya bioskop-bioskop baru dengan kelas rendah oleh pengusaha bioskop di kawasan pinggiran dan dengan harga karcis yang murah. Meskipun kalangan elit dan kalangan massa sama-sama menikmati hiburan bioskop, namun mereka memiliki pilihan ruang bioskop yang berbeda, dimana kalangan elit memasuki bioskop elit sedangkan kalangan massa memasuki bioskop bawah. Perbedaan pilihan tersebut dipengaruhi oleh kapital ekonomi dan pola pikir. ......This dissertation discusses cinema as entertainment for the urban community in Padang from 1923-2000. The main subject of study is the development of cinema from elite entertainment to mass entertainment. This study is interesting because cinema is a phenomenon that is part of people's daily lifestyles, but it is not a new phenomenon because cinema has been introduced as entertainment since the Dutch colonial period. This research is a qualitative research using historical methods, namely heuristics, criticism, interpretation and historiography. The results of the study conclude that the development of cinema from elite entertainment to mass entertainment is influenced by two reciprocal factors, namely from the audience and from the cinema. The factor from the audience is the improvement in socio-economic life along with increasing economic and social stability during the New Order government so that people have the opportunity to enjoy entertainment, especially cinema. The factor from the cinema aspect is the construction of new low-class cinemas by cinema entrepreneurs in suburban areas and with low ticket prices. Although the elite and the masses both enjoy cinema entertainment, they have a different choice of cinema space, where the elite enter the elite cinema while the masses enter the lower cinema. The difference in choice is influenced by economic capital and mindset.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library