Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fariha Ramadhaniah
Abstrak :
Indonesia memiliki beban yang serius terhadap penyakit kardiovaskular, terutama PJK. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki angka kematian tertinggi akibat penyakit jantung. Prevalensi PJK berbasis diagnosis dokter tidak mengalami kenaikan, meski begitu, berdasarkan data Riskesdas 2013-2018, terjadi kenaikan terhadap prevalensi faktor risiko PJK. Beberapa faktor risiko PJK yang terjadi bersamaan menyebabkan sindrom metabolik, prevalensinya cukup tinggi di Indonesia dan meningkatkan risiko PJK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar risiko sindrom metabolik terhadap terjadinya PJK di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif, dengan median masa pengamatan 6,8 tahun, data skunder IFLS4 tahun 2007 dan IFLS5 tahun 2014 pada 6.571 responden usia 40-69 tahun. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi sindrom metabolik 20%, berdasarkan kriteria Joint Interim Statement. Kasus baru PJK 2,72%, dengan insiden rate 34 per 100.000 orang tahun. Analisis multivariat dengan uji cox regression mendapatkan HR 2,16 (95%CI 1,564-2,985), bahwa seseorang dengan sindrom metabolik memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami PJK dibanding tanpa sindrom metabolik setelah mengontrol variabel jenis kelamin, umur, status merokok, dan aktivitas fisik. ......Indonesia has a serious burden of cardiovascular disease, especially CHD. In Southeast Asia, Indonesia has the highest death rate from heart disease. The prevalence of CHD based on doctor's diagnosis did not increase, however, based on the Riskesdas 2013-2018, there was an increase in the prevalence of CHD risk factors. Several risk factors for CHD that occur together cause metabolic syndrome, the prevalence is quite high in Indonesia and increases the risk of CHD. The purpose of this study was to determine the risk of metabolic syndrome on the incidence of CHD in Indonesia. This retrospective cohort study, was followed up for a median of 6.8 years, secondary data from IFLS4 in 2007 and IFLS5 in 2014, population study 6,571 respondents, aged 40-69 years. The results of the study found that the prevalence of metabolic syndrome was 20%, based on the Joint Interim Statement criteria. New cases of CHD are 2.72%, with an incidence rate of 34 CHD per 100,000 person years. Multivariate analysis with cox regression test found HR 2.16 (95% CI 1.564-2.985), that someone with metabolic syndrome had a twice higher risk of developing CHD after adjusting gender, age, smoking status, and physical activity.
Depok: Fakultas Kesehatan dan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Rosa Tiurma
Abstrak :
Berdasarkan Riskesdas 2018 terjadi peningkatan tren dari obesitas sentral yaitu 31,0% dibandingkan tahun 2013 sebesar 26,6%. Seiring dengan meningkatnya prevalensi obesitas sentral dapat meningkatkan penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus. Sebelum terjadinya diabetes pada seseorang maka didahului oleh suatu keadaan yang disebut prediabetes. prevalensi prediabetes lebih besar dibandingkan prevalensidiabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi prediabetes hampir dua kali lipat dari prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 yaitu sebesar 10,2%. Sedangkan hipertensi secara substansial meningkatkan risiko morbiditas dari beberapa penyakit, terutama penyakit kardiovaskular dan diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian prediabetes pada kelompok hipertensi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data sekunder Riskesdas tahun 2018. Jumlah sampel 1678 orang yang menderita hipertensi serta memenuhi kriterian inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Analisis data menggunakan cox regression. Prevalensi prediabtes pada penderita hipertensi di Indonesia sebesar 61,14%. Pada model akhir penelitian ini diketahui bahwa obesitas sentral tidak mempunyai hubungan terhadap kejadian prediabetes dengan nilai p=0,081 dan PR=1,121 (95% CI; 0,986- 1,274). ......Based on RISKESDAS (Basic Health Research) in 2018, there was an increasing trend of central obesity, namely 31.0% compared to 2013, which was 26.6%. Along with the increasing prevalence of central obesity, it could increase degenerative disease, such as diabetes mellitus. Before diabetes occurred in a person, it was preceded by a condition called prediabetes. Prediabetes prevalence was bigger than diabetes mellitus prevalence. The result of the Basic Health Research in 2007 showed that prediabetes prevalence was almost twice the type-2 diabetes mellitus prevalence, which was 10.2%. Meanwhile, hypertension substantially increased the risk of morbidity from several diseases, especially cardiovascular and diabetes. This research aimed to determine the relationship between central obesity and prediabetes incident in the hypertension group in Indonesia. This research used a cross-sectional study design with secondary data from RISKESDAS 2018. The number of samples was 1678 people who suffered hypertension and met the inclusion and exclusion criteria in this research. Data analysis used cox regression. The prediabetes prevalence in hypertensive patients in Indonesia was 61.14%. In the final model of this research, it was known that central obesity had no relationship with the incidence of prediabetes with a value of p=0.081 and PR=1.121 (95% CI; 0.986-1.274)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library