Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wayan Aryawati
"Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu salah satu hal yang dinilai dalam Quality assurance adalah tingkat kepatuhan petugas. Tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA merupakan penilaian terhadap kinerja petugas. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah proyek penerapan QA. Dan Laporan Puskesmas uji coba tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan masih rendah yaitu 56,0 %.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan petugas standar pemeriksaan ISPA di Puskesmas Kota Bandar Lampung tahun 2002. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan jumlah sampel total populasi sebanyak 102 petugas pemeriksa di Balai Pengobatan. Pengumpulan data untuk memperoleh gambaran faktor yang berhubungan dengan kepatuhan, petugas diminta mengisi kuesioner, sedangkan untuk memperoleh tingkat kepatuhan petugas dengan mengamati petugas selama memeriksa pasien ISPA dengan menggunakan daftar tilik.
Hasil penelitian memperlihatkan dari 102 petugas pemeriksa pasien di BP yang diteliti maka hanya 30,4 % petugas yang patuh, pendidikan berlatar belakang medis 28,4 %, yang memiliki beban kerja ringan hanya 19,6 %, kepala Puskesmas yang mempunyai kepemimpinan kondusif hanya 59,8 %, pengetahuan tentang program ISPA 55,9 % pengetahuan baik, 62,7 % petugas mempunyai motivasi baik, 40,2 % pernah mengikuti pelatihan, 40,2 % petugas mengatakan pernah memperoleh pembinaan dan sarana minimal pemeriksaan dipuskesmas yang lengkap 27,5 %. Dari 8 variabel yang diuji stastististik dengan kai kuadrat diperoleh hubungan yang bermakna antara kepatuhan dengan kepemimpinan, pengetahuan petugas, motivasi, pelatihan, pembinaan dan sarana minimal dengan nilai P < 0,05. Sedangkan untuk analisis multivariat dengan regresi logistik ganda hanya tiga variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan yaitu kepemimpinan, pelatihan dan sarana minimal, dengan nilai P<0,05. Kepemimpinan merupakan variabel yang paling dominan dengan OR 19,8361 kali. Untuk uji interaksi antara ketiga variabel dipemleh hasil yaitu tidak ada hubungan interaksi antara ketiga variabel tersebut.
Kesimpulan secara umum kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA di Puskesmas Seluruh Kota Bandar Lampung masih rendah, disarankan kepada Depkes untuk menyederhanakan daftar tilik agar dalam penerapan dilapangan lebih operasional. Kepada Dinas Kesehatan hendaknya dalam penempatan kepala puskesmas harus benar-benar kepala puskesmas mempunyai visi untuk kemajuan puskesmas dan dalam melakukan pembinaan kepada puskesmas secara rutin dan terstruktur dan untuk semua petugas harus membudayakan budaya mutu dalam setiap kegiatannya.

In order to improve the quality of health service the one that should be examined in quality assurance is the level of the health worker compliance. The level of health worker compliance to the examining standard of ARI patient is assessment to health worker?s performance. Lampung City is one of the rural projects in implementing the QA. Based on the report of Health Center model to the standard of examining is still low, that was 56,0%.
The objective of this study is to obtain the information on the factors that related with the level compliance of the health worker, who giving the examining standard of ARI patient at the Health Center of Bandar Lampung in 2002. This study design used cross-sectional, with qualitative and quantitative approaches. The number of sample and population was 102 examiner workers at the Health Center. The data were collected to obtain the description of factor that related with the compliance, the worker asked to fill-out the questionnaire, while to obtain the level of worker compliance by observation to the worker during the examining of ARI patient, the observation used checklist.
The result of this study shows that out of 102 patients who examining by the workers at the Health Center which studied, it was only 30,4% whose compliance. Their education background in medical was 28.4%. The ones who having light work loading are 19,6%. Head of the Health Center who's having conducive leadership only 59.8%, the knowledge on ARI program was good 55,9%. The workers who having good motivation was 62,7%, 40,2% ever followed the training, 40,2% workers said that they ever obtained the development and minimal utility of full examining at the Health Center was 27,5%.
Four variables, that are education, staffs knowledge, the facility of examining, leadership, work load, supervision, training, and motivation statistically significant associated with compliance, and minimum equipment with p<0,05. While for multivariate analysis by double logistic regression, only three variables that significantly having relationship to compliance, i.e. leadership, training and minimal utility, with p<0,05. The leadership was variable those the most dominant with OR 19,8361 times. For interaction test among the three variables, it obtained the result; i.e. there was not any relation among those three variables.
The conclusion in general, the health worker compliance to the examining standard of ARI patient at the Health Center throughout Bandar Lampung City was still low, It is suggested to the MOH to make simple the examining list in order the implementation at the field more professional. To Local Health Office, when he placed the head of Health Center should be the real of head of Health Center who's having vision to the development of the Health Center and in doing the development to Health Center routinely and structurally. For entire of the health workers should be socialized the quality in each activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Zulnarlis
"Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menjalankan Otonomi Khusus di mana otonomi yang diberlakukan berada pada tingkat provinsi, sehingga pengaturan kebijakan dan penyusunan program kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Selain itu dengan belum kondusifnya daerah, mengakibatkan banyaknya program-program kesehatan yang akan diterapkan baik oleh pemerintah pusat maupun bantuan dari luar negeri yang menuntut kinerja yang tinggi dari pegawai Dinas Kesehatan dalam mengaplikasinya di lapangan. Untuk itu dirasa perlu dilakukannya suatu studi yang dapat memberikan gambaran tentang kinerja pegawai non struktural dan faktor-faktor apa raja yang berhubungan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 166 orang. Variabel yang diteliti adalah faktor internal pegawai yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan dan tingkat pendidikan, Faktor eksternal pegawai yang mencakup pendapatan, lingkungan kerja, penghargaan, peningkatan karir, kebijaksanaan pimpinan, komunikasi dan fasilitas. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan mengunakan uji chi - square pada derajat kepercayaan 95 %. Di dalam menentukan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 59,6 % berada pada kategori kurang. Berdasarkan analisis bivariat dengan mengunakan uji chi square diketahui bahwa faktor internal tidak ada hubungau secara statistik dengan kinerja pada derajat kepercayaan 95 %, sedangkan untuk faktor eksternal yang berhubungan secara statistik pada derajat kepercayaan 95 % dengan kinerja adalah variabel lingkungan kerja dan variabel kebijaksanaan pimpinan.
Dengan mengontrol variabel kebijaksanaan pimpinan, pegawai yang memiliki lingkungan kerja kurang mempunyai risiko 2,265 kali untuk mengalami kinerja dengan kategori kurang, bila dibandingkan dengan pegawai yang memiliki lingkungan kerja baik, sedangkan pengaruh kategori kebijaksanaan pimpinan terhadap kinerja dapat dijelaskan bahwa dengan mengontrol variabel lingkungan kerja pegawai yang merasakan kebijaksanaan pimpinan kurang mempunyai risiko 4,323 kali untuk mengalami kinerja dengan kategori kurang, bila dibandingkan dengan pegawai yang merasakan kebijaksanaan pimpinan baik. Adapun faktor yang paling dominan dalam menentukan kinerja adalah variabel kebijaksanaan pimpinan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar pimpinan Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalarn sebaiknya memperhatikan faktor kebijaksanaan pimpinan dalam menetapkan para pegawai yang akan menduduki jahatan, karena hal inilah yang paling berpengaruh dalam menentukan kinerja dan melalui pertemuan berkaia pihak pimpinan perlu menekankan penciptaan lingkungan kerja dan melatih para pejabat struktural untuk memahami pentingnya pengaruh kebijaksanaan pimpinan di dalam memacu kinerja pegawai. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan rancangan yang berbeda (kasus kontrol) dan meliputi variabel yang lebih lengkap serta mengunakan instrumen pengukuran kinerja yang lebih spesifik dan akurat, sehingga dapat diketahui dengan pasti hubungan sebab akibat dan kinerja pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Nanggroe Aceh Darussalam Province, Special Autonomy has been the subject of the provincial affairs. Policy making and program arrangement are held by the Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam. Besides, due to unconduciveness of the region, many health programs that will be implemented either from the central government or foreign aids demand satisfactory performance in work implementation from non-structural staffs of Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam in the field. The result of this study is expected to provide a description of non-structural staffs' performance and factors related to it in the Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam.
The study applied a cross sectional design with 166 samples. Variables observed were internal factors which involved age, sex, marriage status, and education level and external factors which covered work environment, affection, carrier development, leader's policy, communication and facilities, Data were analyzed univariately and bivariately by using chi-square test with the level of confidence 95 %. Multiple logistic regression test was used to determine the most significant variable related to the staffs' performance.
The result of the study showed that 59.6 % of the staffs' performance was unsatisfactory. Based on bivariat analysis, it was known that all internal factors were not related statistically to the staffs' performance in the level of confidence 95 %. On the other hand, external factors which were statistically related to the staffs' performance in the same level of confidence were work environment variable and leaders' policy.
By controlling leader's policy variable, staffs with unsatisfactory work environment had risk 2.265 times of unsatisfactory performance, if compared with staffs with satisfactory work environment. On the other hand, the influence of leader's policy category to the staffs' performance could be explained by controlling work environment variable, staffs that felt their leader's policy was unsatisfactory had risk 4.323 times of having unsatisfactory performance, if compared with staffs that felt their leader's policy was satisfactory. The most significant factor related to staffs' performance was leader's policy.
Based on result of the study, it is suggested to the Head Office of Provincial Health Authority of Nanggroe Aceh Darussalam to consider leader's policy factor in deciding any staffs that will post any function, to emphasize a creation of work environment through periodically meeting, to train structural officials on the importance of leader's policy influence in pushing staffs' performance. The necessary to conduct another further study with different design (case control), which covers more complete variables and uses more specific and accurate performance estimation, in order to know exactly "cause-effect" relation of staffs' performance of Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Imran
"Di negara berkembang termasuk Indonesia penyakit malaria ini merupakan masalah kesehatan masyarakat, telah menimbulkan banyak korban, biaya perawatan medis, dan kehilangan kerja. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bahwa jumlah penderita penyakit malaria diketahui bahwa Annual Malaria Incidence (AMI) untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebesar 2,43 per seribu penduduk. Dari data tersebut proporsi terbesar terjadi di Kota Sabang dengan jumlah 32,2 per seribu penduduk. Dengan tingginya kasus malaria di Kota Sabang dan belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria di Kota Sabang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), maka perlu dilakukannya suatu studi yang dapat memberikan gambaran terhadap perilaku masyarakat Kota Sabang terhadap pemberantasan penyakit malaria dan faktor-faktor yang mempenggaruhinya.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 201 rumah tangga di 4 kelurahan yang masuk dalam kategori High Prevalence Area (PR > 3 ) dalam Kota Sabang. Variabel yang diteliti adalah faktor predisposisi yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap. Faktor yang kedua adalah faktor pemungkin yang mencakup sarana dan keramahan tenaga kesehatan dan faktor penguat yang dilihat dari sikap tokoh masyarakat. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan yang sesuai (uji t untuk variabel dengan 2 kategorik, uji anova untuk variabel independen yang mempunyai lebih dan 2 kategori dan uji korelasi regresi untuk variabel independennya numerik) pada derajat kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat Kota Sabang terhadap pemberantasan penyakit malaria yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 45,8 % dan kategori baik 54,2 %. Berdasarkan analisis bivariat dengan untuk variabel jenis kelamin tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin lakilaki dengan jenis kelamin perempuan terhadap perilaku pemberantasan penyakit malaria. Untuk variabel tingkat pendidikan menunjukan adanya perbedaan rata-rata yang bermakna antara tingkat pendididikan dengan perilaku pemberantasan penyakit malaria. Sedangkan untuk variabel umur, pengetahuan, sikap responden dan sikap tokoh masyarakat menunjukkan adanya hubungan antara variabel tersebut dengan perilaku, sarana dan sikap petugas kesehatan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna setelah diuji dengan mengunakan uji korelasi regresi. Hubungan umur dengan perilaku menunjukkan hubungan yang lemah, hubungan pengetahuan dan sikap serta sikap tokoh masyarakat dengan perilaku menunjukkan hubungan yang sedang. Kemudian hubungan sarana dan keramahan tenaga kesehatan dengan perilaku tidak adanya hubungan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bagi Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam perlu memberikan dukungan perhatian terhadap upaya pemberantasan penyakit malaria di Kota Sabang. Bagi Dinas Kesehatan Kota Sabang agar menjadikan program pemberantasan penyakit sebagai program utama. Bagi Puskesmas perlu ditingkatkan penyuluhan dan penyebaran informasi kepada masyarakat terutama cara pemberantasan penyakit malaria dengan mengunakan bahasa lokal agar mudah dipahami dengan melibatkan tokoh masyarakat.
Bagi Pemerintah Daerah Kota Sabang perlu mengadakan program khusus karena prevalensi penyakit malaria masih tinggi. Bagi Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan dan pendidikan. Untuk peneliti diharapkan melakukan penelitian dengan rancangan yang berbeda yang meliputi keseluruhan variabel.

Factors Which Are Related to the People Behavior in an Effort to Eradicate the Malaria Disease in Sabang City of Nanggroe Aceh Darussalam, Year 2003In the developing country including Indonesia, the malaria disease is a health problem of the people, that have taken many victims, medical expenses, and loss of employment. Based on the data from the Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam Province that the number of malaria patients or the Annual Malaria Incidence (AMI) for Nanggroe Aceh Darussalam Province is 2.43 percent per one thousand people. With the high incidence of malaria in Sabang City and the unidentified factors related to the people behavior in eradicating the malaria disease in Sabang city of Nanggroe Aceh Darussalam (NAB), a study needs to be done which can give a description towards the behavior of the people of Sabang city towards the eradication of malaria disease and factors which affect it.
The research design used is cross sectional with the number of sample 201 of households in 4 sub-district which is included as High Prevalence Area (PR>3) in Sabang City. The Variable surveyed was the predisposition factor which includes sex, age, education level, knowledge and attitude. The second factor is the enabling factor which includes facilities and attitude of the health personnel and the encouraging factor which can be seen from the attitude of the public figure. The data analysis is done with univariate and bivariate method by using suitable one (t test for variable with 2 categories, anova test for independent variable that has more than 2 categories and regression correlation test for numeric independent variable) at the confidence level 95%.
The results of the survey indicate that the behavior of Sabang City people towards the malaria eradication which is included in the less sufficient category is 45.8% and good category is 54.2%. Based on the bivariate analysis with the sex variable does no indicate a significant difference between the man and the woman sex towards the malaria disease eradication. For the education level variable there is average significant difference with the malaria disease eradication. While for age variable, the knowledge, respondent attitude and the public figure attitude, it indicates a relationship between that variable and the attitude, facilities and the attitude of the health personnel does not indicate a significant relationship after it was tested by using regression correlation.
Based on the results of research it is suggested that the Office of Health of Nanggroe Aceh Darussalam needs to give attention towards the efforts to eradicate the malaria disease in Sabang City. It is suggested for the Health Office of Sabang City to make the disease eradication as its major program. It is suggested for the Community Health Centers that they must increase the counseling and dissemination of the information to the people especially the method of malaria disease eradication by using the local language in order to be understood easily by involving the public figures.
For the Government of Sabang City it is suggested that it needs to make a special program because the malaria diseases prevalence is still high. The people need to increase their knowledge and education. For the researchers, it is expected that different design of the research which include the whole variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Romauli
"Penyakit maupun kecelakaan kerja pada tenaga kerja dapat menimbulkan kematian, minimal kecacatan yang tak ternilai mahal harganya. Oleh karena itu, Pemerintah RI menerbitkan Undang-undang nomor 3/1992 tentang perlindungan tenaga kerja melalui program Jamsostek. PT Jamsostek sebagai penyelenggaranya diwajibkan Pemerintah untuk mengadakan RS tempat pelayanan kecelakaan kerja bagi peserta Jamsostek atau Unit Trauma Centre (UTC). Untuk Sumsel, yang terpilih adalah RSMH Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana penerapan bauran promosi terhadap pemanfaatan UTC PT Jamsostek Palembang tahun 2004 dan permasalahan yang terjadi yang terkait dengan pemanfaatan UTC tersebut.
Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif karena dapat menggali dan mengeksplorasi data melalui sumber-sumber informan. Informan yang dipilih adalah pasien rawat inap dengan kasus JKK-Jamsostek, perusahaan tempat pasien bekerja, RSMH Palembang dan staf, dan PT Jamsostek Cabang Palembang dan staf.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tahun 2004, pemasaran RS khususnya promosi mengalami kemunduran. Penerapan bauran promosi melalui periklanan, promosi penjualan, human & publisitas, dan penjualan tatap muka terhadap pemanfaatan UTC masih sangat minim sekali, sedangkan pemasaran langsung belum sama sekali dilakukan. Kendalanya sangat kompleks sekali antara lain perangkapan togas manajer atas & menengah, program yang belum didukung penuh oleh bagian lain, ketenagaan yang ada saat ini masih sedikit, didukung Urusan Kehumasan RS terpisah dari Divisi Pemasaran. Pengetahuan pemasaran masih sangat terbatas dilevel pelaksana, keterlupaan terapan evaluasi dan penerapan promosi yang telah dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari seberapa banyak perusahaan memanfaatkan UTC tersebut, dan ditemukan baru satu orang pada tahun 2002, dan pada tahun 2003 tidak ada sama sekali, dan kemungkinan akan tidak ada juga di tahun 2004. Alasan perusahaan & karyawan memilih UTC tersebut antara lain: karena informasi/promosi UTC yang belum sampai, bila sudah diterima disebabkan procedural UTC yang belum jelas, pelayanan RSMH yang masih menggaung lambat, kebijakan yang diterapkan dari perusahaan yang bersangkutan dalam memilih RS dan kelas perawatan, dan lebih diperburuk lagi dari faktor ketidak tahuan karyawan terhadap hak-hak peserta UTC-Jamsostek
Dengan hal tersebut diatas; sebaiknya promosi UTC harus pro aktif. Gunakan bauran promosi melalui cara yang bervariasi, berkesinambungan, dan kontinyu. Sementara promosi UTC diolah tersendiri dulu untuk meraih pasar dan mepertahankan pasar yang ada melalui program yang terencana, dan dilaksanakan dengan baik, dievaluasi dan ditindak lanjuti dengan serius. Yang mengelola pemasaran RS sebaiknya tidak merangkap fungsi dan tugas, terutama pads level manajerial; baik level atas maupun menengah. Berikan wawasan/penyegaran ilmu/wawasan tentang yang terkait dengan pemasaran jasa kepada para pelaksana. Karena permasalahan ini tidak sepenuhnya tanggung jawab Bagian Pemasaran RS, jadi sebaiknya program ini harus benar-benar didukung oleh bagian lain.
Bahan bacaan 26 : (1995-2004)

Mixed Promotion Role in Optimizing Traumatic Centre Unit of PT JAMSOSTEK in dr. Moh. Hoesin Palembang Hospital in 2004.Disease and work accident on laborer may cause death, invaluable deformity minimally. Furthermore, Indonesia Republic's Government publishes protection for labor by law number 311992. Government suggests-PT Jamsostek, as the executor, to perform a hospital for serving JAMSOSTEK's member by Traumatic Centre Unit (CTU). They selected RSMH Palembang for South Sumatera Province. The goals of this research are to examine how far mixed promotion has been implemented (advertising, sales promotion, publicity & public relation, direct marketing, and personal selling) in optimizing CTU of PT Jamsostek in RSMH Palembang in 2004 and the relevant problems that occurred.
The research uses qualitative method because in a no longer time data can be observed and explored through information sources, which are taken from the patient of JKK JAMSOSTEK's member who are in patient, the companies where the patients work, RSMH Palembang and staffs, and PT Jamsostek Brach of Palembang and staffs.
The research found during 2004 year, in this Hospital Marketing Division, especially promotion is in degradation. Implementation of mixed promotion in optimizing the used of CTU Le advertising, sales promotion, publicity & public relation, and personal selling; have been still low in its standard, while direct marketing has not been conducted yet. The constraints of them are still very complex, i.e, double duties of the top and the middle managers, the programs which have not been fully supported by other division, few human power, while the matters done by hospital's public relation are separated from marketing division_ Knowledge of marketing are still limited in the level of executor, the oblivious of evaluation applying to the promotion that have been conducted. The matters can be seen from how many companies optimizing the CTU and is found that one company was in 2002, and there was none in 2003, and probably there would be none too in 2004. The reason why companies & employees choose the CTU are: lack of information and promotion of the CTU, CTU's unclear procedure, image of RSMH's service which is still bad, policy applied by company in choosing hospital treatment class. The worst by the unawareness factors of employees' rights are as the participants of ]KK-Jamsostek.
According to the matter, promotion of CTU should be conducted actively. Using mixed promotion through varietically, synergically, and continuously. For time being, it is processed separately first to reach market and maintain the existing market through planned program, well implementation, and evaluation seriously. Individual who's managed of this department not be allow to have double functions and duties, especially top and middle management. To develop the knowledges/skill/perception about marketing can be implemented by short training, seminar, or formal educative for the staffs, because this matter is not fully responsibility of the Marketing Department Other department must support this program.
References: 26 (1995-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Samy
"Kepuasan kerja merupakan salah satu determinan kinerja karyawan, yang merupakan suatu tingkat respon emosional karyawan (pelanggan internal) terhadap pekerjaannya. Peninjauan terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dari aspek-aspek yang membentuknya atau dapat pula berupa respon umum terhadap pekerjaannya itu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan kerja karyawan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang Tahun 2006 serta hubungan faktor usia, jenis kelamin, status pernikahan, masa kerja, tingkat pendidikan, locus pengendalian diri, keyakinan diri, sifat pekerjaan, upahlinsentif, promosi karier, kondisi kerja dan rekan kerja dengan tingkat kepuasan kerja karyawan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang tahun 2006.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel merupakan populasi penelitian, yaitu 57 karyawan di BBLK Palembang. Pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner. Uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik Kai Kuadrat.
Penelitian ini menunjukkan 72,2 % karyawan di BBLK Palembang merasa puas dengan pekerjaannya pada tahun 2006. Variabel tingkat pendidikan, sifat pekerjaan, kondisi kerja dan rekan kerja masing-masing mempunyai hubungan bermakna dengan tingkat kepuasan kerja karyawan di BBLK Palembang tahun 2006. Variabel usia, jenis kelamin, status pernikahan, masa kerja, locus pengendalian diri, keyakinan diri, insentif dan promosi karier masing-masing tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat kepuasan kerja karyawan di BBLK Palembang tahun 2006.
Disarankan untuk menumbuhkan motivasi dan menggunakan kesempatan mengikuti program pendidikan formal dan non formal sesuai dengan jenjang pendidikan, keahlian, serta spesifikasi pekerjaannya, meningkatkan minat kerja, merniliki target atas keberhasilan pekerjaan, serta sadar akan pentingnya pekerjaan bagi rekan kerja dan organisasinya, harus tetap dipertahankan dan diperhatikan masalah cara pemakaian yang benar, pemeliharaan/ perawatan fasilitas dan ruangan serta alat/ peralatan laboratorium, terus berinovasi, mengembangkan rasa saling percaya antara sesama karyawan dan dengan atasan sehingga tetap terjaga suasana kerja yang kondusif serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepuasan kerja karyawan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang dengan variabel yang lebih luas.

Job satisfaction is one of employee performance determinant, which is a kind of worker emotional respond level (internal costumer) toward their job. Supervision toward employee's job satisfaction acquired from aspects that shape it or general respond to the job.
This research aimed to identify description about employee's job satisfaction at Palembang Health Laboratory Hall Year 2006 also correlations. among factors like age, gender, marital status, work experience, educational background, self-control place, self-assure, job characteristic, incentive/payment, carrier promotion, working condition and work colleague with worker job satisfaction level at Palembang Health Laboratory Hall Year 2006.
This research is a descriptive research with cross sectional approach. Sample is research population, which are 57 employees at Palembang BBLK. Data collected by questionnaire filling. Hypothesis tested by using Chi-Square statistic test.
This research shows that more than half of employees at Palembang BBLK feels satisfy with their job at year 2006. Each variable like educational level, job characteristic, working condition and work colleague has consequential relation with employee's job satisfaction level at Palembang BBLK year 2006. Moreover, each variable like age, gender, marital status, work experience, educational background, self-control place, self-assure, incentive and carrier promotion did not have consequential relation with employee's job satisfaction level at Palembang BBLK year 2006.
Suggested to develop motivation and using opportunity in participating formal and non-formal educational program appropriate with educational background, ability and job specification, increase work interest, having target in job successfulness, and to realize the importance of working partner and his organization, enduring and paying attention to the right way of use, maintaining facility and room and laboratory tools, continuing innovation, developing inter-employee's trust and employer therefore conducive working environment also need further research toward employee's job satisfaction in Health Laboratory Big Hall Palembang with wider variable."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Suzana
"Rumah sakit sebagai institusi yang melayani kesehatan dituntut untuk terus berkembang dan melakukan perbaikan sehingga dapat memberikan pelayanan yang bermutu yang memuaskan pasien. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator dalam mengukur mutu pelayanan di rumah sakit dan juga sebagai indikator dari standard suatu rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan di poliklinik rawat jalan RS. Marzoeki Mahdi, mengetahui gambaran karakteristik pasien di poliklinik rawat jalan RS. Marzoeki Mahdi, mengetahui hubungan karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan, serta mengetahui faktor karakteristik yang paling dominan berhubungan dengan kepuasan di poliklinik rawat jalan RS.Marzoeki Mahdi.
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan cross- sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen terhadap 158 responden yang diambil secara acak dengan menggunakan systemic random sampling. Penelitian ini berlangsung selama 5 (lima) minggu. Analisa data dilakukan secara univariat, bivariat, multivariat Serta diagram Kartesius.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa responden terbanyak yang datang berobat ke poliklinik rawat jalan RS. M. Mahdi adalah kelompok umur produktif yaitu 30-60 tahun,jeniS kelamin terbanyak adalah perempuan, tingkat pendidikan terbanyak adalah akademi/ perguruan tinggi , status pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja/ibu rumah tangga dan sumber pembiayaan terbanyak adalah askes PNS.
Dari hasil penelitian didapati tingkat kepuasan responden di polikilnik rawat jalan yaitu yang merasa puas sebanyak 70.9% dan respoden yang merasa tidak puas sebanyak 29.1%. Dan diperlihatkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bennakna dengan tingkat kepuasan pasien di poliklinik rawat jalan RS. M. Mahdi. Diketahui juga variabel yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kepuasan di poliklinik rawatjalan adalah variable pendidikan.
Hasil analisis diagram Kartesius didapati dimensi mutu yang menjadi prioritas utama dan harus diperbaiki serta dilaksanakan sesuai harapan pasien adalah dimensi tangible dan reliability.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepuasan pasien di poliklinik rawat jalan RS. Marzoeki Mahdi cukup baik, namun diharapkan pihak manajemen rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanannya, sehingga unit rawat jalan ini berkembang dengan pesat sejalan dengan meningkatnya jumlah kunjungan pasien dari tahun ketahun yang terus mengalami kenaikan jumlah kunjungan, untuk itu perlu mendapat perhatian."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahara Hikmah
"Sejak diterbitkannya berbagai laporan mengenai kesalahan medis dan Kejadian Tidak Diharapkan, seluruh dunia mulai mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien (Patient Safety). Begitu pula Indonesia telah mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit sejak tahun 2005. Fokus utama patient safety yaitu mengurangi dan mencegah terjadinya kesalahan. Untuk dapat mengetahui bagaimana patient safety disuatu rumah sakit dapat diketahui melalui persepsi staf mengenai patient safety.
Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui persepsi staf mengenai patient safety di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP tahun 2008. Pemilihan lokasi unit di dasarkan karena IRD atau unit emergensi adalah salah satu unit rumah sakit yang merupakan lokasi terbesar terjadinya KTD. Sedangkan pemilihan rumah sakit dikarenakan RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia yang mengutamakan patient safety. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan studi observasional atau dikenal dengan survei.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional atau potong lintang. Populasi yang akan diteliti yaitu staf IRD RSUP Fatmawati dengan sampelnya adalah dokter, perawat, dan pekarya kesehatan (n = 44). Variabel dependenya yaitu persepsi mengenai patient safety, sedang variabel independennya yaitu umur, pendidikan, masa kerja, dan posisi kerja. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari AHRQ. Uji statistik yang digunakan berupa uji statistik deskriptif dan uji chi squere.
Hasil penelitian diperoleh rata-rata penilaian responden terhadap patient safety di IRD RSUP Fatmawati yaitu 7,24 dalam skala 10. Angka ini menjadi cut of point untuk membedakan persepsi tinggi dan rendah. Dari seluruh responden, 54,5 % responden memiliki persepsi yang rendah terhadap patient safety, sementara 45,5 % responden memiliki persepsi yang tinggi terhadap patient safety. Hasil analisis bivariat antara variabel dependen dengan variabel independen diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan diantara kedua variabel.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa persepsi staf mengenai patient safety di IRD RSUP Fatmawati cukup tinggi. Hal ini berarti patient safety di sana sudah baik dan cukup membudaya. Sebagai saran dari peneliti, perlu dilakukan survey yang sama dan lebih besar di rumah sakit serta penelitian mengenai epidemiologi KTD maupun mengenai kesalahan medis. Hal ini berguna untuk mendeteksi unit-unit yang membutuhkan peningkatan patient safety serta untuk pembelajaran organisasi. Selain itu perlu mendidik staf tentang patient safety untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hartaty Sarma Sangkot
"Perbaikan dan peningkatan kualitas sektor kesehatan dunia ditandai dengan adanya reorientasi pelayanan kesehatan. WHO menginisiasi pembentukan jaringan kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dengan tujuan reorientasi institusi pelayanan kesehatan yang mampu mengintegrasikan promosi kesehatan dan edukasi serta pencegahan penyakit dan pelayanan rehabilitasi dengan pelayanan kuratif. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) diIndonesia, Rumah sakit sebagai Unit Kesehatan Perorangan (UKP) seharusnya pula melaksanakan reorientasi pelayanan kesehatan yang mengarah kepada terbentuknya rumah sakit promotor kesehatan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif di bidang kesehatan masyarakat untuk meninjau kegiatan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berdasarkan salah satu standard WHO yaitu aspek kebijakan manajemen yang dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPD) dan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) RSCM Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah data sekunder (dokumentasi yang berkaitan) sebagai alat pengumpul data.
Penelitian ini menunjukan bahwa pada prakteknya kesadaran akan adanya kebijakan saja bukanlah jaminan keberlangsungan kegiatan promosi kesehatan, khususnya apabila tidak terdapat sumber daya untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hal ini berarti kebijakan yang ada harus direalisasikan sebagai sebuah program yang mampu untuk dilaksanakan karena mendapat dukungan sumber daya baik sumber daya manusia, dana maupun sarana serta prasarana."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Kusumawardani
"Penyakit Tuberculosis ( TB ) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dan salah satu penyebab kematian sehingga perlu dilaksanakan penanggulangan TB secara berkesinambungan. Sesuai profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar dikatakan bahwa di Kabupaten Kampar angka penemuan penderita baru TB Paru sampai tahun 2011 sebesar 31% (316 kasus) diantara 100.000 penduduk, yang ditargetkan cakupan penemuan sebesar 70%.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja petugas dalam meningkatkan cakupan penemuan penderita baru TB Paru di dinas kesehatan kabupaten kampar dengan mengambil puskesmas Tambang, Kampar, Kampar Timur, Siak Hulu I, Bangkinang Barat dan XIII Koto Kampar III sebagai sampel dalam penelitian. . Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan, keterampilan dan motivasi dari petugas pengelola program.
Hasil penelitian menunjukkan kinerja yang belum dilaksanakan dengan baik dari petugas disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan dan motivasi yang masih kurang. Dari pendapat/penilaian subjektif petugas pengelola program dikatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang masih kurang disebabkan oleh karena kurangnya pelatihan dan pembinaan yang dilakukan, untuk motivasi kurang sebab tidak adanya reward ataupun sanksi yang diberikan, semua hal tersebut meneyebabkan kinerja mereka terlaksana dengan baik.
Turbeculosis disease (TB) is an infectious disease that still becomes an issue of public health, and one of the causes of death so that TB control need to be implemented on an ongoing basis. fit the profile of Kampar district health department said that in Kampar regency discovery rate of new pulmonary TB patients by 2011 by 31% (316 cases) among the 100,000 inhabitants, which targeted 70% coverage of the discovery.
This study is a qualitative descriptive study aimed to know the description of the performance of officers in improving the coverage of the discovery of new cases of pulmonary TB in Kampar district health department clinic to take mine, Kampar, East Kampar, Siak Hulu I, West Bangkinang III and XIII Koto Kampar as a sample in study. design of the study is a qualitative descriptive method. variables studied include knowledge, skills and motivation of personnel management program.
The results showed that performance has not been implemented properly due to the officer's knowledge, skills and motivation are still lacking. from the subjective opinion of officers, program managers said that the knowledge and skills that are lacking due to lack of coaches and coaching is done, because there is less motivation for the reward or penalty is given, all these causes of their performance is not maximized.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Meilani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26480
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>