Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasrul Latif
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada penemuan ada/tidaknya hubungan antara nilai budaya organisasi dengan komponen komitmen organisasi. Nilai budaya organisasi seperti yang diungkapkan oleh Hofstede (1980), dan komitmen organisasi yang diungkapkan oleh Allen & Meyer (1997), pada karyawan bank syariah X. Penelitian ini termasuk di dalam penelitian kuantitatif ex post field study yang bersifat korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan nilai budaya organisasi dengan komponen komitmen organisasi afektif dan normatif. Dan tidak terdapat hubungan dengan komitmen kontinuans.
This research aims to see the correlation between the quality of work life and teaching commitment among teachers. Quality of work live include seven factors: fair and adequate compensation, safe and healthy school envronment, opportunity to growth and develop, integration in the workplace, social relevance, supervision and participation. While commitment to teaching include five dimensions: identification with teaching subjects, identification with students, involvement in subject teachings, involvement with students, and loyalty to teaching. This research involved 81 respondents who work as teachers in East Jakarta and Depok. This research used quantitative method with the questionnaire as a data collector. This research found that there is no significant correlation between quality of work life and commitment to teaching. Thus it can be concluded that commitment to teaching can not be explained by quality of work life.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Nisa
Abstrak :
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan itu, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah masalah prestasi akademik. Masalah umum yang sering dihadapi oleh mahasiswa sebagai peserta didik adalah masih cukup banyak yang belum dapat mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Prestasi akademik menjadi perhatian penting bagi mahasiswa perguruan tinggi kedinasan. Perguruan tinggi kedinasan adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi yang dikelola oleh departemen atau lembaga non-departemen di lingkungan pemerintah (http://id.wikipedia.org). Dalam hampir semua perguruan tinggi kedinasan memberlakukan sistem drop out bagi mahasiswa yang nilai mata kuliahnya tidak memenuhi batas nilai minimal yang telah ditetapkan. Dalam proses pendidikan khususnya di perguruan tinggi kedinasan memiliki seperangkat peraturan yang menjadi faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa. Peraturan bagi mahasiswa dapat mendukung atau menghambat proses akademik. Mahasiswa yang patuh terhadap peraturan memiliki kedisiplinan yang tinggi, tingginya tingkat kedisiplinan dengan asumsi dapat menumbuhkan disiplin pribadi, yang lebih lanjut mempengaruhi usaha mahasiswa untuk memperoleh prestasi akademik yang maksimal. Patuh atau tidaknya mahasiswa terhadap peraturan dapat dilihat bagaimana mereka bersikap terhadap peraturan itu sendiri. Evaluasi pelaksanaan peraturan bagi mahasiswa, dinilai da pat menghambat atau dapat mendukung prestasi akademik. Dalam kaitannya dengan penjelasan diatas, maka adapun maksud dari penelitian ini mencoba untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap terhadap Peraturan Kehidupan Mahasiswa (Perdupma) antara mahasiswa dengan prestasi akademik rendah dan prestasi akademik tinggi. Seluruh subjek penelitian (N=75) adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Sandi Negara yang sedang menjalankan studi di tingkat I dan tingkat II dengan rincian sebanyak 38 orang mahasiswa tingkat I dan 37 orang mahasiswa tingkat II. Pengukuran sikap dilakukan dengan bantuan skala sikap teknik Likert yang disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan data pengukuran prestasi akademik digunakan indeks prestasi pada semester terakhir. Penelitian ini menggunakan analisis statistik Independent Sample t-Test. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap peraturan antara kelompok mahasiswa dengan prestasi akademik rendah dan kelompok mahasiswa dengan prestasi akademik tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan sikap terhadap peraturan pada pengelompokkan subyek berdasarkan tingkatan menunjukkan hasil yang signifikan yaitu diatas nilai signifikansi 0,05 pada level of significance (l.o.s.) 0,05. Sedangkan pengelompokkan subyek berdasarkan jenis kelamin dan jurusan tidak menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah nilai signifikansi 0,05 pada level of significance (l.o.s.) 0,05.
Improve the quality of education is one of the concrete elements that are very important in improving the quality of human resources. In line with that, it is important to note is the problem of academic achievement. Common problems frequently faced by the students as students are still quite a lot that have not been able to achieve a satisfactory academic achievement. Academic achievement come to the attention of academic achievement necessary for students of the governmence institute. The governmence institute is a higher education provider that is managed by the department or non-government departments in the environment http://id.wikipedia.org). In almost all the governmence institute system for students drop out of the value of course does not meet the minimum limit value has been set. In the process of education, especially in the governmence institute has a set of rules to be factors that can indirectly affect student academic achievement. Regulations for students can support or hinder academic process. Students are abiding to the rules have a high discipline, high level of discipline with an assumption that can cause personal discipline, which further influence business students' academic achievement to obtain the maximum. Abiding or not students of the rules can be seen how they behave to the rules itself. Evaluate the implementation of regulations for students, can be considered to support or hinder academic achievement. In connection with the explanation above, while the purpose of this research is trying to have or not to know the difference between attitudes towards Regulations Student Life (Perdupma) between students with low academic achievement and high academic achievement. The whole subject of the research (N = 75) are students of The National Crypto Institute are running a study at the level I and level II, with details of 38 level I students and 37 level II students. Attitude measurement is done with the help of Likert-scale attitude techniques that are developed in accordance with the needs of research. While the data measurements of academic achievement in the performance index used last semester. This study uses statistical analysis of the Independent Sample t-Test. T test results showed that there was no difference in attitudes between the groups of students with low academic achievement and student groups with high academic achievement. Results showed that differences in attitudes towards regulation classification of the subject based on the level of the results shows a significant value that is above the 0.05 significance index at level of significance (los) 0.05. While classification of the subject based on gender and faculty do not show a significant result that is below the 0.05 significance index at level of significance (los) 0.05.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
152.4 KHA p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ghozali
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada komitmen organisasi dan kepemimpian transaksional dan transformasional.. Komitmen organisasi terdiri dari tiga dimensi, yaitu : affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Sedangkan kepemimpinan transaksional terdiri dari 4 dimensi, yaitu : contingent reward, management by exception (active), management by exception (passive), dan laissez faire. Sementara kepemimpinan Transformasional terdiri dari 5 dimensi, yaitu : attributed charisma, idealized influence, inspirational leadership, intellectual stimulation, dan individual consideration Model penelitian yang digunakan adalah model kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, sedangkan analisis dilakukan dengan metode statistik Responden dalam penelitian ini adalah 70 orang karyawan dari perusahaan ritel yang telah bekerja selama minimal 1 tahun di perusahaan tempat ia bekerja sekarang. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa; 1) Tidak terdapat perbedaan komitmen organisasi, continuance commitment, dan normative commitment yang signifikan antara karyawan yang dipimpin oleh pemimpin transaksional dengan karyawan yang dipimpin oleh pemimpin transformasional; 2) Terdapat perbedaan affective commitment yang signifikan antara karyawan yang dipimpin oleh pemimpin transaksional dengan karyawan yang dipimpin oleh pemimpin transformasional; Hasil analisis tambahan menyatakan bahwa idealized influence merupakan dimensi yang paling berpengaruh terhadap affective commitment dengan pengaruh sebesar 9,1 %. Organizational commitment consists of three dimensions that are: affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. While transactional leadership has four dimensions, which are: contingent reward, management by exception (active), management by exception (passive), and laissez faire. And then transformational leadership has five dimensions that are: attributed charisma, idealized influence, inspirational leadership, intellectual stimulation, and individual consideration. The research method of this study is quantitative model. The data was collected by questioner. While the analysis method used statistic. The respondent of this study are 70 employees of Retail Company whose have working at least for a year at the current place. The following are the research results: 1) there is no significant difference in organizational commitment, continuance commitment, and normative commitment between the employee whose leader is transactional and the employee whose leader is transformational, 2) there is significant difference in affective commitment between the employee whose leader is transactional and the employee whose leader is transformational. The Additional result suggests that idealized influence is the most influential dimension toward affective commitment, with contribution equal to 9.1%.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Amalia R.R. Ibrahim
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Tina Agustina
Abstrak :
Keadaan krisis berkepanjangan di Indonesia saat ini menyebabkan produsen dan pengiklan seringkali harus memotong anggaran belanja iklan. Kondisi ini membuat pengiklan cenderung memberi porsi lebih kepada radio sebagai media dalam beriklan mengingat mahalnya biaya produksi media siar Iain (Cakram, edisi Mei, 1998). Hal ini didukung pula dengan semakin berkembangnya stasiun radio yang jumlahnya sangat banyak saat ini. Dengan berlomba-lombanya produsen mempromosikan produk mereka melalui iklan radio, konsumen seolah-olah dihujani oleh sekian banyak iklan setiap harinya. Keadaan ini menyebabkan pengiklan harus bersaing dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk mereka. Sebelum mencapai tujuan tersebut, iklan harus dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan produk yang diiklankan, yang disebut sebagai brand awareness. Brand awareness adalah kemampuan konsumen unluk mengingat suatu merek dalam kategori produk tertentu secara cukup detil, yang merupakan langkah awal dalam rangkaian perilaku membeli (Aaker, 1991 dan Rossiter & Percy, 1987). Brand awareness dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain appeal yang digunakan dalam iklan. Appeal adalah usaha kreatif yang dilakukan produsen atau pengiklan untuk mempengaruhi konsumen melalui iklan dengan membuat produk yang ditawarkan terlihat menarik. Dari berbagai jenis appeal yang ada, dalam peneiitian ini akan difokuskan pada positive appeal (menampilkan keunggulan/kehebatan produk) dan negative appeal (menampilkan kekurangan produk tetapi tetap bersifat menjual). Dengan karakteristik stimulus yang berbeda ini, positive appeal dan negative appeal sama-sama bertujuan untuk mengggugah dan mempertahankan perhatian konsumen agar mereka memproses stimulus iklan tersebut sampai pada ingatan yang pada akhirnya akan menghasilkan brand awareness konsumen. Pemilihan positive dan negative appeal dalam penelitian ini dikarenakan meskipun pengiklan umumnya lebih senang menggunakan positive appeal dalam penyajian iklan, sebenarnya belum terdapat bukti empiris yang menyatakan bahwa iklan yang menggunakan positive appeal lebih baik dan iklan yang menggunakan negative appeal atau sebaliknya (Gilson & Berkman, 1980). Oleh karena itu masalah ini sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh positive appeal dan negative appeal dalam iklan radio terhadap brand awareness konsumen. Adapun pengaruh penggunaan kedua jenis appeal ini dalam penyajian iklan akan dilihat pada produk low involvement karena untuk produk seperti ini diperlukan awareness yang baik mengingat konsumen umumnya membeli produk berdasarkan merek yang paling diingat. Subyek penelitian adalah 120 siswa-siswi SLTP dan SMU Al-Azhar Kelapa Gading yang berusia antara 13-19 tahun (usia remaja) dan berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah atas dan atas. Hal ini dikarenakan remaja merupakan konsumen yang paling berpengaruh dalam pembelian produk low involvement. Penelitian ini dilakukan dalam situasi simulasi menggunakan metode eksperimental dengan desain single-factor design with repeated measures di mana subyek mendengarkan iklan radio yang menggunakan positive appeal maupun negative appeal. Brand awareness subyek diukur menggunakan brand recall test (berisi pertanyaan mengenai merek produk, jenis, slogan, dan ciri khusus) yang diberikan setelah penayangan iklan. Adapun metode pengolahan data dalam penelitian ini adalah uji t untuk kelompok yang berkorelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklan yang menggunakan negative appeal menghasilkan brand awareness yang lebih tinggi dibandingkan dengan iklan yang menggunakan positive appeal. lklan yang menggunakan negative appeal menghasilkan skor yang lebih tinggi secara signifikan baik skor total maupun skor tiap item brand recall test. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan yang menggunakan negative appeal menghasilkan brand awareness yang Iebih tinggi, namun sebagian besar subyek menunjukkan preferensi terhadap iklan yang menggunakan positive appeal dalam memilih iklan yang menarik perhatian. Hal ini berhubungan dengan pengenalan subyek yang Iebih baik pada positive appeal karena negative appeal merupakan hal yang masih jarang ditemui dalam iklan di Indonesia. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, para pengiklan dapat mencoba untuk menggunakan negative appeal dalam iklan sebagai alternatif tembosan baru terhadap iklan yang sudah ada. Namun karena negative appeal merupakan hal yang baru di Indonesia, pengiklan tetap harus memperhatikan pemilihan kata sehingga meskipun negative appeal menampilkan kekurangan produk, tetapi pesan tetap menjual. Untuk penelitian serupa di masa mendatang, dapat dilakukan penambahan jumlah subyek penelitian atau mengambil subyek dengan latar belakang yang berbeda. Dan untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, penelitian dapat dilakukan pada produk low involvement lain atau pada produk high involvement serta menggunakan media iklan yang berbeda.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>