Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maitri Prasetyo
Abstrak :
Label Front-of-Pack Traffic Light saat ini tengah banyak didiskusikan mengenai manfaatnya dalam membantu konsumen memilih makanan yang lebih sehat. Di Indonesia sendiri saat ini masih jarang dilakukan penelitian mengenai pengaruh dari label Front-of-Pack Traffic Light. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi baik daya terima mencakup kesukaan, kemenarikan, dan beban kognitif dan pemahaman objektif subjek. Penelitian ini menggunakan desain studi kuasi-eksperimental pre-test ?? post-test kelompok kontrol. Sebanyak 40 mahasiswa menjadi subjek dalam penelitian ini. Subjek tersebut kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan dipaparkan dengan jenis label gizi yang berbeda: label Front-of-Pack Traffic Light perlakuan dan label informasi nilai gizi kontrol. Subjek diminta untuk mengisi kuesioner yang berisikan 13 pernyataan terkait daya terima label gizi mencakup kesukaan, kemenarikan, dan beban kognitif dan 23 pertanyaan untuk mengukur pemahaman membaca label gizi dan kemampuan identifikasi makanan yang lebih sehat. Perbedaan rata-rata antar kedua kelompok kemudian dianalisis menggunakan uji independent t-test. Label Front-of-Pack Traffic Light dianggap sebagai label dengan daya terima yang lebih baik dibandingkan dengan label informasi nilai gizi.
Front of Pack Traffic Light nutrition labelling design becomes one of the labelling schemes that is the most discussed regarding their effect on aiding consumers on healthy food choices. In Indonesia, there is still lack of research about Front of Pack Traffic Light nutrition labelling. Hence, the present study aimed to evaluate FOP TL labels effectiveness, by evaluating both respondent acceptability including liking, attractiveness and perceived cognitive workload and their objective understanding. The design of this research is pre test and post test control group quasy experimental. There are 40 college students who participate to become subjects of these research. Subject then will ask to answer the question about acceptability and understanding of nutrition labelling. The results showed that on acceptability aspect, Front of Pack Traffic Light labelling has better acceptability that nutrition fact panel.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainy Suchianti
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi ekperimental yang bertujuan untuk melihat pengaruh pencantuman desain label gizi Front-Of-Package Traffic Light FOP-TL terhadap daya terima dan pemahaman. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik subjek umur, pendidikan, pendapatan, berat badan, tinggi badan, IMT, dan tekanan darah, pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku membaca label informasi nilai gizi, serta pemahaman label gizi dan daya tarik. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi ekperimen dengan waktu 3 minggu. Sample dipilih dengan menggunakan purposive sampling, dimana kelompok kontrol n = 11 diberikan label informasi nilai gizi dan kelompok intervensi n = 10 diberikan label FOP-TL. Pada minggu pertama subjek diberikan pre-test mengenai label gizi dengan bantuan dummy untuk mengetahui pemahaman label informasi nilai gizi. Pada minggu kedua diberikan edukasi berupa booklet dan dummy yang berbeda sesuai dengan kelompok, kemudian pada minggu ketiga diberikan post-test dan diukur daya terima label gizi pada kedua kelompok. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan signifikan pada peningkatan pemahaman antara kelompok kontrol dan intervensi.
This research is an experimental study which aims to identify the effect of inclusioning the nutrition labelling Front Of Package Traffic Light FOP TLs design towards acceptability and understanding. Collected data includes subject characteristics data age, education, income, weight, height, BMI, and blood pressure, knowledge of health and nutrition, and behavior of reading nutrition fact labels, also understanding towards nutrition label and acceptability. This research uses quasi experiment design which held for 3 weeks. Samples of this experiment are choosen by purposive sampling in which the control group n 11 were given nutrition fact label and the intervension group n 10 were given FOP TL. On the first week of intervension, understanding of nutrition fact label were assessed with the help of dummy. On the second week subjects were given booklet and dummy which dependened on the group to educate them. On the last week subjects were given post test and measured acceptance of nutrition label on both group. The result of this research showed that there was a significant difference on both group in the improvement of understanding.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Damayanti
Abstrak :
Penggunaan label informasi nilai gizi dapat meningkatkan pemilihan makan yang lebih sehat. Namun, kepatuhan membaca label informasi nilai gizi dan kemampuan dalam memahami informasi yang disajikan pada remaja masih rendah. Remaja merupakan target utama industri makanan dan minuman, selain itu perilaku konsumsi pada usia ini akan berkembang menjadi perilaku konsumsi saat dewasa. Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimental yang bertujuan untuk menilai pengaruh pemberian label Front-of-Package Traffic Light terhadap daya terima dan pemahaman siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian pre and post control grup yang melibatkan dua kelompok subyek dengan total 41 orang. Perlakuan terdiri dari 3 tahap yang terdiri dari pengisian pre-test pada pertemuan 1, intervensi edukasi pada pertemuan 1 dan 2, dan pengisian post-testpada pertemuan 3. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif univariat dan bivariat. Peneliti menemukan bahwa kepatuhan membaca label gizi masih rendah, baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan.Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada daya terima dan pemahaman label gizi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Skor daya terima dan pemahaman label gizi pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Hasil analisis lebih lanjut diperoleh tidak terdapat hubungan antara daya terima dengan pemahaman label. Penulis menyarankan siswa lebih memperhatikan label informasi gizi dan lebih aktif dalam mencari informasi mengenai gizi. Selain itu disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan label front-of-package pada kelompok dengan kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda.
The use of nutritional labels can improve the selection of healthier eating. However, adherence to nutritional information label reading and the ability to understand label information in adolescents is still low.Adolescents are the main target of the food and beverage industry, besides consumption behavior at this age will develop into behavior at adults. This study is an experimental quasi study aimed to assessing the effect of labeling Front of Package Traffic Light on the acceptance and understanding of high school students.Data collected included subject characteristics, food label reading behavior, nutrient label acceptance and understanding. This study is a pre and post control group study involving two groups of subjects with a total of 41 students.Study consists of 3 stages consisting of pre test filling at the first meeting, educational intervention at the second meeting, and post test filling at the third meeting. The data analysis is descriptive univariate and bivariate analysis. Study found that nutritional label reading behavior was low, both in the control and treatment groups.Statistical tests showed significant differences in acceptability and understanding of nutrition labels between treatment groups and control groups. The acceptance score and nutritional label understanding in the treatment group was higher than in the control group. The analysis result showed that no significant association between acceptance with understanding of label. Researchers suggest that students pay more attention to nutritional information labels and are more active in reading information about nutrition. In addition, further research is suggested on applying front of package labels to groups with different characteristics.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rafqi
Abstrak :
Anak usia sekolah yang sehat merupakan asset pembangunan bangsa. Keberadaan makanan di sekolah sangat penting, karena akan memenuhi 25-36% kebutuhan energi harian anak. Kebiasaan makan yang tidak sehat (kurang gizi) dapat menyebabkan stunting (perlambatan pertumbuhan anak); penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan osteoporosis, sementara untuk jangka pendek dapat menyebabkan dental caries, anemia, overweight dan obesitas. Hasil pengujian Badan POM tahun 2008-2010, menunjukkan 40-44% jajanan anak sekolah secara nasional tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Kebijakan Aksi Nasional menuju pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang aman bermutu dan bergizi, merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu pangan jajanan anak sekolah dengan cara memberdayakan komunitas sekolah secara mandiri mengawasi pangan jajanan di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan Aksi Nasional PJAS di kota Batam beserta efektifitasnya dengan menggunakan analisa implementasi kebijakan dari Mazmanian dan Sabatier. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa implementasi kebijakan Aksi NAsional PJAS di kota Batam sudah terlaksana cukup baik, namun tidak berjalan efektif karena ketidaktepatan dalam menentukan indikator kinerja, tidak ada NSPK terkait peran, tugas dan tanggung jawab kelompok pelaksana, tidak ada strukturisasi pelaksanaan kebijakan tersebut, dan tidak ada dukungan langsung dari DPRD dan Pmerintah kota Batam. Komitmen dari Pemerintah daerah kota Batam masi kurang, karena pengawasan pangan jajanan anak sekolah ini belum menjadi proritas dalam pembangunan kota Batam.
Healthy school-age children is a nation-building assets. The presence of food in schools is very important, because it will meet 25-36% of daily energy needs children. Unhealthy eating habits (malnutrition) may cause stunting (slowing the growth of children); cardiovascular disease, cancer, diabetes and osteoporosis, while in the short term can lead to dental caries, anemia, overwight and obesity. Test results of Badan POM RI (National Agency of Drug and Food control) in 2008-2010, showed 40-44% of school children nationwide snacks do not meet food safety requirements. National Action policy toward food snacks schoolchildren (PJAS) quality safe and nutritious, is one effort to improve the quality of food hawker school children by empowering school community independently oversee hawker food in the environment. This study aims to look at the factors that influence the implementation of the National Action policy PJAS in Batam city and along efektitasnya by using analysis of policy implementation Mazmanian and Sabatier. The study was conducted with qualitative methods, data collection is done through in-depth interviews and document. Results of the study showed that the implementation of the National Action policy PJAS in Batam city has done quite well, but is not effective, because of inaccuracy in determining the performance indicators, no NSPK related roles, duties and responsibilities of the executive, there is no structuring the implementation of the policy, and there is no direct support from the parliament and the Government of the city of Batam. The commitment of the local government of Batam city is still lacking, because the snack food supervision of school children has not been a priority in the development of the city of Batam.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T42992
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni
Abstrak :
Pada tahun 2015 Indonesia berada pada peringkat 2 dari 20 negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak di bawah India. Pengobatan tuberkulosis cukup lama dan polifarmasi sehingga meningkatkan keluhan efek samping obat yang akan mempengaruhi kepatuhan dan kesuksesan pengobatan. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efek samping obat anti tuberkulosis. Desain penelitian adalah kasus kontrol. Kasus adalah pasien yang mengalami efek samping obat dan kontrol adalah pasien yang tidak mengalami efek samping obat antituberkulosis. Jumlah sampel 342 terdiri dari 171 kasus dan 171 kontrol. Akhir analisis multivariat membuktikan ada 4 faktor yang berhubungan dengan efek samping obat yaitu umur, jenis kelamin, BTA(+) dan riwayat pengobatan TB dengan peran yang berbeda terhadap efek samping ringan dan efek samping berat. Faktor yang berhubungan dengan kejadian efek samping ringan adalah usia ≥40 tahun (OR = 2.17, 95% CI: 1.60 ? 4.75), jenis kelamin perempuan (OR= 4.67, 95% CI: 1.26 ? 17.33); faktor yang berhubungan dengan kejadian efek samping berat adalah usia ≥40 tahun (OR = 3.22, 95% CI: 1.73 - 5.96), jenis kelamin perempuan (OR= 2.92 95% CI: 1.07 ? 7.97), BTA(+) (OR=0.59, 95% CI: 0.35 ? 0.98) dan riwayat pengobatan TB (OR= 3.19, 95% CI: 1.16 ? 8.74). ......Indonesia was ranked 2nd out of 20 countries with the highest tuberculosis patients in the world after India. Long term exposure to anti-tuberculosis medication and polypharmacy increase risk of adverse drug reaction and which might determine adherence and therefore theraphy succes. The aim of this study was to determine factors associated with anti-tuberculosis adverse drugs reactions. A case control study was performed. Controls were defined as not having reported as side effect, receiving anti-TB during the same time that the case had appeared. A total of 342 patients (171 cases and 171 controls) were analyzed. At the end of multivariate model prooved 4 factors (age, gender, BTA+ and previous anti-Tb therapy) associated with adverse drug reaction in different role. In multivariable model, age especially those over 40 years (OR = 2.17, 95% CI: 1.60 - 4.75), gender (OR= 4.67, 95% CI: 1.26 - 17.33) were independently associated with mild-adverse drug reaction and age over 40 years (OR = 3.22, 95% CI: 1.73 ? 5.96), gender (OR= 2.92 95% CI: 1.07 - 7.97), BTA(+) (OR= 0.59, 95% CI: 0.35 - 0.98) and previous anti-Tb therapy (OR= 3.19, 95% CI: 1.16 - 8.74) were independently associated with severe-adverse drug reaction.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida
Abstrak :
Label pangan memiliki peranan yang penting dalam memengaruhi keputusan konsumenuntuk membeli produk pangan. Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakansebagai upaya menjamin keamanan pangan melalui pencantuman informasi yang benardan jelas pada label pangan antara lain Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentangPangan, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan,dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27 Tahun 2017tentang Pendaftaran Pangan Olahan. Namun, implementasi kebijakan tersebut belumberjalan optimal dan masih banyak ditemukan pelanggaran label khususnya produkyang dihasilkan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM pangan. Penelitianini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi implementasi kebijakanlabel pangan pada UMKM pangan di Jakarta dan Semarang. Penelitan ini dilakukandengan pendekatan kualitatif untuk menggali pandangan stakeholder melaluiwawancara mendalam serta fokus grup diskusi FGD . Dilakukan content analysisuntuk menyimpulkan fenomena tematik yang dilengkapi dengan observasi terhadap 12produk UMKM di Jakarta dan 7 produk UMKM di Semarang sebagai bentuk triangulasiuntuk menjaga validitas data. Analisis diperdalam dengan framework implementasikebijakan Edward III meliputi empat variabel yang mempengaruhi implementasikebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Hasilobservasi terhadap label UMKM pangan mendapatkan produk yang Tidak MemenuhiKetentuan TMK di Jakarta 91,6 dan Semarang 85,7 dengan pelanggarantertinggi adalah tidak tercantumnya keterangan kode produksi. Rendahnya penerapankebijakan label pangan antara lain disebabkan kurangnya dukungan pemerintahsehingga membatasi frekuensi sosialisasi, alokasi sumber daya, monitoring dan evaluasijuga memengaruhi koordinasi lintas sektor yang menyebabkan rendahnya keberhasilanprogram pengawasan dan pembinaan UMKM pangan. Penerapan kebijakan labelpangan pada UMKM pangan di Jakarta dan Semarang belum berjalan optimal yangdibuktikan dengan masih tingginya pelanggaran terhadap pencantuman keterangan padalabel. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat memperkuat frekuensi komunikasi,alokasi sumber daya, monitoring dan evaluasi serta koordinasi lintas sektor agar prosesimplementasi kebijakan oleh UMKM pangan baik di Jakarta maupun Semarang dapatberjalan optimal.Kata kunci:Implementasi kebijakan, label pangan, UMKM pangan. ......Food labels have an important role in affecting consumer decisions when purchasing aproduct. The government has set various policies in an effort to ensure food safetythrough correct and clear labelling, including Law No. 18 of 2012 on Food, GovernmentRegulation No. 69 of 1999 on Food Labelling and Advertisement, and Head of NationalAgency for Drug and Food Control Regulation No. 27 of 2017 on Food ProductRegistration. However, implementation of these policies is not optimal and manyviolations occur especially in Micro, Small, and Medium Food Enterprises MSME .This research is aimed analyzing the factors that affect the implementation of foodlabelling policies in food MSME in Jakarta and Semarang. This is a qualitative studyaimed at identifying stakeholder views through in depth interviews and Focused GroupDiscussions FGD . Content analysis was performed to determine the thematicphenomena, completed with observation of 12 MSME products in Jakarta and 7products in Semarang as a form of triangulation to maintain data validity. Analysis wasdetailed by framework implementation of Edward III policy which includes fourvariables that affect the implementation of a policy ndash communication, resources,disposition, and bureaucracy structure. Observations of MSME food labels revealedmajor violations in Jakarta 91.6 and Semarang 85.7 as production codes werenot printed on the labels. This low rate of policy implementation was caused by the lackof government support which limited socialization frequency, resource allocation,monitoring and evaluation that also affected coordination across sectors that caused alow success rate of the monitoring and maintenance program for food MSME.Implementation of food labeling policies in food MSME in Jakarta and Semarang is notoptimal as proven by the high rate of violations towards items to be posted on foodlabels. Therefore, the government should enhance the frequency of communication,resource allocation, monitoring and evaluation, as well as coordination across sectors toensure optimum implementation of the policy in Jakarta and SemarangKey words Implementation of policies, food labelling, food MSME
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayati Hasanah
Abstrak :
ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Aduan konsumen terhadap produk pangan menempati urutan teratas dengan proporsi 44,9%. Sarana ritel yang diperiksa (32.74%) belum menerapkan Cara Ritel Pangan yang Baik (CRPB). Pasar tradisional mempunyai peran strategis dalam pemenuhan pangan segar maupun pangan olahan. Namun kondisi pasar yang tidak terjaga hygiene dan sanitasinya dapat memberi celah terjadinya kontaminasi saat produk dijual oleh pedagang tidak sesuai ketentuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja implementasi Peraturan Kepala BPOM Nomor 5 Tahun 2015 tentang cara ritel pangan yang baik di pasar tradisional Jakarta, khususnya pada daging dan daging olahan dari aspek penyimpanan dan penyajian/pemajangan. Penelitian dilakukan secara kualitatif, melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Kerangka konsep mengacu pada teori Van Metter Van Horn. Ada 10 pasar tradisional di 5 wilayah kotamadya provinsi DKI Jakarta yang menjadi lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja implementasi kebijakan cara ritel pangan yang baik di pasar tradisional Jakarta pada tahun 2019 belum optimal. Daging dan daging olahan yang dijual oleh pedagang pada tahap penyimpanan dan pemajangan/penyajiannya masih banyak yang belum dilakukan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM tahun 2015 tentang Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional. Monitoring dan evaluasi belum optimal, Komunikasi belum optimal, banyak pedagang dan pengelola pasar belum mendapatkan sosialisasi kebijakan ritel pangan. Ukuran dan tujuan kebijakan belum jelas diketahui oleh pedagang ataupun pengelola pasar, sehingga menimbulkan perbedaan persepsi di lapangan. Disposisi pelaksana masih belum optimal (pemahaman,arah penerimaan dan intensitas) karena kurangnya sosialisasi. Karakteristik badan pelaksana belum optimal, masih mengalami kendala dalam fragmentasi tanggung jawab. Anggaran yang tidak dialokasikan khusus, fasilitas kurang, SDM terbatas menyebabkan sumber daya kurang optimal dalam implementasi kebijakan. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik juga belum optimal dalam mendukung kebijakan. Harapan kedepannya agar kebijakan disosialisasikan lebih sering, secara berkala. Ketersediaan sumber daya dialokasikan untuk kebijakan ini.
ABSTRACT
Food is the most important basic human need. Consumer complaints about food products ranked top with a proportion of 44.9%. Retail facilities examined (32.74%) have not applied the Good Food Retail Practice (CRPB). Traditional markets have a strategic role in fulfilling fresh food and processed food. However, market conditions that do not maintain hygiene and sanitation can provide a gap for contamination. when the product is sold by the trader is not according to the provisions. This study aims to analyze the performance of Regulation National Agency of Drug and Food Control Number 5 2015 concerning Good Food Retail Practice in Traditional Market Jakarta, especially in processed meat and meat from the aspect of storage and display. The study was conducted qualitatively, through in-depth interviews, observation and document review. The conceptual framework refers to the theory of Van Metter Van Horn. There are 10 traditional markets in the 5 municipalities of the DKI Jakarta province that are the location of the study. The results of the study indicate that the performance of the implementation of policies on how to sell good food in Jakarta's traditional market in 2019 is not optimal. Processed meat and processed meat sold by traders at the stage of storage and display are still many that have not been carried out in accordance with the Regulation National Agency of Drug and Food Control Number 5 2015 concerning Good Food Retail Practice in Traditional Market. Monitoring and evaluation is not optimal, Communication is not optimal, many traders and market managers have not received food retail policy. The size and objectives of the policy are not yet clearly known by the traders or market managers, giving rise to different perceptions in the field. The implementing disposition is still not optimal (understanding and intensity) due to lack of socialization. The characteristics of the implementing agency have not been optimal, still experiencing obstacles in fragmentation of responsibility. A budget that is not specifically allocated, lacking facilities, limited human resources causes resources to be less than optimal in implementing policies. The social, economic and political environment is also not optimal in supporting policies. Hope in the future so that policies are socialized more frequently, regularly. Availability of resources is allocated for this policy.
2019
T53578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajar Shofiyya
Abstrak :
ABSTRAK
Pemahaman terhadap informasi nilai gizi pada kemasan harus diperhatikan karena akan memengaruhi pemilihan makanan sehari-hari. Kurangnya pemahaman terhadap informasi nilai gizi akan berdampak pada pemilihan makanan yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pemahaman label informasi nilai gizi. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada 210 siswa/i SMA Negeri 2 Depok pada bulan Mei 2017. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan serta pengisian kuesioner secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 61,6 responden memiliki tingkat pemahaman label informasi nilai gizi yang kurang. Berdasarkan analisis bivariate diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dan motivasi dalam memilih makanan dengan tingkat pemahaman label informasi nilai gizi.
ABSTRACT
Understanding of nutrition label on the packaging should be noticed because it affects daily food selection. Lack of understanding of nutrition label will impact on inappropriate food selection. The aim of this study is to determine factors associated with understanding level of nutrition label. This study used cross sectional design on 210 students of SMA Negeri 2 Depok in May 2017. Data were collected with antropometric measurement weight and height and self administered questionnaire. The results showed 61,6 of respondents have less understanding of nutrition label. According to bivariate analysis, there was a significant association between gender and motivation in choosing food with understanding level of nutrition label.
2017
S69688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
Abstrak :
Asupan makanan yang tidak mencukupi merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada anak. Penggunaan formula pertumbuhan menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh orangtua untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi anak usia 1-3 tahun. Tesis ini mengkaji mengenai kesesuaian kandungan zat gizi pada informasi nilai gizi, kontribusi kecukupan gizi, pelabelan, serta klaim gizi dan kesehatan formula pertumbuhan terhadap peraturan. Penelitian dilakukan dengan desain studi deskriptif. Hasil kajian kesesuaian kandungan energi dan zat gizi makro menunjukkan tingkat kesesuaian tertinggi untuk karbohidrat, sukrosa, dan asam lemak trans (100%), sedangkan terendah asam α-linolenat (60%). Tingkat kesesuaian tertinggi untuk kandungan vitamin adalah vitamin D, E, B2, niasin, dan vitamin B12 (100%), sedangkan paling rendah vitamin K (58%). Tingkat kesesuaian tertinggi untuk kandungan mineral yaitu natrium (100%), sedangkan paling rendah tembaga (68%). Untuk kesesuaian kandungan bahan lain, tingkat kesesuaian tertinggi yaitu karnitin (100%), sedangkan paling rendah DHA (44%). Hasil kajian kontribusi terhadap kecukupan gizi anak menunjukkan rata-rata persentase angka kecukupan gizi (AKG) kandungan zat gizi formula pertumbuhan sebesar 8-75% per saji atau 24-229% per hari. Serat memiliki kontribusi AKG terendah sedangkan kontribusi tertinggi diperoleh dari biotin. Hasil kajian kesesuaian pelabelan menunjukkan tingkat kesesuaian sebesar 100% pada pencantuman tanggal kedaluwarsa, cara penyiapan, dan pernyataan produk tidak cocok untuk bayi. Sedangkan tingkat kesesuaian terendah adalah untuk pencantuman peringatan bahaya yaitu sebesar 2%. Hasil kajian kesesuaian klaim menunjukkan tingkat kesesuaian klaim kandungan zat gizi sebesar 99,5%, klaim perbandingan zat gizi sebesar 100%, dan klaim fungsi zat gizi 62%.
Inadequate dietary intake is one of immediate cause of child undernutrition. The use of growing-up formula have become alternative efforts made by parents to help them fulfill the nutritional needs of children aged 1-3 years. The objectives of this thesis were to review the conformity of nutrients content on nutrition facts and labeling, including nutrition and health claims of growing-up formula products to the regulation. Reviewed on contribution of growing-up formula to the child?s daily nutritional adequacy was also conducted on this study. This study was carried through the descriptive study design. Based on the results of conformity assessment of energy and macronutrient content, it is showed that the highest level of conformity were carbohydrates, sucrose, and trans fatty acids (100%), while the lowest was alpha-linolenic acid (60%). The highest level of conformity according to the vitamin content were vitamin D, E, B2, niacin, and vitamin B12 (100%), while the lowest was vitamin K (58%). The highest level of conformity according to the mineral content was sodium (100%), while the lowest was copper (68%). For conformity of other ingredients content, the highest level of conformity was carnitine (100%), while the lowest was DHA (44%). Reviewed on contribution of growing-up formula on the nutritional adequacy of young children showed that the average percentage of Recommended Daily Allowance (RDA) of nutrient content were 8-75 % per serving or 24-229% per day. Fibers had the lowest contribution of RDA while the highest contribution obtained from biotin. Conformity assessment on labeling showed 100% of conformance for the inclusion of an expiration date, preparation instructions, and the statement ?is not suitable for baby?. However, there was discrepancies in the inclusion of important notice for health hazards with the level of conformance was only 2%. Reviewed on claims demonstrated that all products specify nutrient content claims on the label had the level of conformance of 99.6%. All products specify comparative claims had the level of conformance of 100%. While all products specify nutrient function claims had the level of conformance of 62%.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Bagus Irwan Ruswandi
Abstrak :
Konsumsi minuman berpemanis gula atau Sugar Sweetened Beverages terus meningkat di seluruh dunia dan dihubungkan dengan peningkatan berat badan dan obesitas pada anak. Studi Diet Total-Survei Konsumsi Makanan Individu SDTSKMI di Indonesia menunjukkan bahwa minuman berpemanis gula terutama minuman serbuk dan minuman kemasan cair merupakan terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur termasuk balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara konsumsi minuman berpemanis gula sugar sweetened beverages terhadap status gizi balita di Indonesia dengan menggunakan studi cross sectional. Data konsumsi minuman berpemanis gula sugar sweetened beverages merupakan data sekunder hasil survei SDT-SKMI Indonesia 2014. Responden penelitian sebanyak 7717 balita dengan kelompok umur bayi 0-6 bulan, 7-11 bulan, 12-35 bulan dan 36-59 bulan. Prevalensi gizi berat-kurang sebesar 16.7 dan prevalensi gizi lebih sebesar 2.5. Proporsi balita mengonsumsi minuman berpemanis gula sebesar 42.6 dan konsumsi minuman cairan tertinggi pada balita umur 36-59 bulan sebesar 35.0. Terdapat hubunganbermakna antara konsumsi minuman berpemanis gula dengan status gizi kurang dan buruk dengan nilai p sebesar 0.004 dan OR 3.762 1.545-9.161 setelah dikontrol pendidikan ibu, total energi dan interaksi antara konsumsi minuman berpemanis gula dengan pendidikan ibu. Beberapa variabel yang berhubungan dengan status gizi yaitu ibu yang berpendidikan rendah OR = 2.524 ; 95 CI1.627-3.917 ; ibu yang berpendidikan sedang OR = 1.808 ; 95 CI 1.139-2.870 dan balita dengan AKE sangat kurang OR = 1.919 ; 95 CI 1.462-2.519. Ibu balita hendaknya membatasi balitanya untuk mengonsumsi minuman berpemanis gula jika asupan energi dan zat gizi dari makanan utama belum terpenuhi. Perlu ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan program gizi terkait dengan pendidikan gizi dan promosi gizi seimbang bagi masyarakat khususnya ibu balita. ......Consumption of sugar sweetened beverages continues to increase worldwide and it's associated with weight gain and obesity in children. Total Diet Study Individual Food Consumption Survey SDT SKMI in Indonesia shows that sugar sweetened beverages, beverages powder and beverage packaging liquid is the most consumed in all age groups including infants. The aim of this study is to determine consumption of sugar sweetened beverages and its association with nutritional status in Indonesia children by using a cross sectional study. Data consumption of sugar sweetened beverages is a secondary data survey from SDTSKMI Indonesia in 2014. The study subjects were 7717 infants with infant age groups 0 6 months, 7 11 months, 12 35 months and 36 59 months. The prevalence of under weight is 16.7 and over nutrition prevalence 2.5. Proportion of sugar sweetened beverages consumption is amount 42.6 and the highest liquid beverage consumption at age 36-59 months amounted to 35.0. There is a significant relationship between the consumption of sugar sweetened beverages with nutritional status under weight with p value 0.004 and OR 3.762 95 CI 1.545 9.161 after controlled by variable maternal education, total energyand the interaction between the consumption of sugar sweetened beverages with maternal education. Variables were significant to nutritional status are maternal with less educated OR 2.524 95 CI 1.627 3.917 maternal with middle educated OR 1.808 95 CI 1.139 2.870 and infants with less energy intake OR 1.919 95 CI 1.462-2.519. Mothers should limit their toddler's intakeon sugar sweetened beverages if the intake of total energy diet and nutrition balance not fulfilled. There still needs an effort from the government to improve nutritional programs such as nutrition education and promotion of balanced nutrition for society, especially mothers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library