Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Handini Kurniawati
Abstrak :
ABSTRAK Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kematian dini, terjadinya gagal jantung serta penyakit cerebrovasculer. Alat kontrasepsi pil KB dapat menyebabkan tekanan darah tinggi pada wanita. Tujuan penelitian adalah diketahuinya hubungan pemakaian kontrasepsi pil KB kombinasi dengan tekanan darah tinggi pada wanita PUS Metode penelitian adalah kasus kontrol, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, pada Bulan Pebruari-Maret 2010 dengan jumlah sampel 96 responden. Sampel kasus adalah wanita PUS dengan hasil pemeriksaan tekanan darah ≥ 140/90 mm Hg. Hasil penelitian adalah pemakaian pil KB kombinasi behubungan bermakna dengan tekanan darah tinggi OR 3,51 (95% CI 1,03?11,91), pernah memakai OR 2,71(95% CI; 0,71?10,32) Faktor yang mempengaruhi hubungan pemakaian pil KB kombinasi dengan tekanan darah tinggi pada wanita PUS adalah umur, riwayat keluarga tekanan darah tinggi dan obesitas. Wanita PUS pemakai kontrasepsi pil KB kombinasi dianjurkan mengontrol tekanan darah 6 bulan 1 kali untuk mencegah resiko tekanan darah tinggi.
ABSTRACT Hypertension is a risk factor of congessive heart failure and cerebral vascular diseases. Oral contraceptive could causes hypertension on women. The objective of this research was to study the correlation usage of combination oral contraceptive with hypertension on married women in reproductive age Case control study design was used in this research, was done at Primary Health Care Center of Grogol Petamburan, on February to March 2010. Ninety six respondent were participation in this research. Sample for case group were taken from visitors with blood pressure more or equal to 140/90 mm Hg. The result showed that usage of combination oral contraseptive have risk to causes hypertension in users OR 3,51 (95% CI 1,03?11,91), and in past use OR 2,71 (95% CI; 0,71?10,32). The confounding factor that affected the relationship between usage of combination oral contraceptive and hypertension were age, history illness of hypertension of family and obesitas. Married women in reproductive age who have using combination oral contraceptive were recommended to check the blood pressure regularly at least every 6 months to prevent of hypertension occurrence.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30827
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Fauziah
Abstrak :
Anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh kembang, dan berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabatnya (Presiden RI, 2014). Tahun 2015, pemerintah membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak untuk mewujudkan Kota Layak Anak (Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2015). Sehingga perlu dilakukan penelitian apakah RPTRA sudah sesuai dengan persepsi masyarakat dalam memenuhi hak dasar anak dan bagaimana analisis hubungan antara pemanfaatannya dengan tumbuh kembang anak di RPTRA Cililitan. Penelitian menggunakan mixed method, dengan desain studi simultan/paralel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia 7-11 tahun memiliki intensitas sering dalam memanfaatkan RPTRA, sedangkan usia 12-17 tahun jarang memanfaatkan RPTRA. Karena anak usia 7-11 tahun sedang memasuki tahapan yang aktif sehingga lebih memilih bemain diluar rumah. Selain itu hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemanfaatan RPTRA dengan pemenuhan hak tumbuh kembang anak, seperti bermain, memperoleh pendidikan, mengembangkan kreativitas, dan ibadah. Namun pada usia 7-11 tahun sudah terpenuhi haknya dalam bermain, memperoleh pendidikan, mengembangkan kreativitas, dan beribadah dilingkungan RPTRA. Sedangkan usia 12-17 tahun sudah terpenuhi haknya dalam memperoleh pendidikan dan mengembangkan kreativitas. Sehingga disimpulkan bahwa RPTRA sudah memenuhi standar dalam pemenuhan hak anak, dan pemanfaatannya tidak memiliki hubungan yang signifikan karena terdapat faktor lain diluar sarana dan prasarana RPTRA yang mempengaruhi pemenuhan hak tumbuh kembang anak. ...... Children have rights to life, to grow and develop, and participate that suit with their degree and dignity (President of RI, 2014). In 2015, the government built Child- friendly Public Space to actualize a city that decent to child (The Decision of Governor of DKI Jakarta Province, 2015). So, there's a need to do a research about does RPTRA appropriate already to people's perception in fulfilling the children's fundamental rights and how is the correlation analysis between its benefit to children's growth and development in RPTRA Cililitan. This research is using mixed method, with simultaneous/parallel study design. The result of the research shows that largely of children aged 7-11 have frequent intensity in using RPTRA, while children aged 12-17 is rarely using RPTRA. This is because children aged 7-11 is entering the active stage so they prefer to play outside the house. Moreover, result shows that there is no correlation between the use of RPTRA with the fulfilment of children's growth and development rights, for example playing, getting educated, developing creativity, and praying. But in 7-11 years old, their rights to play, get educated, develop creativity, and pray have already fulfilled in RPTRA's environment. While children aged 12-17 have the rights already fulfilled in getting educated and developing creativity. So we can conclude that RPTRA have met the standard in fulfilling children's rights, and its benefit doesn't have a significant correlation because there are other factors outside the facilities and infrastructures of RPTRA which affect the fulfilment of children's growth and development rights.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library