Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Rizki
Abstrak :
Universitas Indonesia (UI) merupakan universitas nasional yang terdiri dari dua kampus, yaitu Depok dan Salemba. Mayoritas terletak di Depok dan terdiri dari 10 fakultas dan sebuah program vokasi. Sampai saat ini UI tidak melakukan pengolahan sampah dan masih membuang sampah ke TPA Cipayung setiap hari. Tanpa adanya pengelolaan sampah yang baik, volume sampah di UI yang cenderung bertambah seiring dengan meningkatnya aktivitas dan jumlah warga akan mengakibatkan meningkatnya tumpukan sampah di TPA Cipayung yang dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan lingkungan dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengelolaan sampah di UI dan membuat suatu perencanaan pengelolaan sampah padat guna mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA Cipayung. Hasil penelitian menggambarkan bahwa 10 fakultas yang terdapat di UI Depok menggunakan sistem kumpulangkut- buang dan rata-rata volume sampah yang dihasilkan oleh 10 fakultas per hari adalah 14,5 m3. Rata-rata volume sampah UI Depok yang dibuang ke TPA Cipayung dalam seminggu adalah 90m3, Kesimpulannya, UI Depok belum memiliki pengolahan sampah dan reduksi volume sampah dapat menggunakan metode komposting dan bank sampah. UI Depok disarankan untuk menjalankan perencanaan ini guna mereduksi volume sampah. ......The University of Indonesia is a state university which is currently located in two different cities in Indonesia: Depok and Salemba. Most of the university's campuses, which are specifically ten faculties and one vocation program, are located in the Depok area. Up until today, the UI has not yet conducted any proper management of solid wastes and still disposes the wastes to the TPA Cipayung on a daily basis. As the solid wastes are managed improperly, the volume of solid wastes at the UI keeps increasing following the increases of the frequencies and the intensities of people's activities impacting the environmental and public healths. This research aims to take a closer look at the UI's management of solid wastes and plan a better solid-waste management in order that the volume of solid wastes disposed to the TPA Cipayung might be reduced. The research finds that no less than ten faculties in the UI have implemented the "collecting-transportingdisposing" system and that the volume of solid wastes produced by the ten faculties approximately reaches the number of 14,5 m3 a day in average. Meanwhile, it is found that the volume of solid wastes disposed to the TPA Cipayung is approximately 90 m3 a week. Looking at the two aforementioned findings, it might be concluded that the UI Depok has not yet adopted the right - not to mention dependent - sewage management system and that the volume of solid wastes should be reduced using the composting and the waste bank methods. Hence, it is suggested that the UI Depok uses the composting and the waste bank methods to reduce the volume of its solid wastes.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edifar Yunus
Abstrak :
Kebisingan adalah merupakan salah satu potensi bahaya yang ada dilingkungan tempat kerja di area produksi PKS 1 PT. X, dimana hampir seluruh line produksi mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dBA. Kondisi lingkungan kerja seperti ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada pekerja, yakni terjadinya penurunan fungsi pendengaran. Penelitian ini berjudul "Hubungan Kebisingan Terhadap Penurunan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit 1 PT. X Tahun 2014". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ada hubungan antara kebisingan dengan terjadinya penurunan fungsi pendengaran pada pekerja. Faktor yang berhubungan dengan kebisingan yang diteliti adalah intensitas bising, dan faktor yang berhubungan dengan karakteristik individu yakni: umur pekerja, masa kerja, jumlah jam kerja perhari. Untuk faktor intensitas bising didapat dengan melakukan pengukuran pada area produksi diamana pekerja beraktifitas, sementara faktor yang berkaitan dengan individu tentang umur pekerja, masa kerja, lama pajanan perhari, dan pemakaian APT di peroleh dari hasil kuesioner. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan potong lintang di mana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur satu kali pada waktu yang sama dengan tujuan menganalisis hubungan antara kebisingan terhadap penurunan fungsi pendengaran pada pekerja PKS 1 PT. X tahun 2014. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 55,17% responden bekerja di area dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA, 82,76% responden berumur kurang dari 40 tahun, 70,11% dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, dan 75,86 bekerja12 jam perhari. Pada pemeriksaan audiometri didapatkan 54,0% responden mengalami ketulian sensorineural. Setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat pada peneitian ini penulis menyimpulkan faktor-faktor intensitas bising, umur pekerja, masa kerja, dan jumlah jam kerja perhari berhubungan erat dengan penurunan fungsi pendengaran. Hubungan pemakaian APT dengan penurunan fungsi pendengaran tak dapat dinilai karena seluruh pekerja tidak memakai APT. ...... Noise is one of the risk factors at POM 1 production site environment of PT. X where most of its production lines retain noise intensity above 85 dBA. This noise intensive jobsite is a risk factor that could give rise to hearing loss as occupational disease among workers. ?The Correlation of Noise and Hearing Loss among Workers at Palm Oil Mill 1 (POM 1) of PT. X. in The Year of 2014? is the title of this study. The aim of this study is to analyse the correlation of noise and evidence of hearing loss among workers. Noise intensity is noise related factor; meanwhile age, length of service, and number of working hours per day are worker?s individual characteristics in this study. Noise intensity factor is obtained by noise measuring at production site where employees use to work, while worker?s individual factors such as age, length of service, number of working hours per day, and use of personal protective equipment (PPE) are acquired by questionnaire. This is a cross-sectional analyses study design where all the variables are measured once at the same time to enable noise and hearing loss correlation analyses on workers at POM 1 of PT X in the year of 2014. This study involved as many as 55.17% respondents who worked at jobsite with noise intensity more than 85 dBA, 72,8% aged less than 40 years, 70.11% with length of service less than 5 years, and 75.86% worked 12 hours per day. Measurement results revealed that 54.0% respondents developed sensor-neural hearing loss. Upon univariate and bivariate analyses done on this study, the researcher concludes that noise intensity, worker?s age, length of service, and number of working hours per day are factors that have close correlation to hearing loss among workers. The use of PPE is the factor that could not be analysed because none the workers wear any PPE.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lihawa, Wahyudin
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran hubungan antara intensitas bising dengan gangguan pendengaran terhadap pekerja.Penelitian dilakukan terhadap 349 responden di bagian Steel Melting dan Rolling Mills PT X pada bulan Maret - Juni 2014 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa hasil pengukuran intensitas bising dan audiogram, data sekunder berupa gambaran umum perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52 responden (14,9%) mengalami gangguan pendengaran, responden yang mengalami gangguan pendengaran terbanyak yaitu sebesar 59,6% (31 responden) adalah responden yang bekerja di Area Steel Melting yang memiliki intensitas kebisingan >85 dB. Penelitian menunjukkan gangguan pendengaran tidak berhubungan dengan pajanan debu, riwayat penyakit Diabetes melitus dan riwayat penyakit Hipertensi (p-value>α(0,05). Untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran kepada pekerja lainnya, perlu dilakukan upaya pengendalian risiko dengan melakukan pengendalian teknis, pengendalian administratif dan perlindungan kepada pekerja yang bekerja di area tersebut. ...... This study aims to provide an overview of the relationship between the intensity of noise with a hearing loss of workers. Study was conducted on 349 respondents at the Steel Melting and Rolling Mills PT X in March - June 2014 using cross-sectional design, the primary data in the form of noise intensity measurement results and results of audiometric measurement, secondary data from a general overview of the company. The results showed that 52 respondents (14.9%) had hearing loss, respondents who have a hearing loss that is equal to 59.6% (31 respondents) of respondents who work in Steel Melting areas that have noise intensity > 85 dB. Research showed hearing loss is not related to dust exposure, history of diabetes mellitus and a history of hypertension (p-value> α (0.05). To prevent hearing loss to other workers, risk control efforts should be made to perform technical control, control administrative and protection to employees who work in the area.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library