Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuniko Permatashari
"Adapun tujuan dari penganalisisan alur, tokoh dan tema yang terdapat dalam karya ini adalah agar dapat memperoleh pemahaman yang lebih jelas lagi mengenai isi cerita karya sastra Chiisaki Mono e dan sekaligus dapat memahami fungsi dari alur. tokoh dan terra sebagai unsur-unsur cerpen, sehingga karya sastra Chiisaki Mono e ini dapat digolongkan sebagai Cerpen (Cerita Pendek). Untuk.maksud tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalan Metode Deskriptif - Analisis dengan pendekatan intrinsik yaitu pendekatan atas unsur-unsur formal yang membangun karya sastra tersebut. Hasil penganalisisan alur, tokoh dan tema cerpen Chiisaki Mono e ini menunjukkan bahwa ceritanya ditampilkan dengan sorot balik dengan penceritaan peristiwa yang sudah terjadi oleh tokoh utama yang sekaligus berfungsi sebagai pencerita. Tokoh-tokoh dalam cerpen Chiisaki Mono e ada tiga tokoh penting, yaitu tokoh ayah sebagai tokoh sentral, tokoh ibu sebagai tokoh bawahan dan tokoh anak sebagai tokoh bawahan yang kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang tokoh utama. Di dalam cerpen Chiisaki Mono e ini, tema sentralnya adalah rasa penyesalan, perasaan berdosa sang ayah kepada anak-anaknya karena tidak mempertemukan mereka pada saat sang ibu menjelang ajalnya dan di pemakamannya. Sedangkan tema sampingannya adalah sebuah kematian yang mendatangkan penderitaan dan kebahagiaan serta hakikat cinta orang tua pada anak-anaknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Dina Paulina
"Metode penelitian yang digunakan bersifat kepustakaan, dengan menggunakan fasilitas dari perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan The Japan Foundation dengan memakai teori penokohan dan kritik sastra. Bertujuan untuk menganalisis tokoh utama Ken Ichiro dalam drama Chichi Kaeru dan Yoshitaro dalam drama Okujo No Kyojin karya dramawan Kikuchi Kan sehingga dapat mengungkapkan mengapa karya drama Kikuchi Kan walaupun kurang mendapat simpati dari para sastrawan Jepang lain, tetapi cukup populer dan mendapat tempat di hati para penggemar sastra. Dari penulisan skripsi ini penulis memperoleh hasil dari analisis tokoh dan penokohan drama Chichi Kaeru dan Okujo No Kyojin adalah Kikuchi Kan menampilkan tokoh-tokoh utamanya dengan membawa serta nilai-nilai kehidupan di dalam penokohannya: (1) Tanggungjawab sebagai anggota keluarga. (2) Pentingnya nilai pendidikan formal. (3) Keharmonisan sebuah keluarga."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Megahmiko
"Skripsi ini membahas tentang peran tata penunjang pementasan di dalam drama kabuki "Shiranami Gonin Otoko" babak III, babak IV, dan babak V. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain naratif. Hasil penelitian menyatakan bahwa tata penunjang, yaitu tata gerak, tata suara, tata rupa, tata bunyi, dan tata pentas sangat penting di dalam menunjang manusia (aktor) sebagai media utama di dalam pementasan; tata penunjang tidak bisa tidak ada di dalam pementasan drama kabuki.

The focus of this study is about the role of supporting elements in kabuki drama "Shiranami Gonin Otoko" act III, act IV, and act V. This research is a qualitative research with narrative design. The result of this research shows that supporting elements which are movement aspect, voice aspect, form aspect, sound aspect, and stage aspect plays an important role in supporting human (actor) as the main media in a play; supporting elements can't be missing in a kabuki drama play."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42061
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Carla Novelia
"Apabila kita membayangkan pertunjukan Kabuki, yang ada di dalam bayangan kita adalah suatu pertunjukan teater yang unik, dengan kemegahan dan keindahan di setiap unsurnya. Baik dalam hal akting para aktornya, maupun periengkapan panggung dan perlengkapan kostum. Kesemuanya disajikan dengan menggunakan teknik yang canggih, lain dari pada yang lain, sehingga menghasilkan suatu pertunjukan drama yang sangat indah dan megah. Untuk mencapai semua itu diperlukan suatu proses yang sulit dan panjang. Kehebatan berakting dari keluarga Ichikawa Danjuro juga tidak terlcpas dari proses belajar yang keras dan lama. Salah satu kehebatan akting serta kostum yang digunakan oleh keluarga Ichikawa Danjuro dapat dilihat dalam dramanya yang berjudul Shibaraku. Kehebatan ide, yang disajikan dalam teknik penggunaan lengan yang sangat unik pada kostum Shibaraku ini tidak dapat dijumpai dalam drama Kabuki manapun. Setelah melalui beberapa kali proses penyempurnaan, jadilah kostum Shiharaku ini menjadi salah satu kostum Kabuki yang paling unik dan indah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrid Novitasari
"Analisis mengenai enam unsur utama yang ada dalam tiga cerpen ugetsu monogatari telah dilakukan untuk skripsi mencapai gelar sarjana sastra. Tujuannya ialah untuk mengungkapkan bahwa cerita-cerita tersebut banyak mengandung ajaran-ajaran tentang moral dan cinta kasih yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analistis, yang bersifat memaparkan dan menganalisis. Hasil analisis ini berupa kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut : 1.Isi dari cerpen Asaji ga Yado, Kibitsu no Kama dan Jasei no In mempunyai kemiripan dengan kehidupan pengarang. Ueda Akinari sering mengikuti ayahnya melakukan perjaianan dari kota ke kota, seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh utama dari ketiga cerpen tersebut. 2. Cerita tentang moral dan etika mempengaruhi isi cerpen, dapat kita lihat dari tokoh Manago (Jasei no In) yang senang dengan pemuda tampan, tokoh Shotaro (Kibitsu no Kama) yang tega mengkhianati istrinya dan tokoh Katsushiro (Asaji ga Yado) yang meninggalkan istrinya demi harta"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Pralestari
"Akutagawa Ryuunosuke adalah salah satu dari sekian banyak pengarang Jepang yang berhasil. Rashomon, Nana dan Fume no Ito adalah tiga dari sekian banyak karyanya. Ketiga karya Akutagawa Ryuunosuke ini mengandung unsur egoisme. Dalam Rashomon dikisahkan seorang genin yang harus memilih antara tetap hidup tetapi berbuat jahat ataukah mati. Keputusan genin, akhirnya sangat dipengaruhi oleh ucapan tokoh lain yaitu seorang nenek. Tentu saja pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi kadar egoisme yang terdapat dalam diri genin. Dalam Rana dikisahkan bagaimana seorang pendeta yang masih mempunyai egoisme, padahal seharusnya memikirkan penyampaian ajaran agama. Di sini Akutagawa menyatakan bahhwa di dalam diri manusia ada perasaan yang saling berlawanan. Di satu pihak tidak akan tega melihat kesu_litan orang lain tetapi di pihak lain juga tidak suka melihat orang yang kesulitan itu terlepas dari lilitan_nya. Dalam kumo no Ito dikisahkan seorang penjahat besar bernama Kandata yang ditolong benang Laba-laba untuk keluar dari neraka. Namun karena Keegoisannya is jatuh kembali ke neraka. Melalui kisah ini, Akutagawa Ryuuno_suke menyampaikan bahwa egoisme bukan saja akan merugikan orang lain, tetapi juga dapat merugikan diri sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audriane Ferdiani Sani
"Penelitian sastra dapat dilakukan dengan melihat satu jenis genre sastra, misalnya, novel, cerpen, pantun, dan lain-lain. Selain itu, penelitian sastra juga dapat dilakukan dengan melihat dua genre sastra, cerpen dan novel, puisi dan novel, film dan novel, dan lain sebagainya. Penelitian terhadap kedua genre ini, umumnya berbentuk perbandingan terhadap salah satu unsur genre. Sama halnya dengan skripsi ini, bentuk dari penelitiannya adalah perbandingan, yaitu membandingkan sebuah cerita film hasil adaptasi dengan cerita pada genre asalnya, novel. Melalui perbandingan, dapat diketahui bahwa umumnya, ketika novel difilmkan (prosesnya biasa dikenal dengan sebutan adaptasi) ditemukan perbedaan cerita. Hal ini pula, yang diangkat menjadi masalah dalam skripsi ini, yaitu bagairnana proses adaptasi yang terjadi dalam novel dan film yang dijadikan bahan penelitian dalam skripsi ini. Bagian dari proses adaptasi yang akan diteliti adalah bagian struktur cerita, yaitu tema dan sudut pandang novel dan film, Objek dari penelitian ini adalah cerita Izu no Odoriko. Novel Izu no Odoriko diterbitkan pada tahun 1925, pengarangnya adalah Kawabata Yasunari_ Novel ini diangkat menjadi objek penelitian karma memiliki cara bertutur yang nyata, sehingga setiap orang yang membacanya mendapat gambaran jelas akan hal yang diceritakan oleh pengarang. Penggambaran yang nyata ini pula yang membuat beberapa pernbuat film di Jepang ingin memfilrnkan novel ini. Terbukti, setidaknya sudah empat kali novel ini difilmkam Film Izu no Odoriko yang dijadikan objek penelitian adalah film versi 1974 yang disutradarai oleh Nishikawa Katsuki. Jika dilihat secara garis besar cerita film versi 1974 sama persis dengan cerita novelnya; ada kesamaan seluruh cerita dengan novel anal, umumnya tidak ditemukan dalam film adaptasi. Penelitian tentang adaptasi dari novel ke film Izu no Odariko ini, menggunakan teori intertekstual dalam menganalisis masalah. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa cerita film tidak seutuhnya sama dengan cerita novelnya. Perubahan cerita akibat pergantian media sebenamya tetap terjadi, hanya saja pembuat film berusaha agar perubahan cerita tidak terlalu jauh berbeda dari cerita novel. Bagian terbesar yang mengalarni perubahan (transforrnasi} adalah tema clan sudut pandang. Tema tidak berubah secara total hanya saja bergeser, yaitu tema yang awalnya menjadi tema bawahan dalam novel, berubah menjadi tema utama dalam film. Sedangkan jika dilihat berdasarkan sudut pandang, maka baru dirasakan ada perubahan. Perubahan yang tidak dapat dielakkan akibat perpindahan media. Penerapan sudut pandang 'tokoh utama' dari novel, tidak dapat dimasukkan secara keseluruhan dalam film, karena akan menimbulkan perasaan monoton bagi penonton. Menerapkan secara terus-menerus sudut pandang 'tokoh' utama dalam film berarti membuat penonton melihat cerita hanya dari sudut pandang seorang tokoh. Bahkan dari segi garnbar sekalipun, penonton hanya dapat melihat benda-benda yang dilihat tokoh. Untuk itu sudut pandang harus ciiubah menjadi sudut pandang yang lebih objektif, di mana sudut pandang lebih berpihak pada jalan cerita bukan pada salah satu tokoh. Penelitian ini tidak hanya bermaksud untuk menganalisis masalah adaptasi, tetapi juga ingin mengajak pihak-pihak pernerhati sastra untuk melihat media lain penyampai sastra Sebuah karya sastra tidak hanya terns menerus disarnpaikan melalui tulisan tetapi juga bisa dilihat melalui gambar. Jangan takut kehilangan nilai estetis dari kata-kata, karena ketika sebuah karya sastra difilmkan kata-kata tidak akan kehilangan nilai estetisnya, lebih baik lagi ditambah dengan nilai estetis gambar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvita Wiasih
"Drama noh berkembang sekitar pertengahan abad ke-14 dipelopori oleh Kan'ami. Kan'ami dan Zeami, dianggap paling berjasa dalam pembentukan drama noh yang dikenal pada saat ini. Hasil pemikiran Kan'ami dan Zeami kemudian dijadikan konvensi dalam perkembangan drama noh selanjutnya.Salah satu konvensi dalam drama noh adalah mengenai penulisan lakon noh. Unsur intrinsik terpenting dalam lakon noh adalah tokoh dan alur. Penekanan tokoh dalam drama noh terdapat pada fungsi tokoh dalam cerita bukan perwatakan.
Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam lakon noh terdiri dari shite (tokoh utama), wake (tokoh utama yang menjadi pengamat shite), tsure (tokoh bawahan yang mengikuti shite atau wake), dan ai-kyOgen (tokoh bawahan).Alur dalam sebuah lakon noh tersusun dalam pola jo (pengenalan), ha (penggawatan), dan kyu (leraian). Ha dibagi lagi menjadi ha 1, ha 2, dan ha 3. Penyusunan lakon-lakon noh berikutnya biasanya mengikuti konvensi tersebut. Akan tetapi dalam lakon noh Kanawa ternyata ditemukan pergeseran dari konvensi tersebut.
Dalam skripsi ini penulis akan menganalisis mengenai pergeseran yang terjadi dalam struktur alur dan tokoh lakon noh Kanawa. Selain untuk memperkenalkan drama noh, khususnya struktur alur dan tokoh dalam lakon noh yang tipikal, analisis dalam skripsi ini dilakukan untuk mengungkapkan pergeseran yang terjadi dalam lakon noh Kanawa.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa pergeseran dalam alur terjadi pada bagian jo, ha 1, dan ha 2, sedangkan pergeseran fungsi tokoh terjadi pada tokoh arkyagen, wakizure, dan waki.Ditinjau dari cerita dalam lakon noh Kanawa, disimpulkan bahwa pergeseran terjadi karena adanya kebutuhan untuk membangun cerita yang dramatis. Dengan demikian, aturan mengenai alur dan tokoh dalam lakon noh tidak mutlak harus diikuti jika pergeseran tersebut dibutuhkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Alia Ariefa
"Teater bunraku terdiri dari tiga elemen, yaitu lakon, iringan shamisen dan boneka. Bunraku berkembang sekitar abad ke-16 dan mengalarni masa kejayaannya pada abad ke-17, yaitu pada zaman Genroku di bawah pemerintahan Tokugawa. Seorang tokoh penulis lakon yang banyak memberikan kontribusinya dalam perkembangan bunraku adalah Chikamatsu Monzaemon (1653-1724). Chikamatsu banyak mengadopsi nilai-nilai moral yang berlaku pada masa Tokugawa, yaitu giri dan ninjo ke dalam lakon-lakonnya. Hasil karyanya yang sangat popular pada saat itu banyak mempengaruhi karya-karya yang lahir dari para penulis sesudahnya. Di antaranya adalah lakon Sugawara Denju Tenarai Kagami yang ditulis oleh gabungan tiga orang penulis, yaitu Takeda Izumo (1691-1756), Namiki Senryu (1695-1751), dan Miyoshi Shoraku (1696-1772). Giri merupakan kewajiban sosial kepada sebuah unit sosial yang disebut sebagai ie atau rumah dimana ia tergabung di dalamnya dan menyerahkan kesetiaan penuh kepada pemimpinnya. Giri berasal dari keinginan seseorang untuk merespons kebaikan orang lain melalui pembayaran kembali utang budi sebagai timbal balik atas jasa yang pernah diterimanya. Dalam pelaksanaan giri, seseorang umumnya mengalami dilema. Dilema ini muncul karena kewajiban sosial yang harus dilakukannya bertentangan dengan keinginan pribadinya. Keinginan pribadi atau perasaan manusiawi inilah yang disebut sebagai ninjo. Pada masa Tokugawa, ketika hubungan antara atasan dan bawahan diberlakukan secara ketat, giri dinilai sebagai kebaikan samurai yang tertinggi atau terpenting. Para samurai percaya bahwa menjalankan giri adalah tanggung jawab yang utama. Tindakan mengelak dari pelaksanaan giri dan mengikuti keinginan pribadi (ninjo) dianggap sebagai tindakan yang tidak bermoral dan menyimpang. Dalam skripsi ini penulis mengungkapkan giri dan ninjo yang terdapat dalam lakon Sugawara Denju Tenarai Kagami dengan menggunakan konsep giri dan ninjo_Dari hasil analisis ditemukan adanya pertentangan antara giri dan ninjo pada tokoh Takebe Genzo dan Matsuomaru. Pada tokoh Matsuomaru, penulis menemukan adanya dua buah girl terhadap dua orang atasannya yang berbeda. Dari cerita Sugawara Denju Tenarai Kagami, disimpulkan, kedua tokoh itu lebih mengutamakan pelaksanaan kewajiban (girl) di atas perasaan manusiawi (ninjo) sebagai bentuk kepatuhan mereka terhadap kode etik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Rachmaniah
"Adapun tujuan dari penganalisisan alur dan tokoh yang terdapat dalam novel ini, adalah agar dapat memperoleh pemahaman yang lebih jelas lagi mengenai isi cerita novel Nogiku No Haka dan sekaligus agar dapat memahami fungsi dari alur dan tokoh sebagai bagian yang mendukung keseluruhan novel Nogiku No Haka. Untuk maksud itu, maka metode penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif - Analisis dengan pendekatan intrinsik yaitu pendekatan atas unsur-unsur formal yang membangun karya sastra itu. hasil penganalisisan alur dan tokoh novel Nogiku No Haka ini menunjukan bahwa ceritanya ditampilkan dengan alur sorot balik dengan pengungkapan peristiwa yang sudah terjadi oleh tokoh Masao., sedangkan dilihat dari struktur alurnya, cerita ini hanya sampai pada tahap perceraian dengan kematian tokoh Tamiko. Mengenai tokoh-tokohnya, ada tiga tokoh penting dalam cerita ini yakni Tamiko sebagai tokoh sentral (utama), kernudian Masao dan lbu Masao sebagai tokoh bawahan, yaitu tokoh yang kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang tokoh utama. Mengenai penokohannya, ditampilkan dengan cara analitik (langsung) dan juga dengan cara dramatik (tidak langsung)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>