Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Margaretha Purwanti
Abstrak :
Perkembangan jaman di abad 21 ini menuntut perguruan tinggi rnenyelenggarakan pembelajaran yang memungkinkan lulusannya memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi, keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis. Dengan kemampuan dan keterampilan tersebut individu akan mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan jaman. Beberapa penelitian tentang pembelajaran yang telah ada tampaknya belum dapat menjawab kebutuhan akan sebuah alur pembelajaran yang cocok untuk perguruan tinggi karena masih menggunakan pendekatan perilaku, contohnya penelitian Brophy & Good (1986), penelitian Sutadji (1993), model pembelajaran dari Cote dan Levine (2000), dan penelitian Simamora (2002). Tujuan penelitian ini adalah menguji model pembelajaran di perguruan tinggi dengan tesis utamanya, pengajaran dosen mempengaruhi hasil belajar mahasiswa melalui konsep pembelajaran, konsep diri akademik, dan pendekatan belajari. Hasil penelitian ini dlharapkan menjadi informasi dan bahan introspeksi bagi perguruan tinggi mengenai pembelajaran yang nyata terjadi di institusinya. Dengan menggunakan pendekatan kognitif dan berdasarkan argumentasi tertentu tentang unsur-unsur model, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini adalah model yang "baru". Pengajaran dosen adalah bagian dari konteks pembelajaran yang merupakan pengalaman pertama yang dihadapi mahasiswa dalam seluruh rangkaian pembelajaran di perguruan tinggi. Mahasiswa memaknai pengalaman ini melalui proses persepsi dan hasil persepsi mempengaruhi aktivitas mental selanjutnya. Aktivitas mental yang terpengaruh tersebut adalah konsep tentang pembelajaran dan konsep diri akademik. Berdasarkan pengetahuan kognitif tentang makna pembelajaran (konsep tentang pembelajaran) dan berdasarkan persepsi evaluatif tentang kemampuan diri (konsep diri akdemik) ini mahasiswa memutuskan menggunakan cara belajar (pendekatan belajar) tertentu untuk menguasai materi pelajaran. Pendekatan belajar adalah tingkah laku nyata mahasiswa dalam belajar yang menentukan tingkat hasil belajarnya. Pada model penelitian ini indikator hasil belajar tidak hanya IPK tetapi disempurnakan dengan tiga keterampilan utama untuk berkembang (human capital skills). Digunakannya IPK dan tiga keterampilan utama untuk berkembang sebagai indikator hasil belajar adalah hal "baru" lain pada model pembelajaran yang diteliti ini. Responden penelitian ini adalah 861 mahasiswa yang berasal dari empat perguruan tinggi yang berbentuk universitas dj Jakarta (dari dua universitas negeri dan dea universitas swasta). Ada lima skala yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian ini, yaitu skala persepsi mahasiswa tentang pengajaran dosen, skala konsep pembelajaran, skala konsep diri akademik, skala pendekatan belajar, dan skala tiga keterampilan utama untuk berkembang. Data IPK sebagai salah satu komponen hasil belajar diperoleh langsung dari responden. Ke-lima skala telah melalui pengujian konsistensi internal dengan teknik statistik yang sesuai. Pengujian model dilakukan dengan teknik analisis Model Persamaan Struktural (srructural equation modeling - SEM). Hasil uji model menunjukkan bahwa model teoritik sesuai (fit) dengan data empiris. Hasil belajar mahasiswa yang dominan menggunakan pendekatan belajar mendalam (deep approach) adalah yang paling optimal dibandingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang dominan menggunakan pendekatan belajar permukaan (surface approach) dan pendekatan belajar mengejar prestasi (achieving approach). Mahasiswa akan mengutamakan pendekatan belajar mendalam yang pada akhirnya menghasilkan hasil belajar optimal bila pengajaran dosen berfokus pada mahasiswa (leamer centered). Hasil persepsi mahasiswa terhadap pengajaran dosen yang berfokus pada mahasiswa ini adalah dianutnya jenis konsep pembelajaran mengkonstruksi pengetahuan dan menggunakan pengetahuan. Selain itu, pengajaran dosen yang berfokus pada mahasiswa sangat kondusif untuk menumbuhkan konsep diri akademik yang positif pada mahasiswa. Rangkaian pembelajaran seperti inilah yang diharapkan terjadi di perguruan tinggi. Dua rangkaian pembelajaran lain bukanlah yang diharapkan, namun penting untuk diketahui agar dapat diminimalkan kemunculannya. Pertama, rangkaian pembelajaran yang diawali dengan pengajaran dosen yang berfokus pada dosen (teacher centered, yang menghasilkan konsep pembelajaran mendapatkan pengetahuan (intake of knowledge) dan stimulasi eksternal (stimulating education), serta konsep diri akademik yang kurang positif. Pendekatan belajar yang digunakan pada rangkaian pembelajaran ini adalah pendekatan belajar permukaan (surface), yang akan mengarahkan pada pencapaian hasil belajar yang kurang optimal. Kedua, rangkaian pembelajaran yang diawali pula oleh pengajaran dosen yang berfokus pada dosen, dan mementingkan pencapaian nilai semata. Hasil persepsi mahasiswa dengan pengajaran dosen seperti ini adalah dianutnya konsep pembelajaran bekerjasama (cooperation), dan konsep diri akademik yang dapat dikatakan positif. Dengan karakteristik tersebut mahasiswa memilih menggunakan pendekatan belajar mengejar prestasi (achieving approach). Hasil belajar yang diraih mungkin saja tinggi, tetapi kurang optimal karena hanya menganggap penting nilai berupa angka. Keterbatasan utama penelitian adalah masih menyisakan pertanyaan tentang faktor lain yang menentukan hasil belajar optimal, yang kemungkinan bersumber dari faktor konteks pembelajaran yang belum seluruhnya tercakup pada penelitian ini. Pengaruh konteks pembelajaran ini pulalah yang kemungkinan menghasilkan banyak perbedaan di antara rnahasiswa PTN dan PTS, serta mahasiswa yang berasal dari Fakultas Ilmu Eksakta dan Ilmu Sosial dalam berbagai hal berkaitan dengan variabel penelitian ini. Hal ini tentunya dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. Saran praktis dari penelitian ini adalah pelatihan bagi dosen (untuk mengubah paradigma dari pembelajaran yang berfokus pada dosen menjadi pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa, dan membekali mereka dengan keterampilan mengelola pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa), pelatihan bagi calon mahasiswa (agar mereka siap belajar di perguruan tinggi), dan kesiapan institusi untuk menerapkan pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa secara konsisten.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
D680
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nursanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons saksi dalam perilaku cyberbullying. Dalam penelitian ini, terdapat dua studi korelasional yang dilakukan. Studi 1 berkaitan dengan respons saksi yang dilihat berdasarkan faktor individu dan melalui pendekatan Theory of Planned Behavior TPB . Penelitian ini dilakukan dengan responden sejumlah 117 mahasiswa dari beberapa universitas yang terdapat di Jabodetabek. Sementara itu, SEM PLS digunakan untuk menganalisis prediksi keseluruhan model TPB mengenai respons saksi di dalam cyberbullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku dapat memprediksi intensi. Di antara ketiga variabel tersebut, sikap adalah variabel paling dominan yang memengaruhi respons saksi. Selanjutnya, ditemukan bahwa faktor kondisi ragam relasi saksi memiliki peranan dalam hubungan antara intensi dan respons saksi terhadap cyberbullying. Pada studi ke-2, peneliti memasukkan ragam relasi sebagai moderator antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku. Pada studi 2 tersebut, ditemukan bahwa dari keempat kondisi ragam relasi saksi dengan pelaku dan korban, kondisi relasi saksi tidak mengenal pelaku dan korban adalah kondisi yang paling memengaruhi hubungan antara sikap dengan intensi. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi dan menghentikan perilaku cyberbullying, perlu dilakukan penguatan diri personal melalui sikap setiap individu. Penguatan diri personal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran diri mengenai bahaya cyberbullying. Untuk melaksanakan hal tersebut, diperlukan peran dan dukungan dari orang-orang di lingkungan sekitar individu; seperti kepedulian menciptakan susana sehat. Perilaku saling menghargai dan menghormati dalam berinteraksi di dunia maya menjadi cerminan tingginya norma subjektif. Di samping itu, persepsi kendali perilaku dapat ditumbuhkan dengan cara meningkatkan kemampuan asertif, empati, kepedulian sosial, dan membangun relasi yang baik terhadap sesama.
This study examines the response of bystander in cyberbullying. There are two correlational studies conducted. Study 1 relates to bystanders 39; s response viewed by individual factors and through the Theory of Planned Behavior TPB approach. This research was conducted with respondents of 117 students from several universities located in Jabodetabek. Meanwhile, SEM PLS was used to analyze the overall prediction of the TPB model of bystander response in cyberbullying. The results show that attitudes, subjective norms, and perceived behavioural control can predict the intention. Among the three variables, attitudes are the most dominant variables that influence the response of bystander. Furthermore, it was found that the variation factor of the bystander relation relationship had a role in the relationship between the intention and the bystander response to cyberbullying. In the second study, the researcher included the variety of bystander relationships as moderators between attitudes, subjective norms, and perceived of behavioural control. In the second study, it was found that from the four conditions of the various relations of a bystander with the perpetrators and victims, the condition of the bystander relation did not recognise the perpetrator and the victim was the condition that most affected the relationship between attitude and intention. The implications of the study are to reduce and to stop cyberbullying behaviour; it is necessary to strengthen the personal self through the attitude. Growing self-awareness can do personal self-reinforcement about the dangers of cyberbullying. Furthermore, the role and support of people in the individual 39;s surroundings are required; such as caring to create a good internet sharing. The behaviour of mutual respect and respect in interacting in the virtual world becomes a reflection of the high subjective norm. Also, perceived of behavioural control can be grown by increasing assertiveness, empathy, social awareness, and building good relationships with others.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2462
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library