Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Kevin Chrisanta Budiyatno
"Skrining penyakit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada petugas kesehatan dan non kesehatan rumah sakit merupakan salah satu upaya mencegah penularan Covid-19 di rumah sakit. Siloam Hospitals Group menerapkan tiga komponen skrining Covid-19 pada petugas, yaitu pengkajian gejala klinis, penemuan kontak erat, serta pemeriksaan antibodi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) secara berkala. Temuan positif pada minimal satu komponen skrining Covid-19 akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan reverse transcription polymerase chain reaction (RT PCR). Meskipun demikian, keterlambatan penemuan kasus konfirmasi Covid-19 pada petugas di tahun 2020 menuntut penilaian terhadap kinerja skrining Covid-19 yang berjalan saat itu. Penelitian ini mengevaluasi kinerja skrining Covid-19 pada petugas di Siloam Hospitals Group pada tahun 2020 melalui analisis kuantitatif hubungan antara masing-masing komponen skrining Covid-19 dengan luaran hasil RT PCR, dilanjutkan dengan analisis kualitatif berdasarkan aspek evaluasi kinerja skrining menurut Wilson dan Jungner (1968). Desain kuantitatif penelitian ini berjenis kasus kontrol dengan memanfaatkan telaah data secara retrospektif. Data kualitatif penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap tiga kriteria informan dan telaah dokumen. Penelitian ini menemukan hubungan signifikan antara gejala klinis khas Covid-19 dan antibodi SARS-CoV-2 dengan luaran hasil RT PCR (p < 0,05), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara riwayat kontak erat dengan luaran hasil RT PCR (p > 0,05). Gejala klinis merupakan komponen skrining Covid-19 yang menunjukkan kinerja paling baik dalam memperkirakan luaran hasil RT PCR pada kasus Covid-19 bergejala, namun untuk menangkap kasus Covid-19 presimptomatik dan asimptomatik, penemuan kontak erat seharusnya menjadi komponen skrining yang lebih unggul. Kejadian under reporting dan over reporting dalam penemuan kontak erat menyebabkan kasus konfirmasi Covid-19 terlewat untuk didiagnosis dan kasus non kontak erat terlaporkan sebagai kontak erat dengan mayoritas hasil RT PCR negatif. Uji antibodi SARS-CoV-2 memiliki kinerja yang paling buruk karena memberikan yield yang rendah dalam penemuan kasus dan pengambilan keputusan klinis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengkajian gejala klinis masih direkomendasikan sebagai komponen skrining Covid-19 yang memiliki kinerja baik. Penemuan kontak erat juga masih direkomendasikan sebagai komponen skrining Covid-19 meskipun kinerjanya memerlukan perbaikan. Sebaliknya, pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 berkala tidak lagi direkomendasikan sebagai komponen skrining Covid-19 karena menunjukkan kinerja yang paling buruk. Pemeriksaan berkala antigen SARS-CoV-2 atau pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) lainnya lebih direkomendasikan jika sudah tersedia.
The Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) screening on healthcare and non-healthcare workers is one of the means to prevent Covid-19 transmission within hospitals. Siloam Hospitals Group implements three components for Covid-19 screening on hospitals’ workers which consists of clinical symptoms assessment, contact finding, and serial Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) antibody testing. Positive finding on at least one of Covid-19 screening components will be followed up by reverse transcription polymerase chain reaction (RT PCR) testing. However, delay in Covid-19 confirmed case findings in hospitals’ workers in 2020 period requires assessment regarding Covid-19 screening performance implemented at the time. This study evaluates Covid-19 screening performance in Siloam Hospitals Group’s workers in 2020 through quantitative analysis of correlation between each of the Covid-19 screening components and RT PCR result, followed by qualitative analysis based on Wilson and Jungner’s (1968) principles of screening performance evaluation. The quantitative approach uses case control study design which collects quantitative data retrospectively. Qualitative data is acquired through in-depth interview with informants from three different criteria and through document study. This study finds significant correlation between Covid-19 clinical symptoms and RT PCR result as well as between SARS-CoV-2 antibody result and RT PCR result (p < 0,05), although no significant correlation is found between contact history and RT PCR result (p > 0,05). Clinical symptom is Covid-19 screening component which shows high performance in predicting RT PCR result for Covid-19 symptomatic cases. However, for Covid-19 presymptomatic and asymptomatic caeas, contact tracing should be placed as superior Covid-19 screening component. Under-reporting and over-reporting found in contact tracing implementation cause misdiagnosis of Covid-19 confirmed cases, while non-eligible contacts are reported as eligible contacts with predominant negative RT PCR results on follow up. SARS-CoV-2 antibody testing shows the lowest performance due to its low yield in case finding and clinical decision making. This study concludes that clinical symptoms assessment is still recommended as Covid-19 screening component with high performance. Contact tracing is also recommended to be used as Covid-19 screening component with performance improvement. In contrast, SARS-CoV-2 antibody testing is no longer recommended as Covid-19 screening component due to its low performance. Antigen SARS-CoV-2 or other Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) serial testing is more recommended, if available."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Kinanti Citra Weny
"Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, jumlah kasus kanker baru di Indonesia diperkirakan 408.661 kasus dan jumlah kematian akibat kanker di Indonesia diperkirakan 242.988 kematian. Penatalaksanaan penyakit kanker tidak terbatas pada penanganan penyakit secara klinis, tetapi juga harus melibatkan rencana penatalaksanaan yang dapat memberikan kualitas hidup terbaik secara keseluruhan. Health-Related Quality of Life (HRQoL) pasien kanker merupakan persepsi pasien terhadap efek penyakit dan/atau pengobatan dan dianggap sebagai hasil terapi yang penting pada pasien kanker. Perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker agar pemangku kebijakan dapat menyusun kebijakan yang sesuai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner EQ-5D-5L. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 14 variabel yang diteliti terdapat 4 variabel yang terbukti signifikan berhubungan, yaitu tingkat pendidikan (p = <0,001), pendapatan (p = 0,043), operasi (p = 0,022) dan komorbid (p = 0,007). Faktor dominan yang berhubungan signifikan dengan HRQoL pasien kanker adalah tingkat pendidikan (p = 0,000 dan B -0,430). Faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker perlu menjadi target intervensi para pemangku kebijakan. Pendidikan mampu meningkatkan pemberdayaan pasien kanker. Edukasi untuk pasien kanker menjadi hal yang penting sehingga pemahaman yang baik dari pasien kanker terhadap penyakit yang diderita dapat memengaruhi HRQoL agar menjadi lebih baik.
Based on data from the Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, the number of new cancer cases in Indonesia is estimated at 408,661 cases and the number of cancer deaths in Indonesia is estimated at 242,988 deaths. Cancer management is not limited to clinical disease management, but must also involve a management plan that can provide the best overall quality of life. Health-Related Quality of Life (HRQoL) of cancer patients is the patient's perception of the effects of disease and/or treatment and is considered an important therapeutic outcome in cancer patients. It is necessary to know the factors associated with HRQoL of cancer patients so that policy makers can develop appropriate policies. The research method used was a cross-sectional method with a quantitative approach using the EQ-5D-5L questionnaire. The results of the analysis showed that of the 14 variables studied there were 4 variables that proved to be significantly related, namely education level (p = <0.001), income (p = 0.043), surgery (p = 0.022) and comorbidities (p = 0.007). The dominant factor significantly associated with HRQoL of cancer patients was education level (p = 0.000 and B -0.430). Factors associated with HRQoL of cancer patients need to be targeted for intervention by policy makers. Education can increase the empowerment of cancer patients. Education for cancer patients is important so that cancer patients' good understanding of their disease can affect their HRQoL for the better."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library