Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Setia Utami
Abstrak :
ABSTRAK Penggunaan Amphetamine Type Stimulants (ATS) di Indonesia meningkat secara signifikan, sehingga tren penggunaan narkotika berubah. Cara penggunaan juga berubah dari mayoritas melalui jarum suntik menjadi melalui alat isap (bong). Penggunaan ini berpotensi menularkan infeksi saluran pernafasan akut seperti TBC dan pneumonia, selain itu penggunaan ATS memberi efek stimulan yang lebih meningkatkan risiko gangguan kardiovaskuler dan gangguan psikiatris. Efek ATS terhadap fisik, psikis maupun sosial, yang berbeda dari penggunaan zat non-ATS perlu mendapatkan intervensi yang spesifik. Saat ini model layanan rehabilitasi yang tersedia memberikan layanan yang sama kepada seluruh pengguna narkotika, sehingga belum memenuhi layanan rehabilitasi spesifik bagi pengguna ATS. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari layanan rehabilitasi yang ada, dan selanjutnya membuat usulan model layanan rehabilitasi khusus pengguna ATS. Metode penelitian adalah kombinasi kuantitatif dan kualitatif. Untuk mempelajari pelayanan yang tersedia saat ini, dilakukan studi kuantitatif membandingkan indikator keluaran yaitu produktivitas dan kekambuhan dari klien yang telah selesai dirawat di One Stop Center (OSC) dan Community Based Unit (CBU) dengan wawancara menggunakan kuesioner. Untuk membuat usulan model dilakukan studi kualitatif dengan wawancara mendalam kepada klien pengguna ATS, manajer program dan kepala OSC; telaah literatur dan telaah data sekunder; serta diskusi kelompok terarah terhadap petugas layanan rehabilitasi, program manajer, akademisi, organisasi profesi dan pengambil kebijakan. Hasil studi awal memperlihatkan tidak adanya perbedaan indikator keluaran pada pengguna ATS yang direhabilitasi di OSC maupun CBU (p>0,05). Ini berarti, perbedaan sumber daya dan metode layanan tidak menghasilkan perbedaan luaran terhadap pengguna ATS. Ditengarai beberapa kelemahan dari layanan yang tidak spesifik bagi pengguna ATS, mencakup prosedur skrining dan asesmen yang belum memisahkan kondisi klinis dan penyulit, intervensi yang belum sesuai dengan kondisi dan tujuan rehabilitasi individu, penilaian faktor risiko dan kualitas hidup belum dilakukan dan belum adanya monitoring evaluasi untuk indikator mutu layanan rehabilitasi. Berdasarkan hasil ini, diusulkan model layanan rehabilitasi bagi pengguna ATS. Model dikembangkan mengacu pada alur perjalanan klinis penggunaan ATS, meliputi metode intervensi sesuai kategori dan kebutuhan individu -terutama perlunya skrining dan asesmen terhadap risiko gangguan psikiatrik-, kemudian kebutuhan sarana prasarana minimal -terutama terkait perlunya ruang observasi psikiatrik-, dan terakhir, kapasitas minimal SDM -khususnya keterampilan penilaian psikopatologi gejala gangguan psikiatris serta kompetensi dalam penatalaksanaan dasar gangguan penggunaan narkotika disertai gangguan mental dan fisik (co-occurring disorders). Diperlukan uji coba lebih lanjut guna menilai penerapannya dalam berbagai tatanan layanan rehabilitasi di Indonesia.
ABSTRACT Major drug of abused in Indonesia has changed from heroin to amphetamine type stimulants (ATS) recently. Major route of administration has also changed from injection of heroin to smoking of ATS. Unlike heroin users who tended to be dependent, ATS users in general tended to be a recreational user. However, pattern of ATS usage has also potential risks, such as respiratory diseases -like TB and pneumonia-, as well as cardiovascular diseases and psychiatric disorders. Effects of ATS towards physical, psychological and social of its users were different with other non-ATS users, while existing drug treatment and rehabilitation program tended to provide ?one-size fits all?-where all clients received similar program and approach regardless their uniqueness and background. Therefore, there is a need to develop specific intervention for ATS users who need treatment. This study was aimed to provide drug rehabilitation model for ATS users that can accommodate individual needs and minimize harmful effect of its usage. This study applies both qualitative and quantitative methods. Study population is stakeholders from One Stop drug-treatment Center (OSC) and Community Based drug-treatment Unit (CBU), includes clients, clinical staff and management. Primary data is taken from three sources, first, clients who have completed treatment program, second, from literature review, and third, from secondary data review. The results of primary data analysis showed that there was no significance difference of treatment outcome between OSC and CBU (p>0,05). Meaning that different resources and approaches does not differentiate treatment outcomes toward ATS users. Existing rehabilitation programs have not accommodate ATS users specific needs. Existing drug treatment and rehabilitation program had potential limitation in treating ATS users. The study proposes drug rehabilitation model for ATS users which theoretically can accommodate their specific needs. The model covers intervention method which is based on individual needs and categories -particularly screening and assessment of psychiatric problem risks-, then minimum facilities requirements -particularly availability of psychiatric observation room-, and lastly, human resources capacity -particularly competencies in screening and assessing psychiatric signs and symptoms, as well as managing co-occurring disorder-. This model will be piloted in various rehabilitation setting. This model will be piloted in various rehabilitation setting to review its applicability in the field.
2016
D2156
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanti
Abstrak :

Abstrak

 

Unmet need KB merupakan kondisi perempuan aktif seksual yang ingin menunda atau membatasi kehamilan tetapi tidak menggunakan kontrasepsi. Penelitian ini mengkaji determinan sosiodemografik unmet need di Indonesia. Pengukuran unmet need menggunakan data SDKI 2017 dengan cara non-kalender yang mendasarkan pada status penggunaan kontrasepsi saat survei (11,7%), sedangkan cara kalender mendasarkan status penggunaan kontrasepsi dalam kurun waktu 69 bulan jelang survei (14,7%). Perbedaan sekitar 3% ini menyangkut tambahan hampir 1,6 juta perempuan berisiko kehamilan tidak diinginkan. Indonesia dengan konteks angka putus pakai kontrasepsi relatif tinggi, pengukuran unmet need KB cara kalender lebih sesuai dibanding cara non-kalender. Penguatan konseling oleh tenaga kesehatan, penataan pola pelayanan KB yang lebih sesuai diperkotaan, pemerataan pelayanan KB di seluruh wilayah Indonesia dan menjangkau masyarakat miskin diharapkan dapat menurunkan unmet need KB.

 


Abstract

 

Unmet need for family planning is a condition of sexually active women who want to delay or limit pregnancy but do not use contraception. This study examines the unmet need for sociodemographic determinants in Indonesia. Unmet need measurement uses IDHS 2017 by the non-calendar method which is based on the contraceptive use status during the survey (11.7%), while the calendar method is based on the status of contraceptive use within 69 months prior to the survey (14.7%). This difference of around 3% concerns the addition of nearly 1.6 million women at risk of unwanted pregnancy. In Indonesia with relatively high contraceptive discontinuation rate, the unmet need for family planning in the calendar method is more appropriate than the non-calendar method. Strengthening counseling by health workers, structuring patern family planning services that are more appropriate in urban areas, equitable distribution of family planning services throughout Indonesia, and reaching the poor are expected to reduce unmet need for family planning. 

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Kristanto Mulyantoro
Abstrak :
Kekurangan gizi pada awal kehidupan (1000 hari pertama) terutama masa prenatal akan memberikan multiple effect yang bersifat irreversible yaitu hambatan pertumbuhan linier yang direpresentasikan oleh pendek, pertumbuhan dan perkembangan organ termasuk pancreas yang direpresentasikan oleh diabetes mellitus dan tumbuh kembang otak yang direpresentasikan oleh kemampuan kognitif. Tingginya pendek pada populasi dewasa dan tingginya penyakit diabates mellitus di perkotaan berdasarkan survei Riskesdas 2007 mengindikasikan bahwa gangguan pertumbuhan linier dan perkembangan organ terjadi secara parallel. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah pendek usia dewasa mewakili stunting awal kehidupan dalam menjelaskan risiko penyakit diabetes mellitus usia dewasa. Penelitian ini memanfaatkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dengan disain cross sectional yang mewakili daerah perkotaan di 33 propinsi di Indonesia. Subyek penelitian adalah 12.639 laki-laki dan perempuan berumur 20 - 49 tahun. Penyakit diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan kadar gula darah puasa 2 jam post prandial sedangkan hambatan pertumbuhan linier awal kehidupan diukur dengan pencapaian tinggi badan (pendek) di usia dewasa. Analisis dilakukan 2 level yaitu : (1) melakukan uji bivariat, stratifikasi, multivariat pada kondisi saat ini (subyek dewasa). (2) Melakukan analisis risiko kekurangan gizi awal kehidupan terhadap penyakit diabetes mellitus menggunakan teori dan bukti ilmiah hasil penelitian sebelumnya. Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini cukup memadai yang ditunjukkan dengan konsistensi antar variabel dan konsisten dengan hasil penelitian lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi diabetes mellitus sebesar 3,8% dan proporsi pendek sebesar 37,7%. Pendek usia dewasa pada IMT<23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus OR adjusted 1,52 (CI 95% : 1.08-2.12). Bertambahnya umur meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes mellitus dengan OR 3,05 (CI 95% : 1,82-5,09) pada umur 30-39 tahun dan OR 7,58 (CI 95% : 4,69-12,27) pada umur 40-49 tahun. Keluarga kaya mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dengan OR 1.90 (CI 95% : 1.36-2.66). Minum minuman berkafein ≥1 x/hr dapat mencegah penyakit diabetes mellitus dengan OR 0,48 (CI 95% : 0,33-0,71). Kesimpulan penelitian ini adalah pendek usia dewasa pada kelompok IMT < 23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus.
Malnutrition in early life (1000 first day), especially during pregnancy would cause multiple effect which were irreversible, such as obstruction in linear growth were represented by short stature, growth and development of organs, including the pancreas represented by diabetes mellitus, and brain growth is represented by deficiency in cognitive abilities. The high prevalence of short stature in adult and the high prevalence of diabetes mellitus disease in urban population based on Riskesdas 2007 survey data indicated that disruption of linear growth and organ development occured in parallel. The purpose of this study was to assess whether short stature in adulthood represent stunting in their early life, in order to explain the risk of diabetes mellitus in adult. This study was utilized data from Indonesian Basic Health Research 2007 with a cross-sectional design representing urban areas in 33 provinces in Indonesia. Subjects were 12,639 men and women aged 20-49 years. Diabetes mellitus was diagnosed based on fasting blood glucose levels, 2 hours post prandial, while linear growth retardation in early life is measured by the attainment of height (short stature) in adulthood. Analysis was done in 2 levels: (1) Worked on bivariate, stratified, multivariate testing on current conditions (adult subjects). (2) Performed a risk analysis of malnutrition in early life towards diabetes mellitus disease using theories and scientific evidence based on previous researches. The data used in this analysis were sufficient, indicated by consistency between variables and consistency with the results of other related studies. Results of this study showed that the proportion of diabetes mellitus was 3.8% and the proportion of short stature was 37.7%. Short stature in adults with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus with adjusted OR of 1.52 (CI 95%: 1:08-2:12). Increasing age increased the risk of diabetes mellitus with 3.05 OR (95% CI: 1.82 to 5.09) at the age 30-39 years and 7.58 OR (95% CI: 4.69 to 12.27) at the age of 40-49 years. Wealthier families have a higher risk of developing diabetes mellitus with OR 1.90 (95% CI: 1.36-.66). Drinking caffeinated beverages ≥1 x / day could prevent diabetes mellitus with OR 0.48 (95% CI: 0.33 to 0.71). Conclusion of this study was short stature in adult with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1444
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Irianto
Abstrak :
ABSTRAK
Program pembangunan kesehatan ibu di desa merupakan upaya untuk mendekatkan akses ibu pada pelayanan kesehatan sehingga diharapkan memperkecil terjadinya kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan keberadaan bidan berdomisili di desa dalam melakukan rujukan komplikasi maternal melalui tempat kematian ibu sebagai ukuran kinerja rujukan. Sampel sebanyak 3493 kematian ibu yang merupakan separuh dari populasi dalam Sensus Penduduk Tahun 2010 tersebar di seluruh Indonesia, selanjutnya dianalisis regresi logistik multivariat untuk mengetahui peranan masing-masing faktor terhadap tempat kematian ibu. Hasil analisis menemukan bahwa setelah dikontrol faktor lain keberadaan bidan berdomisili di desa meningkatkan kemungkinan ibu meninggal di rumah sakit atau dapat mencegah kematian terjadi di rumah. Sedangkan faktor lain yang berperan yaitu anjuran merujuk dan akses. Untuk itu disarankan agar kebijakan penempatan bidan berdomisili di desa perlu didukung oleh semua pihak.
ABSTRACT
Maternal health programs in rural development is an attempt to get closer access to maternal health services that are expected to reduce the occurrence of maternal deaths. This study aims to determine the contributions of midwives who the same place villages the mother stay in refferal maternal complication by place of death as measure of refferal performance. Sampels are 3493 of maternal deaths, it?s a half of populations SP-2010. Analisys by multivariate logistic regression to determine of role each factors to maternal mortality place. The results, where midwives stay in the village increases the likelihood mother died in the hospital or prevent deaths occurred at home. Another factors to contributions to maternal mortality place are access (place, distance, regional). It is recommended to suport the placement midwives to stay at village policy.
2014
D1944
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr Dhian Probhoyekti Dipo
Abstrak :
ABSTRAK
Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Ibu hamil sudahditetapkan sejak tahun 1992, dengan kegiatan utama pemberian Tablet TambahDarah TTD selama hamil. Pemberian TTD dilakukan di fasilitas kesehatantermasuk Puskesmas dan jaringannya. Cakupan pemberian TTD secara nasionaldilaporkan meningkat dari 68,7 pada tahun 2009 menjadi 85,1 tahun 2014tetapi prevalensi anemia pada ibu hamil tidak banyak beranjak, masih berkisarantara 37-40 . Situasi ini mengundang kebutuhan asesmen mencari rangkaianpenyebab masih tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil.Penelitian ini merupakan penelitian operasional menilai pengembangan danaplikasi sistem informasi online ndash; SI-CANTIK ndash; dalam menguatkan fungsiasesmen program penanggulangan anemia pada ibu hamil. Pengembangan sisteminformasi termasuk proses penentuan data serta sistem pengumpulan danpelaporan data melibatkan para penanggungjawab program di semua tingkatanmanajemen program, sampai fasilitas layanan. Data mencakup informasi tentangketersediaan TTD, jumlah sasaran ibu hamil dan jumlah ibu hamil yang periksadarah Hb menurut usia kehamilan. SI-CANTIK diterapkan pada semuapuskesmas dan jaringannya di Kabupaten Muara Jambi Provinsi Jambi dan KotaSukabumi Provinsi Jawa Barat. Pencatatan data secara elektonik dan pelaporandata dari fasilitas layanan ke pusat manajemen melalui SMS Short MessageSystem . Penyajian data di semua tingkatan program dapat dilakukan setiap waktudilengkapi dengan sensor kesalahan data ndash; ketersediaan TTD, jumlah ibu hamildan pemeriksaan Hb.Hasil penelitian menunjukkan aplikasi SI-CANTIK berjalan lancar danmenguatkan secara nyata fungsi asesmen program penanggulangan anemia padaibu hamil. Aplikasi SI-CANTIK tidak membebani dan justru mengurangi bebanpetugas kesehatan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan data. Penguatanfungsi asesmen terlihat melalui peningkatan kemampuan program menyediakandan memudahkan akses data tepat waktu yang relevan di tingkat manajemen danlayanan program, dan peningkatan penggunaan data dalam pengembangankebijakan dan manajemen program layanan. Penyajian data yang dilengkapidengan sistem sensor membuat program mampu mendeteksi dan memperbaikikesalahan data, dan dengan demikian mendorong peningkatan kualitas data.Aplikasi SI-CANTIK juga mendorong komunikasi, koordinasi dan integrasiberbagai program yang terkait dengan upaya penanggulangan anemia pada ibuhamil.Kata Kunci: fungsi asesmen program, sistem informasi online, pemberian TTD,data tepat waktu, sistem sensoring data
ABSTRACT
Name Rr. Dhian Probhoyekti DipoStudy Program Doctoral Program of Public HealthTitle Strengthen the Assesment Function in Health Program Online of Information System ndash SI CANTIK ndash Controlling Anemia Program in Pregnant MotherControlling of Anemia in Pregnant Mother Policy is assigned since 1992, which isprovided Iron Folic Acid IFA tablets in pregnancy period. The providing IFA isconducted in Puskesmas and its networking. Trend of the coverage is increasedsince 2009 to 2014 that are 68,7 to 85,1 . However, the increasing is not inlineto the anemia prevalence, which is stagnant around 37 40 . The situation is leadto seeking the path of the causes as the high of anemia prevalence.The study is included in operational research to assess the development andapplied online system information ndash SI CANTIK ndash in strengthening assessmentfunction of Program to Control Anemia in Pregnant Mother. The development ofinformation system are started by determining the data, system collecting andreporting, which contributed by stakeholder in all stages of management program.The data that covered information about availability of IFA tables, target ofpregnant mother and pregnant mother who received hemoglobin Hb blood testas gestation. SI CANTIK is applied to all Puskesmas in Muara Jambi District andSukabumi City. Recording the data is done by electronic and reporting isconducted from Puskesmas and its networking to management centre throughSMS Short Messaging System . Data is presented in all stages of programs, andcould be accessed anytime that completed by error censoring availability of IFAtables, target of pregnant mother and Hb blood test.The result showed that SI CANTIK application is piloted adequately, and in factstrengthening the assessment function of Program to Control Anemia in PregnantMother. SI CANTIK application makes the reporting and recording data is easierthan before. The strengthening assessment function has seen increasing ofcapability program to provide and access data on time in service and managementstages, and improving of using data in development of policy and managementprogram. The data presentation is equipped by censoring system to detect theerror data and restore the data, then drive the manager to improve the quality ofprogram. SI CANTIK application is to motivate communication, coordination andintegration among programs related controlling anemia in pregnant mother.Keywords assessment function of program, online information system, providingIFA, real time data, data censoring system
2016
D2241
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Amran
Abstrak :
Dalam siklus reproduksi, bertambah usia, jumlah anak dan kondisi kesehatan menimbulkan kebutuhan jenis alat kontrasepsi baru yang lebih rasional. Peralihan ke metode yang tidak rasional dapat berdampak pada kehamilan tidak direncanakan. Pengetahuan yang tinggi serta persepsi efektifitas dan efisiensi penggunaan alat kontrasepsi berhubungan dengan pola penggantian metode rasional. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggantian metode kontrasepsi, serta membuktikan perbedaan hubungan pengetahuan serta persepsi penggunaan alat kontrasepsi dengan pola penggantian metode kontrasepsi rasional antara perempuan akseptor KB di Jawa Timur dan NTB.Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi Cross-Sectional. Subyek penelitian adalah wanita usia subur dengan jumlah 4616 perempuan di Jawa Timur dan 4819 perempuan di NTB. Perubahan jenis kontrasepsi ditinjau dari perbedaan jenis kontrasepsi saat ini dengan sebelumnya selama rentang waktu mengikuti program KB. Penilaian rasionalitas ditinjau dari kecocokan metode kontrasepsi terakhir dengan usia, jumlah anak dan motivasi KB. Pengetahuan yang diukur terkait MKJP. Sementara persepsi yang diukur terkait efektifitas efek samping dan cara pemakaian dan efisiensi biaya dan kemudahan memperoleh alat kontrasepsi. Data dianalisis dengan meggunakan multilevel analisis regresi logistik berganda untuk membuktikan hipotesis penelitian. Pola pengantian metode kontrasepsi didominasi oleh perpindahan dari non MKJP ke non MKJP lainnya. Hanya sebagian kecil perempuan berisiko tinggi yang beralih menggunakan kontrasepsi rasional baik di NTB maupun Jawa Timur. Persepsi terhadap efek samping terbukti berhubungan dengan pola penggantian rasional pada perempuan di Jawa Timur, dan persepsi terhadap cara pemakaian alat kontrasepsi terbukti berhubungan dengan pola penggantian metode kontrasepsi rasional pada perempuan di NTB. Persepsi terhadap biaya alat kontrasepsi terbukti berhubungan dengan pola penggantian metode kontrasepsi rasional pada perempuan di Jawa Timur dan NTB.Dapat disimpulkan ada perbedaan hubungan persepsi penggunaan alat kontrasepsi dengan pola penggantian metode kontrasepsi antara Jawa Timur dan NTB. Oleh karena itu, disarankan strategi KIE pada perempuan di Jawa Timur fokus pada penyelesaian masalah persepsi terkait efek samping dan pada perempuan NTB fokus pada penyelesaian masalah persepsi cara pemakaian alat kontrasepsi. Untuk menyelesaikan permasalah terkait persepsi biaya alat kontrasepsi pada perempuan di Jawa Timur dan NTB, perlu didukung keberlanjutan program penggratisan alat kontrasepsi pada masyarakat miskin dan juga masyarakat katagori lainnya melalui program BPJS. ......In the reproductive cycle, the increasing age, number of children and health conditions lead to the need for more rational types of new contraceptives. Switching contraception to irrational methods may cause unintended pregnancies. High knowledge and perceptions of the effectiveness and efficiency of contraceptive use are related to the rational switching method pattern. Therefore, this study aims to evaluate the pattern of switching contraceptive methods, and to prove the difference association of knowledge and perception of contraceptive use with the pattern of rational switching contraceptive methods among women of Family Planning FP acceptors in East Java and West Nusa Tenggara.This study used a quantitative approach with Cross Sectional study design. Research subjects were women of reproductive age with 4616 women in East Java and 4819 women in West Nusa Tenggara. Changes in types of contraceptives were reviewed from the different types of contraceptives with the previous one during the timeframe of the FP program. Assessment of rationality was reviewed from the compatibility of the last method of contraception with age, number of children and family planning motivation. Knowledge was measured related to Long Term Contraceptive Method LTCM . While, perception rsquo s measurement was related to the effectiveness side effects and mode of use and efficiency cost and ease of obtaining of contraceptives. Data were analyzed using Multilevel Multiple Logistic Regression analysis to prove the research hypothesis.The switching pattern of contraceptive methods was dominated by changing from non LTCM to other non LTCM. Only a small proportion of high risk women switched to use rational contraception both in West Nusa Tenggara and East Java. Perceptions of side effect was associated with rational patterns of switching method in women in East Java, and perceptions of the use of contraceptives had relationship with patterns of rational contraceptive methods for women in West Nusa Tenggara. Perceptions of the cost of contraceptives was foundto be related withrational switching pattern of contraceptive methods among women in East Java and West Nusa Tenggara.In conclusion, there was a difference relationship of perceptionon contraception use and switching contraceptive method between East Java and West Nusa Tenggara. Therefore, it is recommended that Communication, Information and Education CIE strategies for women in East Java should focus on solving perceptual problems related to side effect while in West Nusa Tenggara women more focus on solving perception problems about how to use contraceptives. To solve the problems related to perception of contraceptive cost among women in East Java and West Nusa Tenggara, it is necessary to support the continuity of contraceptive application program for the poor and other categories through the Social Insurance Administration Organization Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D2401
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Ramadani
Abstrak :
Rokok merupakan masalah global dan menjadi ancaman serius bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Studi kohor prospektif ini, dilakukan untuk menilai pengaruh pajanan pasif asap rokok ibu hamil terhadap gangguan pertumbuhan janin. Melibatkan 128 ibu hamil trimester 3, hamil janin tunggal, tidak memiliki riwayat penyakit kronis, bukan perokok aktif, bukan mantan perokok, dan bersedia terlibat dalam penelitian. Penilaian pajanan asap rokok ibu berdasarkan pemeriksaan nikotin darah tali pusat (cut off ≥1ng/ml). Pengukuran menggunakan nikotin plasma adalah metode yang paling akurat karena dapat mengukur kondisi sebenarnya dan membantu mengurangi misklasifikasi. Gangguan pertumbuhan janin dinilai dengan pengukuran berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala, dan berat plasenta. Pengukuran dilakukan segera setelah lahir untuk menjamin ketepatan pengukuran. Analisis uji beda dua mean digunakan untuk mengetahui perbedaan rata rata ukuran gangguan pertumbuhan janin antara kelompok ibu terpajan asap rokok dan tidak terpajan asap rokok. Analisis regresi linier untuk melihat pengaruh pajanan asap rokok terhadap berat lahir, panjang lahir, lingkar kepala dan berat plasenta dengan memperhatikan variabel pengganggu seperti penambahan berat badan ibu selama hamil, BMI ibu, paritas ibu, usia dan kadar hemoglobin ibu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar nikotin tali pusat sebesar 1,3±2,5 ng/ml. Berat lahir dan berat plasenta bayi dari ibu yang mendapat pajanan asap rokok lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak mendapat pajanan asap rokok. Pajanan asap rokok secara signifikan mengurangi berat lahir bayi sebesar 205,6 gram (pvalue = 0,005) dan berat plasenta sebesar 51 gram (p value=0,010). ......This cohort study examined the effect of secondhand smoke exposure in pregnant women on fetal growth restriction. The study recruited 128 pregnant women in the third trimester pregnancy, single pregnancy, no chronic illness, non-active smokers, non-exsmokers, and who were willing to participate in the study. Pregnant women with the secondhand smoke exposure referred to those with the umbilical cord blood nicotine level of 1ng/ml or higher. Fetal growth disorder was assessed according to the newborn weight, length, head circumference, and palcental weight measured immediately after birth. The independent t-test analysis was used to determine the difference in average size of fetal growth between two groups of pregnant women: exposed and the notexposed to the secondhand smoke. A multiple linear regression analysis was employed to find out the effect of secondhand smoke exposure on birth weight, length, head circumference, and palcental weight controlling for the birth size confounders including weight gain during pregnancy, body mass index, parity, maternal age, and maternal hemoglobin. The study found that mean of nicotine in umbilical cord blood was 1.3±2.5 ng/ml, the birth weight and the placental weight of infants were lower among mothers who exposed than among mothers who did not expose to the secondhand smoke. Exposed to the secondhand smoke reduced the birth weight by 205.6 grams (p value = 0.005) and placental weight by 51 grams (p value=0.010).
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milla Herdayati
Abstrak :
Mobilitas ulang alik (commuting) telah menjadi fenomena global di seluruh kota-kota metropolitan di dunia termasuk Indonesia. Kegiatan perekonomian/bisnis cenderung berada di pusat kota, mengharuskan mereka bermobilitas (commuting) untuk bekerja. Mereka berhadapan kemacetan/kepadatan, polusi, durasi commuting yang panjang, hal ini diperberat buruknya sistem transportasi publik. Pada perempuan kondisi tersebut menjadi permasalahan tersendiri, dikarenakan perempuan bekerja tidak serta merta dapat melepaskan peran domestiknya. Tujuan studi ini menganalisis apakah commuting berkaitan dengan kualitas hidup komuter, dan apakah peran gender memodifikasi pengaruh commuting terhadap kualitas hidup komuter. Studi ini menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tiga Kawasan Metropolitan di Indonesia, yaitu Jabodetabek tahun 2014, Mebidang dan Sarbagita tahun 2015. Sampel studi: Pekerja komuter berusia 15-65 tahun di wilayah tersebut dengan kriteria eksklusi adalah commuting dengan berjalan kaki/bersepeda (active commuting). Untuk memperkaya studi ini dilakukan studi kualitatif. Temuan studi ini membuktikan adanya commuting paradox pada komuter, perempuan memiliki pola commuting yang khas multi-trips dan multi-destinatios. Temuan lain studi pola commuting berhubungan negative dengan kualitas hidup lebih baik belum dapat dibuktikan. Peran gender berpengaruh terhadap negative terhadap kualitas hidup komuter. Selain itu efek commuting terhadap kualitas hidup berbeda menurut kewilayahan. Beberapa rekomendasi studi ini bahwa beban commuting harus diminimalisir dengan mengembangkan sistem transportasi public yang handal dan humanis dan ramah perempuan, serta dan juga mendorong penggunaan transportasi massal lewat dengan kampanye dari perspektif kesehatan masyarakat. ......Commuting has become a global phenomenon in various metropolitan cities in the world including Indonesia. Economic and business activities tend to be located in the city center has requires people live suburb area to commute to work. The people facing several problems such as traffic, pollution, long duration of commuting also poor transportation system. For women, this condition becomes a real problem, because women have dual role within the households. The purpose of this study is to analyze whether commuting have an impact for the quality of life of commuters, and whether gender roles also influence of commuting on the quality of life. This study uses 2015 and 2014 Central Bureau of Statistics (BPS) data on three municipality in Indonesia, namely Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang and Bekasi) and Mebidang (Medan, Binjai, dan Deli Serdang) and Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Sample study: Commuter workers aged 15-65 years within three municipality with exclusion criteria are walker and people whose work by cycling (active commuting). To enrich this study a qualitative study was conducted. The findings of this study prove the existence of commuting paradoxes in commuters, women have a commuting pattern that is typical of multi-trips and multi-destinations and commuters with minor gender roles have a better quality of life. In addition, the effects of commuting on quality of life differ according to region/area. Some recommendations from this study that the burden of commuting must be minimized by developing a reliable public transportation system that is friendly to women, and providing subsidies for low-income commuters, and also encouraging the use of mass transportation through campaigns from a public health perspective.
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Gayatri
Abstrak :
Kecemasan akan kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi yang tidak pasti berdampak negatif pada penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Banyak perempuan meyakini mitos kontrasepsi menyebabkan kemandulan termasuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti yang ditunjukkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, 2012 dan 2017 dimana tidak ada perempuan yang putus pakai MKJP sebelum mempunyai anak. Penelitian ini membuktikan mitos tersebut tidak benar, karena kesuburan dapat segera kembali sebelum satu tahun pascaputus pakai kontrasepsi. Analisis kesintasan digunakan dalam mengestimasi kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang diteliti pada SDKI yaitu pil, suntikan, IUD dan implant yang digunakan selama 5 tahun sebelum 2007, 2012 dan 2017. Sebanyak 4573 episode (SDKI 2007), 5183 episode (SDKI 2012) and 5989 episode (SDKI 2017) dari perempuan yang putus pakai kontrasepsi karena ingin hamil diikuti secara retrospektif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Stata IC 15.1. Perempuan pemakai IUD hamil lebih cepat dibandingkan mereka yang menggunakan implan, pil dan suntikan. Tingkat kehamilan kumulatif selama 1 tahun pascaputus pakai kontrasepsi adalah 72%-85% untuk IUD, 75%-81% untuk pil, 72%-76% untuk implan and 65%- 67% untuk suntikan. Tingkat kehamilan pada 2 tahun pascaputus pakai pada keempat kontrasepsi mencapai 82%-92%. Tingkat kehamilan meningkat pada perempuan usia muda. Terjadinya kehamilan tidak berhubungan dengan jumlah anak, penyakit menular seksual, pengetahuan tentang masa subur, tingkat kesejahteraan dan tempat tinggal. Penelitian ini tidak menunjukkan adanya gangguan kesuburan yang disebabkan oleh putus pakai kontrasepsi. Studi ini merekomendasikan untuk penguatan konseling pada pra dan pasca pelayanan KB, pengembangan materi KIE dan konseling yang komprehensif serta penguatan kapasitas tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam konseling. ...... The fear that resumption of fertility after discontinuation of contraception are uncertain or inconclusive has a negative impact on utilization of contraceptive methods in Indonesia. Many women belief that contraceptive methods cause infertility including Long-Acting Reversible Contraceptive (LARC), as shown by the 2007, 2012 and 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) data that not even one woman would discontinue LARC before the first pregnancy. Therefore, this study presented evidence that this belief is not true, because it took less than one year to resume fertility after the discontinuation of contraceptive methods. A survival analysis was used to assess the time of fertility resumption after discontinuation of reversible contraceptive methods. Type of contraception analysed included pills, injectables, Intrauterine Devices (IUD) and implants within the last 5 years preceding the Indonesia Demographic and Health Survey 2007, 2012 and 2017. As many as 4573 episodes (IDHS 2007), 5183 episodes (IDHS 2012) and 5989 episodes (IDHS 2017) of women who discontinued the use of reversible contraceptive methods for the reason of planned pregnancy were followed retrospectively. Data analysis was performed using Stata IC 15.1. Women who had been using IUD achieved faster to become pregnant than ex-implant users, ex-pill users and ex-injectable users. The 1-year pregnancy rates following contraceptive removal were 72%-85% for IUD, 75%-81% for pills, 72%-76% for implants and 65%-67% for injectables. The 2-years pregnancy rates were 82%-92% for pills, injectables, implants and IUDs. The rate of pregnancy was increased in younger women. The long duration of contraceptive used had no impact on reducing pregnancy rates. Time to pregnancy was not related to women's parity, sexually transmitted diseases, knowledge of fertile window, women's wealth status and place of residence. The study did not show any impaired fertility caused by the reversible contraceptive discontinuation. It is recommended to strengthen pre and post service counseling, developing IEC material and strengthening the capacity of health and non-health workers in counseling.
2019
D2705
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
Abstrak :
Kebisingan yang dihasilkan dari proses industri dan jalan perkotaan mungkin mencapai tingkat yang berlebihan dan menyebabkan dampak negatif pada kesehatan manusia. Pada situasi ini, barrier biasa digunakan untuk mengurangi dampak kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan barrier ramah lingkungan untuk mengendalikan kebisingan industri dan jalan raya perkotaan. Penggunaan daur ulang styrofoam sebagai bahan baku batafoam diharapkan dapat menyelesaikan 2 masalah yaitu polusi suara dan limbah. Batafoam yang terbuat dari daur ulang styrofoam, agregat halus, semen, dan air memiliki beberapa kemampuan yang unik untuk mengurangi kebisingan. Berbagai campuran semen dan agregat halus (1:4, 1:6, 1:8) yang diproduksi dengan mengganti agregat halus dengan styrofoam sebanyak 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80% dari volume. Lima belas prototipe batafoam diproduksi rangkap tiga. Densitas, porositas, kuat tekan, koefisien penyerapan suara (?), Noise Reduction Coefficient (NRC), Transmission Loss (TL), dan Sound Transmission Class (STC) diteliti. Pengujian akustik baik absorpsi maupun TL menggunakan Dua Mikrofon dan Empat Mikrofon Impedance Tubes (tipe 2406) dari Bruel dan Kjael sesuai dengan prosedur standar ISO 10534-2. Rentang frekuensi maksimum adalah 6400 Hz. Studi ini jelas menunjukkan bahwa densitas dan kekuatan tekan batafoam cenderung menurun sejalan dengan peningkatan persentase styrofoam. Komposisi 1: 6 dengan 60-80% styrofoam dan 1: 8 dengan 40-80% styrofoam tidak memenuhi persyaratan aplikasi struktural, tetapi tetap memiliki kemampuan TL yang baik. Karakteristik akustik batafoam menunjukkan bahwa ? berada di kisaran 0,15-0,29, masuk material peredam kelas E. NRC berada di kisaran 0,18-0,33, masuk bahan nonreflektif. Kemampuan absorpsi batafoam lebih baik dari beton dan dinding bata. Nilainilai STC berada di kisaran 37-40 dB, memenuhi kriteria desain partisi (1) antara kantor dan kantor yang berdekatan, (2) antara kantor dan eksterior bangunan, (3) antara kelas, dan (4) kelas dengan koridor. Batafoam memiliki TL yang baik (> 45 dB), sehingga sangat potensial sebagai bahan penghalang kebisingan. Batafoam efektif mereduksi kebisingan lebih dari 5 dBA. Biaya penerapan barrier adalah 1 dBA /orang/tahun lebih rendah dari biaya penggunaan APT (dengan skenario penggantian APT sekali / bulan atau 1 kali /3bulan). ...... The noise resulted from industrial process and urban road might reach excessive level and lead to negative impact on human health. In this situation, sound barrier were commonly used to mitigate the noise impact. This research aimed at the development of environmentally friendly barrier for noise control on industry and urban freeways. The use of recycled expanded polystyrene (EPS) in the form of batafoam was expected to combat the existing problems of both noise and waste pollution. The batafoam, which has some unique capabilities to mitigate noise, was made from recycled EPS, fine aggregate, cement, and water. Various mixture of cement and fine aggregate (1:4, 1:6, 1:8) were produced by replacing fine aggregate with EPS as much as 0%, 20%, 40%, 60%, and 80% of volume. Fifteen prototypes of batafoam were produced triplicate. The density, porosity, compressive strength, sound absorption coefficient (?), Noise Reduction Coefficient (NRC), Transmission Loss (TL), and Sound Transmission Class (STC) were investigated. Two-Microphone and Four-Microphone Impedance rubes (type 2406) of Bruel and Kjael were applied to measure the normal incident absorption coefficient and transmission loss according to the ISO 10534-2 standard procedure. The maximum frequency range of measure was 6400 Hz. This study clearly demonstrated that the density and compressive strenght of the batafoam tended to decrease as increasing of the percentage of content of EPS. Composition 1:6 with 60-80% of EPS and 1:8 with 40-80% of EPS did not meet the requirements of structural application. The acoustic characteristics of batafoam indicated that ? were in range of 0.15 to 0.29 and were classified as class E of absorbing material. NRCs were in range of 0.18 to 0.33 and were classified as non-reflective material. Those were better than concrete and masonry's sound absorption characteristic. The STC values were in range of 37-40 dB, which mean they met the design criteria partition (1) between office and adjacent office, (2) between office and exterior of building, (3) between classes, and (4) class with corridor. The batafoam had good transmission loss (>45 dB), so it is potential to utilize the EPS waste as a noise barrier materials. It was effective as well to reduce noise more than 5 dBA. the barrier application cost was 1 dBA/person/year lower than the cost of Hearing Protection Devices use (with once/ month and one/ 3months subtitution).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library