Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafa Noer
"Candida albicans adalah fungus oportunistik yang paling banyak menyebabkan infeksi pada manusia. Dalam lingkungan oral, fungi ini biasanya berasosiasi dengan bakteri Streptococcus mutans membentuk biofilm, yang menjadikan banyak obat oral tidak efektif menangani permasalahan kesehatan seperti karies atau lainnya. Biofilm adalah bentuk alami pertumbuhan mikroorganisme yang umum terjadi dalam niche lingkungan. Hasil pembentukan biofilm menyebabkan peningkatan resistensi terhadap pengaruh lingkungan yang negatif termasuk resistensi terhadap antibiotik dan agen antimikroba lainnya. Karena sifat penting dari biofilm mempengaruhi penyakit infeksi dan penyebaran resistensi obat, maka dinilai sangat penting untuk menemukan agen antibiofilm mikroba baru yang dapat mencegah pembentukan dan perkembangan biofilm. Berbagai penelitian awal menunjukkan bahwa produk alami dari tanaman memiliki sifat antimikroba dan berpotensi menanggulangi permasalahan biofilm. Ruta angustifolia (L.) Pers. adalah salah satu tanaman obat yang secara tradisional sering digunakan untuk mengobati banyak penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi ekstrak kasar dan senyawa bioaktif yang diisolasi dari R. angustifolia (L.) Pers. sebagai kandidat obat yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalah biofilm dari C. albicans dan S. mutans baik dalam kultur tunggal maupun campuran. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi (dengan metode maserasi mengunakan pelarut metanol 96%), skrining fitokimia dan isolasi serta identifikasi senyawa bioaktif (metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) , Kromatografi Cair dengan spektrometri massa tandem (LC-MS/MS) dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR)) dari tanaman Ruta angustifolia (L.) Pers. asal Kabupaten Lembang, Jawa Barat, Indonesia. Hasil ekstrak kasar maupun senyawa bioaktif yang didapat lalu dilihat efektifitasnya terhadap biofilm C. albicans dan S. mutans secara fisiologi (metode Cristal Violet (CV) dan 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) / Coloni Forming Unit (CFU)) serta secara morfologi terhadap morfogenesis C. albicans (menggunakan Light Microscope dan Scanning Electron Microscopy). Hasil penelitian memperoleh ekstrak kasar dengan nilai rendemen sebesar 31,69 %. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol R. angustifolia (L.) Pers. terbukti mengandung senyawa steroid, flavonoid, alkaloid, tanin dan kuinon. Hasil isolasi dan identifikasi mendapatkan tiga senyawa bioaktif murni yang terkonfirmasi sebagai kokusaginine, chalepin dan lindelofine. Pengujian terhadap efektivitasnya sebagai antibiofilm secara fisiologi maupun morfologi menunjukkan bahwa baik ekstrak kasar maupun senyawa bioaktif yang diisolasi dari tanaman R. angustifolia (L.) Pers. (kokusaginine, chalepin dan lindelofine) secara umum berpotensi digunakan sebagai antibiofilm C. albicans dan S. mutans dalam kultur tunggal maupun campuran.

Candida albicans is the most common opportunistic fungus causing infections in humans. In oral environment, this fungus usually associates with Streptococcus mutans form a biofilm, which makes many oral drugs ineffective in treating health problems such as caries or others. Biofilms are natural forms of microorganism growth that are common in environmental niches. The resulting biofilm formation leads to increased resistance to negative environmental influences including resistance to antibiotics and other antimicrobial agents. Due to the important nature of biofilms influencing infectious diseases and the spread of drug resistance, it is considered important to find new microbial antibiofilm agents that can prevent the formation and development of biofilms. Various preliminary studies have shown that natural products from plants have antimicrobial properties and have the potential to overcome biofilm problems. Ruta angustifolia (L.) Pers. is a medicinal plant traditionally used to treat many diseases. This study aims to explore crude extracts and bioactive compounds isolated from R. angustifolia (L.) Pers. as drug candidates that can be used to overcome the biofilm problem of C. albicans and S. mutans in both single and mixed cultures. In this study, extraction was carried out (by maceration method using methanol 96%), phytochemical screening and isolation as well as identification of bioactive compounds (Thin Layer Chromatography (TLC), Liquid Chromatography with tandem mass spectrometry (LC-MS/MS) and Nuclear Magnetic Resonance (NMR). The results of crude extracts and bioactive compounds obtained were then seen for their effectiveness on the biofilms of C. albicans and S. mutans physiologically and morphologically (using Light Microscope and Scanning Electron Microscopy). The results obtained crude extract with a yield value of 31.69%. The results of phytochemical screening showed that the methanol extract of R. angustifolia (L.) Pers. proven to contain steroid compounds, flavonoids, alkaloids, tannins and quinones. The results of the isolation and identification obtained three pure bioactive compounds that were confirmed as kokusaginine, chalepin and lindelofine. Tests on its effectiveness as an antibiofilm physiologically and morphologically showed that both crude extracts and bioactive compounds isolated from the R. angustifolia (L.) Pers. (kokusaginine, chalepin and lindelofine) in general have the potential to be used as antibiofilms for C. albicans and S. mutans in single or mixed cultures."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraini Margono
"Latar Belakang: Pendekatan biologis rekayasa jaringan gigi bertujuan meregenerasi jaringan gigi secara histologis, morfologis dan fungsional. Keterbatasan DPSC gigi manusia, memberikan ide untuk menggunakan jaringan lemak sebagai penghasil sel odontoblas. Tujuan: Menganalisis potensi jaringan lemak sebagai sumber MSCs alternatif untuk menjadi sel odontoblas dengan teknik rekayasa jaringan. Material dan Metode : Kelompok perlakuan ADMSC+rhBMP-2, ADMSC+rhBMP-2+Proterin Pulpa, dan DPSC+rhBMP-2, kontrol ADMSC dan DPSC. Analisis: Stro-1, DMP-1 dan Col-1 untuk karakterisasi odontoblastik, Adhesion Assay, dan Col-1 setelah grafting dengan PRP, PRF, FG. Hasil: Ekspresi seluruh parameter menunjukkan potensi ADMSC dan DPSC yang sama untuk berdiferensiasi ke arah odontoblas. Kesimpulan: Jaringan lemak berpotensi sebagai sumber sel odontoblas dalam proses regenerasi jaringan pulpa.
Background: Biological approach of dental tissue engineering aims to regenerate tooth structure in histological, morphological, and functional aspect. DPSC limitation of human teeth giving the idea of using adipose tissue to produce odontoblast. Objective: to analyze the potency of adipose tissue as an alternative source of MSCs to produce odontoblast cells by tissue engineering. Materials and Methods: Treatment groups were ADMSC+rhBMP-2, ADMSC+rhBMP- 2+Pulp Protein, and DPSC+rhBMP-2, and control groups of ADMSC and DPSC. Analyzed: Stro-1, DMP-1 and Col-1 for odontoblastic characterization, Adhession Assay and Col-1 after grafted with PRP, PRF, FG. Result: The expression of all markers showed the same potention of ADMSC and DPSC to differentiate towards odontoblast cells. Conclussion: Adipose tissues have the potency as a source of odontoblast cells in the process of pulp tissue regeneration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
D1333
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"Latar Belakang: Menghilangkan seluruh bakteri, khususnya E. faecalis di dalam saluran akar masih menjadi masalah dalam perawatan saluran akar karena bentuknya yang ireguler di sepertiga apikal. Jumlah kunjungan perawatan endodontik konvensional yang berulang juga masih di rasakan tidak praktis. Pemakaian laser terapi foto dinamik dan kalsium hidroksida dalam bentuk larutan adalah upaya menemukan teknik dan bahan untuk eliminasi tersebut. Mengetahui sifat-sifat spesifik bakteri berupa keragaman genotip dan karakter fenotip yaitu perilakunya terhadap perubahan lingkungan, diharapkan akan dapat menemuka tekanik dan medikamen terbaik untuk sterilisasi saluran akar.
Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah dan karakter genotip bakteri E. faecalis di saluran akar yang mengalami infeksi intra radikuler primer dan persisten serta menganalisis perubahan karakter fenotip pada kasus infeksi intra radikuler persisten setelah mendapat perlakuan dengan laser terapi foto dinamik dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Material dan Metode: Bakteri E. faecalis diisolasi dari saluran akar kemudian dilakukan penentuan tipe genotip cps nya. Perubahan karakter fenotip dilakukan dengan melihat sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida dengan di beri perlakuan menggunakan sinar laser foto dinamik terapi dan larutan kalsium hidroksida 50%.
Hasil: Sensitivitas bakteri E. faecalis terhadap Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% yang diaplikasikan selama 60 detik pada infeksi intra radikuler persisten efektif dalam sterilisasi saluran akar.
Kesimpulan: Laser foto dinamik terapi dan kalsium hidroksida 50% dapat menyebabkan perubahan sensitivitas, profil protein dan profil kapsul polisakarida pada genotip cps 1, 2 dan 5 bakteri E. Faecalis pada infeksi intra radikuler persisten.

Background: Eliminating all bacteria, especially E. faecalis in the root canal remains a problem in root canal management due to its irregular shape at one third of apical area. The repeating endodontic visits also seem to be less practical. Utilization of photo dynamic laser and calcium hydroxide solution therapy is an attempt in finding the suitable technique and materials for eliminating this issue. Knowledge of specific characters of bacteria such as the various genotypes and the phenotype character, which is its behavior towards environmental changes, is expected to be helpful in finding the best technique and medicament for root canal sterilization.
Objective: Analyse the amount and genotypic characters difference of E. faecalis in the root canal affected with primary and persistent intra radicular infection and analyse phenotypic character changes in persistent intra radicular infections cases after application of photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy.
Material and Method: E. faecalis was isolated from the root canal and its cps genotype was determined. Phenotypic character changes were observed with sensitivity, protein profiling and polysaccharide capsule profiling after getting photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide 50% therapy.
Results: E. faecalis sensitivity towards photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide treatment for 60 seconds acquired from persistent intra radicular infection was effective in root canal sterilization.
Conclusion: Photo dynamic laser and 50% calcium hydroxide therapy can change the sensitivity, protein profile, and polysaccharide capsule profile of cps 1, 2 and 5 genotype E. faecalis in persistent intra radicular infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeddy Januardi Sardjono
"Dalam mengukur tingkat keparahan karies gigi, jumlah serotipe Streptococcus mutans serta ekspresi gen glukosiltransferase gtfs dan LuxS dapat digunakan sebagai prediktor aktivitas bakteri karies dalam kategori karies rendah dan karies tinggi pada anak-anak di Indonesia. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara jumlah serotipe Streptococcus mutans, ekspresi gen LuxS dan glucosyltransferase dengan aktivitas bakteri karies gigi yang diukur dengan menggunakan Cariostat. Metode: Penelitian observasional potong silang dilakukan pada 76 anak usia 3 - 5 tahun 37 anak perempuan dan 39 anak laki-laki di Jakarta. Sampel plak gigi diambil dari subyek untuk mengukur jumlah serotipe, dan ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan LuxS. Tingkat keparahan karies gigi juga diukur dengan menggunakan indeks dmft, sedangkan aktivitas bakteri karies gigi diukur dengan menggunakan metode Cariostat. Jumlah serotipe, ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan ekspresi LuxS diukur menggunakan metode Quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR . Hasil: Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa jumlah tingkat ekspresi gen S. mutans serotipe f dan gtfD yang dapat secara signifikan digunakan untuk memprediksi aktivitas bakteri karies gigi atau dengan kata lain berkontribusi terhadap aktivitas bakteri karies gigi. Kesimpulan: Metode Cariostat valid untuk mengukur aktivitas bakteri karies berdasarkan mikrobiologi dan penelitian biomolekuler. Dengan menggunakan instrumen klinis yang relatif sederhana dan ekonomis, seperti Cariostat, praktisi klinis mendapatkan gambaran mikrobiologi laboratorium dan hubungan biomolekuler seperti yang telah dibuktikan melalui penelitian ini.
Measuring the severity of dental caries, the quantities of Streptococcus mutans serotypes as well as its genes expression of glucosyltransferases gtfs and LuxS could be used as predictor of the activity of caries in both low and high caries experience in Indonesian children. Aim This study rsquo s aim was to analyze the relationship between Streptococcus mutans serotype quantity, glucosyltransferase LuxS gene expression with dental caries bacteria activity as measured by using cariostat. Methods Cross sectional observational study was conducted in 76 children aged 3 5 years 37 girls and 39 boys in Jakarta. The dental plaques samples were taken from the subjects for measuring serotype quantity, and the mRNA expression of glucosyltransferases and LuxS genes. The dental caries severity was also measured using the dmft index, while dental caries bacterial activity was measured using Cariostat method. The quantity of serotype, expression of the glucosyltransferases and the expression of the LuxS were measured using the quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR method. Results Result of the multiple regression analysis shows that the quantity of S. mutans serotype f and gtfD gene expression level that could significantly be used to predict the activity of dental caries bacteria or in other words contribute to dental caries bacterial activity. Conclusions Cariostat method is valid to measure activity of bacteri caries base on microbiology and biomolecular research. Using a relatively simple and economical clinical instrument, such as Cariostat, clinical practitioners get a picture of the laboratory microbiology and biomolecular relationship as has been proven through this study."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsan Rizal
"Prevalensi periodontitis di Indonesia sangat tinggi yaitu 74,1%. Patogen keystone sebagai manipulator respons host dimediasi oleh patobion yang menjadi patogen dalam lingkungan dysbiosis yang akan memicu respons imun adaptif sehingga menyekresikan antibodi. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara keberadaan polimikrobial dengan respons imun humoral saliva berdasarkan keparahan periodontitis dan status periodontal. Desain penelitian ini adalah observasional potong-lintang. Pemeriksaan status periodontal dan pengambilan sampel saliva dilakukan pada 39 subjek periodontitis berbagai stage dan periodontal sehat. Keberadaan antigen dan respons imun humoral saliva dideteksi menggunakan teknik berbasis imunologi. Keberadaan antigen A. actinomycetemcomitans tertinggi pada kelompok periodontitis stage IV. Respons imun IgA saliva terhadap antigen F.nucleatum (p=0,014) dan C.albicans (p=0,009) menunjukkan perbedaan signifikan berdasarkan keparahan periodontitis. Hubungan signifikan ditemukan antara indeks plak dengan respons imun IgG saliva terhadap C.albicans. Hasil analisis menunjukkan hubungan antara indeks kebersihan mulut dengan respons imun IgA saliva terhadap antigen A. actinomycetemcomitans (p=0,008) dan C. albicans (p=0,031). Terdapat hubungan antara indeks perdarahan papila dengan respons imun IgA saliva terhadap antigen A. actinomycetemcomitans (p=0,003), F.nucleatum (p=0,002), dan C.albicans (p=0,008). Antigen A.actinomycetemcomitans, respons imun IgA serta IgG saliva terhadap antigen F.nucleatum dan C.albicans dapat menjadi biomarker keparahan periodontitis.

The prevalence of periodontitis in Indonesia remains high (74.1%). Keystone pathogens as manipulators of the host response are mediated by pathogens that become pathogens in a dysbiotic environment that will trigger antibodies. The objective was to analyze the relationship between the presence of polymicrobial and salivary humoral immune responses based on the severity of periodontitis and periodontal status. The study design was cross-sectional. Saliva sampling were performed in 39 subjects with periodontitis and healthy periodontal. The presence of antigens and immunoglobulins were detected by immunology-based techniques. The presence of A.actinomycetemcomitans antigen was higher in the stage IV periodontitis group. The salivary IgA against F. nucleatum (p=0.014) and C. albicans (p = 0.009) showed significant differences based on the severity of periodontitis. A significant relationship was found between the plaque index and salivary IgG against C. albicans. It showed a relationship between the oral hygiene index and the salivary IgA immune response against A. actinomycetemcomitans (p=0.008) and C.albicans (p=0.031). There was a relationship between the papillary bleeding index and salivary IgA against A. actinomycetemcomitans (p=0.003), F.nucleatum (p=0.002) and C.albicans (p=0.008). The A.actinomycetemcomitans antigen, the salivary IgA and IgG against F.nucleatum and C.albicans antigens can be biomarkers for periodontitis severity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Maria Tadjoedin
"ndonesia termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua. Prevalensi periodontitis dan hendaya kognitif meningkat seiiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan implikasi periodontitis terhadap hendaya kognitif melalui status periodontal dan komposisi mikrobiota subgingiva. Desain penelitian adalah kasus kontrol. Status kognitif diperiksa menggunakan instrumen Hopkins Verbal Learning Test dan Mini-Mental State Examination yang telah divalidasi. Pemeriksaan faktor risiko hendaya kognitif meliputi status periodontal (indeks plak, indeks kebersihan mulut, indeks perdarahan papila, jumlah gigi, unit gigi fungsional, dan tingkat keparahan periodontitis), faktor sosiodemografi, serta sistemik dan lingkungan. Komposisi mikrobiota subgingiva diperiksa dari cairan krevikular gingiva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks plak, indeks perdarahan papila, jumlah gigi, usia, lama pendidikan, dan status hipertensi merupakan faktor-faktor yang paling berperan terhadap status kognitif. Terdapat hubungan bermakna (p<0,05) antara semua variabel status periodontal dengan status kognitif. Terdapat keragaman mikrobiota subgingiva antara subjek periodontitis lansia yang hendaya kognitif dengan kognitif normal. Abundance Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola lebih tinggi pada subjek lansia hendaya kognitif. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa periodontitis merupakan faktor risiko hendaya kognitif.

Indonesia is a country with an aging population. The prevalence of periodontitis and cognitive impairment increases along with the increase in the elderly population. This study aims to obtain the implications of periodontitis on cognitive impairment through periodontal status and subgingival microbiota composition. The design of this study was case-control. Cognitive status was assessed using the Hopkins Verbal Learning Test and Mini-Mental State Examination instruments. Examination of risk factors for cognitive impairment includes periodontal status (plaque index, oral hygiene index, papilla bleeding index, number of teeth, functional tooth units, and severity of periodontitis), sociodemographic factors, also systemic and environmental. The composition of the subgingival microbiota was examined from the gingival crevicular fluid. The results showed that plaque index, papilla bleeding index, number of teeth, age, length of education, and hypertension status were the factors that most contributed to cognitive status. There was a significant correlation (p<0.05) between all variables of periodontal status and cognitive status. There was a diversity of subgingival microbiota between cognitively impaired with cognitively normal in elderly subjects. The abundance of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola was higher in cognitively impaired elderly subjects. It can be concluded that periodontitis is a risk factor for cognitive impairment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library