Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Restiawati
"Latar belakang penelitian : Gejala klinis dan fungsi paru pada asma tidak sensitif dalam mencerminkan inflamasi saluran napas yang mendasarinya dan monitoring proses inflamasi pada asma yang terbaru telah tersedia saat ini. Kadar NO pada udara ekspirasi saat ini dikenali sebagai tanda peradangan eosinofil, merupakan pemeriksaan non invasif dan sangat mudah untuk dikerjakan akan tetapi masih sangat mahal.
Metode penelitian : Asma dibagi menjadi 2 kategori yaitu terkontrol dan tidak terkontrol. Sembilan puluh enam subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dinilai kontrol asmanya dengan ACT kemudian dilakukan pengukuran kadar NO dan spirometri dengan menggunakan metode penelitian cross-sectional comparative.
Hasil penelitian : Sembilan puluh enam subyek penelitian berhasil dikumpulkan. Lima puluh orang subyek merupakan kelompok asma terkontrol (41 orang asma terkontrol sebagian dan 8 orang asma terkontrol penuh) dan 47 orang merupakan kelompok asma tidak terkontrol. Semua pasien mendapatkan terapi asma sesuai dengan GINA 2011. Berdasarkan nilai spirometri VEP1/KVP untuk menilai derajat obstruksi 26 (53,3%) kelompok asma tidak terkontrol memiliki nilai normal, 14 (29,8%) dengan obstruksi ringan dan 7 (14,9%) dengan derajat obstruksi sedang. Sementara itu 25 (51%) kelompok asma terkontrol memiliki nilai normal, 21 (42,9%) dengan derajat obstruksi ringan dan 3 (6,1%) dengan derajat obstruksi sedang. Tidak ditemukan derajat obstruksi berat pada kedua kelompok asma. Nilai median NO pada kelompok asma terkontrol adalah 27 part per billion (ppb) xx (6;10), sedangkan pada kelompok asma tidak terkontrol 40 ppb (5;142) dengan nilai p 0,002.
Kesimpulan : Kelompok asma tidak terkontrol memiliki nilai NO lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok asma terkontrol. Lebih dari 50% subyek penelitian ditemukan tidak memiliki obstruksi berdasarkan nilai VEP1/KVP.

Background: Clinical findings and lung function test results of asthmatic patient are happen to be less sensitive in reflecting the underlying airway inflammation. Such required monitoring of this process has only recently become available. Exhaled nitric oxide is recognized as reliable surrogate marker of eosinophilic airway inflammation and offers the advantage of being completely non-invasive, easy procedure.
Methods: This cross-sectional comparative study involves 96 asthmatic subjects whom fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Subjects are then classified into two main categories of asthma which are controlled asthma and uncontrolled asthma based on ACT questionnaire. Nitric oxide level measurement and spirometry examination are then performed in both of controlled asthma and uncontrolled asthma.
Results: Ninety six subjects were included in this study. Fifty subjects had controlled asthma (41 partially controlled, 8 fully controlled) and 47 had uncontrolled asthma. All patients had been using asthma medication on regular basis. Based on FEV1/FVC 26 (55,3%) uncontrolled asthma patients had normal results, 14 (29,8%) had mild obstruction and 7 (14,9%) had moderate obstruction. Meanwhile, 25 (51%) controlled asthma patients had normal results, 21 (42,9%) had mild obstruction, and 3 (6,1%) had moderate obstruction. No patients had severe obstruction. Median of NO in controlled asthma patients was 27 part per billion (ppb), (6;110) while in uncontrolled asthma was 40 ppb (5;142) with pvalue 0,002.
Conclusion: Uncontrolled asthma patients had higher measured level of exhaled NO compared to controlled asthma patients. More than 50% subjects had no obstruction based on FEV1/FVC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Mudhiati S
"Latar belakang penelitian: Tumor sel germinal di mediastinum relatif jarang terjadi. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas, yang bersifat ganas mempunyai prognosis buruk. Pada saat ini terapi multimodaliti dapat meningkatkan angka tahan hidup pasien tumor sel germinal mediastinum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka tahan hidup keseluruhan atau overall survival rate, karakteristik pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhi angka tahan hidup pasien tumor sel germinal mediastinum di RSUP Persahabatan Jakarta.
Metodologi penelitian : Penelitian ini merupakan kohort retrospektif pada populasi pasien yang didiagnosis tumor sel germinal mediastinum periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2012. Penelitian dilakukan di RSUP Persahabatan dengan pengamatan sejak Januari 2007 sampai Desember 2013. Pengambilan sampel menggunakan rumus proporsi untuk menganalisis karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi angka tahan hidup sedangkan angka tahan hidup dianalisis sesuai dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Data penelitian diambil dari catatan rekam medis RSUP Persahabatan.
Hasil : Angka tahan hidup keseluruhan atau overall survival rate tumor sel germinal mediastinum pada penelitian ini adalah angka tahan hidup 1 tahun sebesar 42,1%, 2 tahun sebesar 22,8%, 3 tahun sebesar 15,8%, 4 tahun sebesar 10,5% dan 5 tahun sebesar 8,8% sedangkan masa tengah tahan hidup keseluruhan 23 minggu (5,75 bulan). Karakteristik tumor sel germinal mediastinum didapatkan lebih banyak pada laki-laki (80%) dengan median usia 21 tahun dan terutama pada kelompok usia 20-29 tahun (43,3%). Gejala klinis terbanyak adalah sesak napas (66,7%), tampilan pasien terbanyak PS2 (50%) dengan jenis tumor sel germinal mediastinum terbanyak adalah teratoma (53,3%) diikuti nonseminoma (40%) dan seminoma (6,7%). Faktor-faktor yang mempengaruhi angka tahan hidup tumor sel germinal mediastinum adalah tampilan pasien, terapi, penyulit dan lokasi tumor.
Kesimpulan : Pada analisis bivariat, tampilan pasien, lokasi tumor, penyulit dan terapi bermakna mempengaruhi angka tahan hidup 1 tahun tetapi pada analisis multivariat hanya variabel lokasi tumor yang bermakna mempengaruhi angka tahan hidup 1 tahun.

Background research : In mediastinal germ cell tumors are relatively rare. These tumors can be benign or malignant , which has a poor prognosis malignant . At this time multimodaliti therapy can improve the survival rate of patients mediastinal germ cell tumors . This study aims to determine the overall survival rate, patient characteristic and factors affecting the survival rate of patients mediastinal germ cell tumors in the Persahabatan hospital Jakarta.
Research methodology : This study is a retrospective cohort in a population of patients diagnosed germ cell tumors of the mediastinum period January 2007 to December 2012 . The study was conducted in the of Persahabatan hospital with observations from January 2007 to December 2013. Sampling using the formula proportions to analyze the characteristic and factors that influence survival rate where as the survival rate was analyzed according to the number of samples that meet the inclusion and exclusion criteria . Data were taken from the medical record of Persahabatan hospital.
Results : The overall survival rate of mediastinal germ cell tumors in this study was survival rate 1 year 42,1 %, 2 years 22,8%, 3 years 15,8 %, 4 years 10,5% and 5 years 8.8 % while the overall survival of the middle period of 23 weeks are 5,75 months. Mediastinal germ cell tumor characteristic found more in males ( 80 % ) with a median age of 21 years and especially in the age group 20-29 years ( 43,3 % ). Most clinical symptoms are shortness of breath ( 66,7 % ), most patients display a PS2 ( 50 % ) with mediastinal germ cell tumors are teratomas majority ( 53,3 % ) followed nonseminoma ( 40 % ) and seminomas ( 6,7 % ). Factors affecting the survival rate of mediastinal germ cell tumors are views of patients, treatment, complications and location of the tumors.
Conclusion : In bivariate analysis, display the patient, location of tumor, and treatment complications significantly affect 1 year survival rate but variable in the multivariate analysis only tumor location was significantly affect 1 year survival rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnun Nisa Ratna Ningrum
"Pendahuluan: Timoma merupakan tumor mediastinum dengan kelompok lesi neoplastik yang heterogen sehingga penatalaksanaan dan prognosisnya berbedabeda. Penelitian ini ingin melihat angka tahan hidup timoma dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif terhadap timoma di RSUP Persahabatan antara Januari 1997 sampai Desember 2012. Data diambil dari rekam medis. Analisis kesintasan menggunakan Kaplan- Meier sedangkan perbandingan survival menggunakan uji Log-Rank dan analisis multivariat dengan analis Regresi Cox.
Hasil penelitian: Sebanyak 43 subjek penelitian dianalisis dan didapatkan 1-year survival rate sebesar 72,1%, 3-year survival rate 58,1% dan overall survival rate 55,8%. Histopatologi timoma menurut pembagian WHO masing-masing mempunyai 5-year survival rate sebesar 73,7% pada tipe A, 55,6% pada tipe AB, 100% pada tipe B1, 25% pada tipe B2 sedangkan tipe C semuanya meninggal pada bulan ke-23. Dengan uji perbandingan Log-Rank didapatkan perbedaan bermakna secara statistik antara tipe A-B2 (p 0,009), tipe A-C (p 0,001), tipe ABC (p 0,032) dan tipe B1-C (p 0,018). Stage timoma menurut pembagian Masaoka masing-masing mempunyai 5-year survival rate sebesar 100% pada stage I, 90% pada stage II,57,1% pada stage III, 26,7% pada stage IV A dan 20% pada stage IV B. Didapatkan perbedaan bermakna antara stage I-IV A (p 0,012), I-IV B (p 0,007), II-IV A (p 0,002) dan II-IV B (p 0,002). Tindakan pembedahan extended thymo thymectomy (ETT) mempunyai 5-year survival rate sebesar 83,3%, debulking sebesar 27,3% dan tanpa pembedahan sebesar 42,9%. Didapatkan perbedaan bermakna antara ETT-debulkling (p 0,001) dan antara ETT-tidak dibedah (p 0,01). Tidak terdapat perbedaan angka tahan hidup timoma yang bermakna berdasarkan umur, jenis kelamin maupun ada tidaknya miastenia gravis. Analisis multivariat memperlihatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap angka tahan hidup timoma adalah stage menurut Masaoka.
Kesimpulan: Jenis histopatologi menurut WHO, stage menurut Masaoka dan tindakan pembedahan merupakan faktor yang mempengaruhi angka tahan hidup timoma. Faktor yang paling berpengaruh adalah stage menurut Masaoka.

Introduction: Thymoma is a mediastinal tumor with a heterogeneous group of neoplastic lesions, in such that it applied varies management and prognosis. This study wanted to see thymoma survival rate and the factors that influence it.
Methods: This study used a retrospective cohort method to thymoma at Persahabatan Hospital between January 1997 and December 2012. Data retrieved from medical records. Survival analysis using the Kaplan-Meier while survival comparisons using the Log-Rank test and multivariate analysis using the Cox Regression analysis.
Results: A total of 43 subjects were analyzed and found 1-year survival rate of 72.1%, 3-year survival rate of 58.1% and overall survival rate of 55.8%. Histopathology division of thymoma according to the WHO each have 5-year survival rate of 73.7% in type A, 55.6% in type AB, 100 % in type B1, 25% in type B2 while type C all died in month-23. Using the Log-Rank test comparisons found statistically significant differences between type A-B2 (p 0.009), type A-C (p 0.001), type AB-C (p 0.032) and type B1-C (p 0.018). Thymoma stage division according to Masaoka each has a 5-year survival rate of 100 % in stage I, 90% in stage II, 57.1% in stage III, 26.7% in stage IV A and 20% in stage IV B. Obtained significant differences between stage I - IV A (p 0.012), the I - IV B (p 0.007), IIIV A (p 0.002) and II-IV B (p 0.002). Surgery extended thymo thymectomy (ETT) has a 5-year survival rate of 83.3%, 27.3% and debulking without surgery by 42.9%. Obtained significant differences between the ETT-debulkling (p 0.001) and between ETT-no surgery (p 0.01). There was no significant difference in survival rate of thymoma based on age, gender and the presence of myasthenia gravis. Multivariate analysis showed that the most influential factors on the survival rate thymoma are stage divisions according to Masaoka.
Conclusions: Histopathological type according to the WHO, stage divisions according to Masaoka and surgery are affecting factors of thymoma survival rate. The most dominant factor is the stage divisions according to Masaoka.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Luthfi
"Latar belakang penelitian: Polisi lalu lintas merupakan profesi yang mempunyai risiko sangat besar untuk terpajan zat-zat polutan yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Jenis polutan utama pada polusi udara di luar ruangan yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, volatile organic compounds (VOC) seperti hidrokarbon, particulate matter dan ozon yang akan memberikan efek berupa penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru polisi lalu lintas yang bekerja di wilayah Jakarta Timur.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK). Penelitian dilakukan di wilayah Jakarta Timur bulan Oktober-Nopember 2012 dengan desain uji potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling melalui kuesioner Pneumobile Project Indonesia, pemeriksaan spirometri, foto toraks PA dan pengukuran kadar CO ekspirasi dan semua subyek akan diminta untuk melakukan demonstrasi penggunaan alat pelindung diri.
Hasil : Seratus tujuh puluh subjek ikut dalam penelitian ini, menunjukkan 83 orang (48,2%) berumur 41 ? 50 tahun dengan status gizi berat badan lebih 90 orang (52,9 %) , perokok aktif 91 orang (53,5 %) dan IB ringan 53 orang (31,2%). Dari Seratus tujuh puluh subjek, dengan masa tugas lebih dari 10 tahun tercatat sebanyak 132 orang (77,5%) dan 111 orang (65,3%) mempunyai kebiasaan pemakaian masker buruk, dengan photo torax normal sebanyak 163 orang (95,9%). Hasil statistk menunjukkan, penurunan nilai faal paru meliputi restriksi ringan sebesar 9,45% atau 16 orang dan obstruksi ringan sebanyak 8 orang (4,7%), serta campuran tercatat 2 orang (1,2%). Selain itu, dari keseseluruhan data yang didapat, 7 orang yang berumur 51-60 tahun dan 7 orang dengan status gizi berat lebih memiliki restriksi ringan. Dari hasil penelitian, didapatkan 11 orang dengan pemakaian masker buruk dan 12 orang subjek yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun juga memiliki restriksi ringan, secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara umur, indeks brikman terhadap faal paru (p<0.05). tapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi, masa tugas, lama tugas, foto thoraks dan kebiasaan merokok serta pemakaian APD terhadap faal paru polisi lalu lintas (p>0.05).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faal paru dengan seluruh faktor yang diteliti.

Background: Air pollution due to road traffic is a serious health hazard and thus the traffic policemen who are continuously exposed to pollutant, may be at an increased risk. Types of main pollutants in the outdoor air pollution will significantly influence lung function. This study determined the factors that affect pulmonary function of traffic policemen working in the area of East Jakarta.
Method: This study is a part of the major research in the areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK). A cross sectional study was conducted among traffic policemen of East Jakarta Region in the period of October-November 2012. This study has assessed respiratory clinical symptoms using questionnaires of Pneumobile Project Indonesia, examined spirometry lung function, chest x-ray, and expiratory CO measurement.
Results: A total of 170 subjects were included in this study. Most of them aged 41 to 50 years (48.2%), were over weight (52.9%), active smokers (53.5%), had low Brinkman Index (31.2%), have worked more than 10 years (77.5%), did not use masker (65.3%), and had normal chest x ray (95.9%). Results of Spirometry examination showed mild restriction in 16 subjects (9.4%), mild obstruction in 8 subjects (4.7%) and mixed problems in 2 subjects (1.2%). This study showed that 11 policemen who did not use masker and 12 policemen with history of work more than 10 year had mild lung restriction. There are significant association between age, Brinkman Index with lung function (p<0.05), but no significant association was found between nutritional status, smoking history, working history, chest x-ray, use a masker with pulmonary function of traffic policemen (p>0.05).
Conclusion: This study showed that age and Brinkman Index significantly affected lung function, but there was no significant association found between lung function with nutritional status, history of smoking, working history, chest x-ray abnormalities, and use of masker among traffic policemen.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library