Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luky Satria Syahbanan Marwali
"Lebih dari 20 juta wanita di seluruh dunia memakai kontrasepsi progestin. Metode kontrasepsi ini sangat efektif dan dapat digunakan untuk jangka panjang. Salah satu jenis kontrasepsi progestin yang banyak digunakan adalah kontrasepsi suntik dengan depo-medroxy progesterone asetat (DMPA). Di Indonesia, menurut penelitian The National Social and Economic Survey (1997-1998), akseptor suntik mencapai 21,1% dari total jumlah akseptor KB. Tetapi pada sisi lain, pengguna kontrasepsi ini pada umumnya mengalami gangguan pola perdarahan menstruasi. Gangguan ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakainya sehingga mereka memutuskan untuk menghentikan pemakaian kontrasepsi tersebut, Hampir setengah (40-60%) pengguna kontrasepsi progestin memutuskan untuk berhenti menggunakan metode kontrasepsi ini karena gangguan tersebut.
Patogenesis perdarahan abnormal uterus pada pengguna metode kontrasepsi ini masih belum diketahui. Pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan perubahan pada morfologi endometrium, profil reseptor steroid endometrium, morfologi vaskular endometrium, fungsi dan mekanisme hemostasis pada endometrium. Perdarahan diduga berasal dari kapiler dan venul endometrium dan terjadi peningkatan fragilitas pembuluh darah endometrium pada pengguna kontrasepsi progestin.
Matriks metalloproteinase (MMP) adalah suatu protease yang dapat mendegradasi matriks ekstraseluler. MMP terlibat dalam peluruhan endometrium pada saat menstruasi normal dan mendegradasi komponen matriks interstisial dan membran basal pada perimenstruasi yang menyebabkan hilangnya integritas pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan menstruasi.MMP-9 adalah 92 k-Da metalloproteinase yang mendegradasi komponen matriks ekstraseluler dan komponen membran basal, khususnya kolagen IV, kolagen V, elastin dan gelatin. Pada fase menstruasi, MMP-9 ditemukan pada neutrofil, eosinofil, makrofag dan terutama di tempat terjadinya peluruhan jaringan.
Pada beberapa penelitian, dari biopsi endometrium pengguna kontrasepsi progestin ditemukan peningkatan MMP. Beberapa penelitian melaporkan terdapatnya peningkatan MMP-9 pada endometrium pengguna kontrasepsi progestin yang mengalami gangguan pola perdarahan menstruasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Derdameisya Soedibjo
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi terjadinya dismenorea pada remaja perempuan usia sekolah menengah umum (SMU) di indonesia serta hubungannya dengan karakteristik menstruasi dan pengaruhnya terhadap proses belajar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, dilaksanakan pada bulan November 2013, bertempat di tiga sekolah menengah atas di Jakarta, yaitu SMU 6, SMU 68, dan SMU 70. Remaja perempuan di ketiga sekolah tersebut diminta mengisi kuesioner yang dibagikan terkait dengan nyeri haid. Data dari kuesioner tersebut kemudian dianalisis dengan uji statistik.
Hasil: Dari ketiga sekolah tersebut didapatkan 110 kuesioner yang terisi dengan lengkap. Subjek memiliki median usia 15 tahun dan sebagian besar berada di kelas 1 SMA. Proporsi dismenorea didapatkan sebesar 65,5%. Usia menarche didapatkan lebih tinggi pada subjek yang tidak menderita dismenorea (p = 0,039). Dismenorea tampak mengganggu proses belajar secara bermakna, terutama terkait kehadiran (p = 0,026), aktivitas (p = 0,049), dan konsentrasi (p < 0,001). Nilai rapor terakhir sebagai faktor keluaran tidak dipengaruhi oleh kejadian dismenorea primer pada remaja perempuan.
Kesimpulan: Dismenorea mengganggu proses belajar secara bermakna sehingga diperlukan edukasi dan tatalaksana farmakologis sedini mungkin agar tidak menurunkan kualitas hidup pelajar remaja wanita.

Objective: This study was aimed to assess the prevalence of dysmenorrhea in female teenagers of high school age in Indonesia and its relation with menstrual characteristic as well as study process.
Methods: This study used cross sectional design, were conducted on November 2013 in three different high schools: SMU 6, SMU 68, and SMU 70. Female students were asked to answer given questionnaires about menstrual pain. Data were collected and further analyzed using statistical analysis.
Results: Out of the three high schools, there were 110 questionnaires which were fully answered. Subjects had median age of 15 years old and most of them were in the first grade. Dismnenorrhea proportion were found 65.5%. Menarche age was found higher in subjects who didn’t suffer from dysmenorrheae (p = 0.039). Study process was disturbed by dysmenorrheae significantly, especially associated with absence (p = 0.026), activity (p = 0,049), and concentration (p < 0.001). Final report score was not affected by primary dismenorrehae in the female students.
Conclusion: Dysmenorrheae disturbed study process significantly so that education and pharmacology treatment are to be given as soon as possible in order to prevent decreased quality of life of female students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Romi
"Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan baku emas slide darah mikroskop untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan.
Tempat: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di kecamatan Sei Berombang, kabupaten Labuhan Baku, Sumatera Utara (daerah endemik malaria).
Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang bersifat sesaat (cross sectional). Wanita hamil atau dalam masa nifas yang berdomisili di daerah endemik malaria tersebut diminta kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Anamnesis, pemeriksaan lisik dan Obstetrik dilakukan sesuai dengan protokol penelitian. Kemudian diambil sampel darah tepi masing-masing untuk pemeriksaan RDT (Parascreen®, produksi Zephyr Biomedicals, India, ML No: 558, Lot No: 101017), dan slide darah mikroskop. Pembacaan slide darah mikroskop dilakukan di laboratorium Sub Dit. Malaria Depkes Ri, Jakarta, oleh mikroskopis nasional. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisa.
Hasil: Pengambilan sampel dilakukan pada 18 Agustus 2006. Diteliti 45 subyek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan usia populasi penelitian berkisar antara 18-38 tahun dengan kelompok usia terbanyak (48,9%) usia 20-39 tahun. Sebagian besar (93,3%) tingkat pendidikan peserta penelitian adalah rendah. Penghasilan peserta penelitian sebanyak (86,7%) di bawah Rp.1.000.000,00, hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan eratnya hubungan antara malaria dan kemiskinan. Tidak ada satu pun responden yang demam namun pemeriksaan mikroskopik menunjukkan ada 5 wanita hamil yang positif parasit malarianya dan semuanya tidak terdeteksi dengan RDT sehingga didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas alat RDT masing-masing 0% dan 100% untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Nilai duga positif 0%, nilai duga negatif 91,1%, rasio kemungkinan positif 0, rasio kemungkinan negatif 1, dan nilai kappa O. Prevalensi malaria dalam kehamilan pada wanita hamil asimptomatik pada penelitian ini didapatkan 11,1%. Distribusi jenis malaria terbanyak adalah P falciparum (60%), dengan jumlah parasit malaria 79-2381 µL. Populasi penelitian adalah ibu hamil dan nifas dengan distribusi kelompok terbesar pada usia gestasi trimester 3 (57,8%). Sebagian besar populasi (64,4%) merupakan primigravida atau hamil ke-2.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan RDT yang dipakai tidak akurat untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Prevalensi malaria dalam kehamilan pada wanita hamil asimptomatik di daerah endemik malaria pada penelitian ini adalah 11,1%. Pemeriksaan slide darah mikroskop masih merupakan baku emas untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Jumlah parasit malaria pada wainta hamil asimptomatik termasuk rendah.
Saran: Deteksi dini malaria dalam kehamilan perlu dilakukan pada wanita hamil di daerah endemik malaria. Dengan masih terbatasnya tenaga mikroskopis terlatih dan perlengkapan di daerah pedalaman, ROT merupakan alternatif untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan jenis RDT lainnya sehingga dapat ditentukan RDT yang lebih layak.

Objective: To know the sensitivity and specificity of the rapid diagnostic test (RDT) for early detection of malaria during pregnancy with the microscopic slide as the gold standard.
Venue: Public Health Facility located in Sei Berombang district, Labuhan Batu county, North Sumatra province.
Methods and Materials: Cross sectional diagnostic test. Pregnant or puerperal women who live in that location were asked to participate in this study. Anamnesis, physical and obstetrical examination were performed according to the protocol of the study. Peripheral blood from each participants for RDT (Parascreen®, produced by Zephyr Biomedicals, India, ML No: 558, Lot No: 101017), and microscopic slide examination obtained. Microscopic slides were read by national microscopist in the laboratory of Sub Dit Malaria Indonesia Republic Department of Health in Jakarta. The data then collected and analyzed.
Results: The sample was taken on August 18th 2006. There were 45 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The age of the participants were between 18-38 years old, and the majority (48,9%) were in the 20-39 years old group. For the level of formal education, the majority (93,3%) were in the low level group. Most of the participants (86,7%) had the average income below Rp.1.000.000,00 per month. This condition supports the theory that suggests the strong correlation between poverty and malaria. None of the participants complaining of fever, from the microscopic examination, there were 5 pregnant women positive for parasitemia and none of them could be detected by the RDT, so the sensitivity and the specificity of the RDT was 0% and 100% respectively for early detection of malaria during pregnancy. The positive predictive value was 0%, the negative predictive value was 91,1%, the positive probability ratio 0, the negative probability ratio 1, and the kappa value was O. The prevalence of malaria during pregnancy among the asimptomatic pregnant women in this study was 11,1%. Most of the species (60%) was P falciparum with the parasite count ranging from 79-238l µL. This study population was pregnant and puerperal women with the majority were on the 3rd trimester. Most of the population (64,4%) were primi or 2nd gravidae.
Conclusion: This study shows that the RDT used were inaccurate for early detection of malaria during pregnancy. The prevalence of malaria during pregnancy among the asimptomalic pregnant women living in the endemic malaria area in this study was 11,1%. The microscopic blood slide remains the golden standard for early detection of malaria during pregnancy. The parasite count in the asimptomatic women with malaria during pregnancy was low.
Suggestion: Early detection for malaria during pregnancy should be performed for pregnant women living in the endemic area. Because of the limited trained microscopist and facility in the remote area, RDT could be an alternative for early detection of malaria during pregnancy, but further study with larger samples and using variety of RDTs should be performed, so that the ideal RDT for early detection of malaria during pregnancy could be established.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadhimulya Asmara
"Jumlah pengidap virus HIV di Indonesia terus meningkat dari jenis penularannya, lebih banyak melalui cairan genital daripada plasma darah. Deteksi HIV diperlukan untuk pencegahan dan pengobatan. Teknik yang lazim digunakan adalah amplifikasi DNA dengan metode PCR. Penelitian ini bertujuan menerapkan teknik amplifikasi DNA metode LAMP yang baru-baru ini dikembangkan sebagai ganti PCR karena lebih spesifik, sensitif dan efisien. LAMP menggunakan pasangan primer yang unik, sepasang primer forward dan sepasang backward yang masing-maing terdiri dari primer panjang untuk polimerisasi DNA dem sepasang primer pendek untuk melepas rantai baru DNA sehingga reaksi bisa dilakukan pada suhu tetap. Reaksi LAMP menggunakan enzim Bst DNA polymerase pada suhu 65°C dilakukan
terhadap isolat genom RNA HW sudah dikonfirmasi keberadaannya dengan metode PCR."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Luthfi Agustina
"Selama ini kita hanya mengenal Postinor sebagai kontrasepsi darurat yang hanya mengandung levonorgestrel. Postinor terdiri dari 0,75 mg levonorgestrel dua dosis yang diminum dengan jarak 12 jam. Seringkali jadwal minum dosis kedua jatuh pada larut malam. Hal ini tentunya mempengaruhi kepatuhan pasien. Dipikirkan untuk menambah keragaman kontrasepsi darurat dengan hadirnya Valenor. Valenor terdiri dari 2 sediaan yaitu levonorgestrel 1,5 mg dosis tunggal dan levonorgestrel 0,75 mg dua dosis. Diharapkan dengan adanya dosis tunggal akan memperbaiki kepatuhan pasien sehingga akseptor tidak lupa dan tidak perlu minum dosis kedua yang mungkin jatuh pada larut malam.
Sampai scat ini, di Indonesia belum ada penelitian yang menilai sediaan levonorgestrel 1,5 mg dibandingkan levonorgestrel 0,75 mg. Oleh karenanya dilakukan penelitian multisenter untuk melakukan evaluasi terhadap piI Valenor 1,5 mg dosis tunggal (levonorgestrel 1,5 mg dosis tunggal), pil Valenor 0,75 mg dua dosis (levonorgestrel @0,75 mg) dan Postinor. Penelitian ini merupakan bagian penelitian multisenter yang berlangsung di 10 kota di Indonesia. Penelitian yang kami lakukan ini merupakan senter Jakarta.
Levonorgestrel sebagai kontrasepsi darurat mempunyai kemampuan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Di lain pihak penggunaannya masih mempunyai angka kegagalan dan efek samping. Kedua hal tersebut berhubungan dengan penerimaan selanjutnya oleh akseptor.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan efektifitas, efek samping dan penerimaan Valenor 1,5 mg dosis tunggal dan Valenor 0,75 mg dua dosis.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbedaan kejadian kehamilan Pit Valenor 1,5 mg dosis tunggal , pil VaIenor 0,75 mg dua dosis dibandingkan dengan Postinor
2. Mengetahui perbedaan efek samping berupa mual, muntah, sakit kepala, perdarahan bercak,gangguan haid, nyeri perut bawah, diare, payudara tegang Pit Valenor 1,5 mg dosis tunggal, pi1 VaIenor dua dosis 0,75 mg dibandingkan dengan Postinor
3. Mengetahui perbedaan persepsi pemakaian selanjutnya Pil Valenor 1,5 mg dosis tunggal, pil VaIenor dua dosis 0,75 mg dibandingkan dengan Postinor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farani Harida Putri
"Latar belakang: Pemilihan kontrasepsi pascasalin seksio sesaria dengan AKDR pascaplasenta merupakan metode kontrasepsi yang tepat untuk ibu pascasalin. Teknik pemasangan AKDR pascasalin seksio sesaria saat ini mengalami modifikasi dengan tujuan untuk menurunkan angka ekspulsi. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan menambahkan jahitan pada lengan AKDR dengan bagian fundus uterus. Diharapkan dengan penambahan jahitan tersebut dapat menurunkan terjadinya ekspulsi.
Tujuan : Mengetahui insiden ekspulsi setelah pemasangan AKDR Cu T380A durante seksio sesaria dengan metode penjahitan dan tanpa penjahitan.
Metode:Penelitian eksperimental tersamar tunggal randomisasi (single blind trial). Semua subyek yang memenuhi kriteria penelitian, dilakukan pemasangan AKDR Cu T380A dengan penjahitan dan tanpa penjahitan durante seksio sesaria hingga mencapai jumlah sampel yang dibutuhkan. Penelitian dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, periode Februari 2013 hingga Juni 2014. Setelah pemasangan AKDR, dilakukan evaluasi pada bulan ke-1 dan 6 terkait insiden ekspulsi yang terjadi.
Hasil: Jumlah total subyek adalah 422. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada karatekristik subyek antar dua kelompok. Pada kunjungan I, 1% subyek mengalami ekspulsi AKDR dengan metode pemasangan AKDR tanpa penjahitan dan tidak didapatkan ekspulsi pada kelompok pemasangan AKDR dengan penjahitan. Terdapat subyek yang tidak datang pada kunjungan I, berturut-turut untuk kelompok tanpa penjahitan dan dengan penjahitan (5,7% dan 4,7%). Pada kunjungan II, tidak didapatkan adanya ekspulsi dari kedua kelompok pemasangan AKDR durante seksio sesaria, dengan subyek yang tidak datang pada kunjungan II berturut-turut untuk kelompok tanpa penjahitan dan dengan penjahitan (1% dan 1,4%). Ekspulsi total pada kunjungan I berturut-turut untuk kelompok tanpa penjahitan dan dengan penjahitan adalah 0,5 % dan 0 %, dan ekspulsi parsial pada kunjungan I berturut-turut kelompok tanpa penjahitan dan dengan penjahitan adalah (0,5% dan 0%). Tidak ada kejadian ekpulsi pada kedua kelompok pada kunjungan ke II.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kejadian ekspulsi pemasangan AKDR Cu T380A pascasalin seksio sesariadengan penjahitan dan tanpa penjahitan. Dengan OR hanya 1,010 (relative sama, dekat dengan angka 1) dan tidak konklusif (IK 95% melintasi angka 1).

Background: Choosing method of contraception with IUD after caesarean section delivery is a usefull method of contraception for postpartum mother. Insertion technique of IUD after section caesarean nowdays has been modified with a purpose to decrease an expulsion rate. Modification that has been done was adding a suture on IUD’s arm to the part of uterine fundus. Hopefully with those add can decrease number of expulsion rate.
Objective: To know expulsion incident rate after IUD CU T380A insertion during caesarean section with and without suturing method.
Method: experimental research with single blind trial. All subject that met research's criteria will have IUD CU T380A insertion with and without suturing during caesarean section until number of sample met the amount that needed. Research was done at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta during February 2013 until June 2014. After IUD insertion, evaluation was done at the first month and sixth month according to expulsion incidden that happen.
Result: Total subject is 422. There is no significance different on subject characterization between two groups. At the first visit, 1% subject have IUD expulsion on the group of IUD insertion without suturing and there is no expulsion on the group of IUD insertion with suture. There was subject that didn't came at the first visit, from the group without suture and with suturing, respectively, (5,7% and 4,7%). At the second visit, there is no expulsion in both groups, with subject that didn’t came at the second visit, from the group without suturing and with suturing, respectively, (1% and 1,4%). Total expulsion on the first visit, from the group without suturing and with suturing, respectively, (0,5 % and 0 %). Partial expulsion on the first visit, from the group without suture and with suture, respectively,(0,5% and 0%). There is no expulsion happen on both groups at the second visit.
Conclusion: There is no difference on expulsion rate after IUD CU T380A insertion during caesarean section with and without suturing method. With OR just 1,010 (quiet relative, close to number 1) and not conclusive (IK 95% pass to number one).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnamurti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1979
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vengky Tanuwijono
"Latar belakang dan cara penelitian : Kontrasepsi implan merupakan salah satu metoda dalam pemakaian kontrasepsi, walaupun relative masih baru namun akseptabilitasnya cukup tinggi. MPA sebagai bahan kontrasepsi telah lama digunakan dan terbukti aman, efektif, jangka panjang dan reversibel serta dapat digunakan oleh wanita setelah melahirkan dan menyusui. Namun, MPA baik dalam bentuk oral maupun injeksi, masa kerjanya masih relatif singkat. Dengan mengubah metoda pemberiannya, sebagai contoh: dalam bentuk implan subdermal, masa kerjanya dapat diperpanjang. Untuk itu dilakukan penelitian implan MPA subdermal. Penelitian ini merupakan studi awal untuk meneliti efek implan MPA pada hewan Macaca fascicularis dengan mengamati beberapa parameter klinik yaitu: pola perdarahan haid, berat badan dan gambaran sitologik usap vaginanya. Empat ekor dari Macaca tersebut ditanamkan implan MPA subdermal di bagian tengkuk dengan berbagai kadar: 15,5 - 28,8 - 47,4 dan 50,7 mg MPA, dan satu ekor sisanya diperlakukan sebagai kontrol. Data yang diperoleh akan diuji dengan uji-T data berpasangan.
Hasil dan kesnnpulan : Hasil penelitian memperlihatkan. bahwa selama perlakuan (penanaman implan MPA) tidak terjadi perdarahan haid, yang menandakan kemungkinan terjadi atrofi endometrium. Tidak ditemukan kenaikan berat badan pada Macaca fascicularis yang ditanamkan implan MPA, justru terjadi penurunan berat badan, yang mungkin disebabkan oleh pendeknya masa pemantauan dan pengaruh stress perlakuan pada binatang percobaan (p < 0,05). Gambaran sitologik usap vagina menunjukkan penurunan jumlah sel piknotik selama perlakuan karena pengaruh estrogen yang menurun, yang menandakan bahwa mungkin akibat perkembangan folikel yang terganggu (p<0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbayak, Erma Mexcorry
"Pada masa menopause, produksi estrogen oleh ovarium berhenti. Berkurangnya produksi estrogen menyebabkan perubahan fisik dan mental pada wanita menopause. Perubahan tersebut sering menimbulkan perasaan tidak nyaman, antara lain terjadi pada kulit. Kulit wanita menopause menjadi tipis dan mudah luka karena menipisnya epidermis; ketebalan dermis juga berkurang karena menurunnya jumlah kolagen dermis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ovariektomi (ovx) bilateral (yang diasumsikan sebagai upaya penurunan kadar estrogen) terhadap lapisan dermis kulit dan dampak terjadinya perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus Wistar betina berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-250 g, dan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok I (ovx 50 hari), kelompok II (kontrol 50 hari), kelompok III (ovx 100 hari), dan kelompok IV (kontrol 100 hari). Kelompok I dan II dibedah pada hari ke-50, kelompok III dan IV dibedah pada hari ke-100. Organ kulit diambil dari abdomen dan dibuat sajian histologis dengan pewarnaan Trichrome. Preparat kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan serapan warna RGB (Red, Green, Blue) atau format RGB menggunakan program Adobe Photoshop 7.0.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tebal dermis maupun tebal pulasan kolagen dermis antara tikus 50 dan 100 hari pada ovariektomi bilateral dibandingkan dengan kontrol. Namun demikian, ditemukan perbedaan yang signifikan pada kenaikan berat badan tikus ovariektomi bilateral 50 dan 100 hari. Tidak adanya perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan karena estrogen yang berkurang akibat ovariektomi segera digantikan oleh estrogen dari jaringan lemak akibat kenaikan berat badan; dan estrogen dari kulit, yang merupakan tempat biosintesis estrogen ekstraglandular. Penelitian ini akan lebih akurat jika diperoleh data kadar estrogen darah, kadar biosintesis kolagen dan variasi waktu pengamatan.

Abstract
At menopause, estrogen production by the ovary ceases. Decreased estrogen causes physical and mental changes in menopausal women. These changes often result in discomfort, such as changes in the skin. The skin of menopausal women becomes thinner and more prone to injury due to the thinning of the epidermis; the thickness of the dermis also decreases because of the reduced collagen in the dermis. This research aims to investigate the influence of bilateral ovariectomy (ovx), assumed as a method to decrease estrogen levels, on the dermal layer of the skin and the impact of these changes.
Thirty-two female Wistar rats, aged ±3 months, weighing 150-250 g, were divided into 4 groups, each containing 8 rats. Group I, sacrificed 50 days after ovariectomy, and Group II, the control group, were sacrificed on day 50. Group III, sacrificed 100 days after ovariectomy, and Group IV, the control group, were sacrificed on day 100. Skin samples were taken from the abdomen and made into histological slides stained with Trichrome. These slides were then analyzed quantitatively using the RGB (Red, Green, Blue) color absorption method with Adobe Photoshop 7.0.
The results showed no significant difference in dermis thickness and collagen staining thickness between the 50-day and 100-day bilateral ovariectomy groups compared to the control groups. However, there was a significant difference in body weight increase between the 50-day and 100-day bilateral ovariectomy groups. The lack of difference in dermis thickness and collagen staining is possibly due to the decrease in estrogen levels from ovariectomy being quickly replaced by estrogen from fat tissue as a result of weight gain, and estrogen from the skin, which represents extraglandular estrogen biosynthesis. This research would be more accurate if blood estrogen levels, collagen biosynthesis rates, and variations in observation time were also measured."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadhimulya Asmara
"Penelitian ini merupakan usaha untuk mengembangkan suatu metode baru dalam mendeteksi HIV. Teknik deteksi yang biasa digunakan adalah RT-PCR dari sampel berupa RNA, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan pengembangan metode amplifikasi DNA, LAMP (Loop-Mediated Isothermal Amplification), untuk menggantikan RT-PCR, karena metode LAMP ini dinilai lebih spesifik, sensitif, dan efisien.
Reaksi LAMP telah dilakukan pada isolat RNA yang sebelumnya telah di-reverse transcription (RT) dan dikonfirmasi dengan PCR. Reaksi tersebut menggunakan enzim Bs/ DNA polimerase dan reaksinya berlangsung pada suhu 65°C. Hasil reaksi tersebut telah dikonfirmasi dengan elektroforesis dan menunjukkan ketiadaan pita hasil amplifikasi yang diharapkan. Argumentasi yang paling memungkinkan dari hasil reaksi ini antara lain, adalah kondisi kemurnian sampel, kondisi reaksi yang tidak optimal untuk reaksi LAMP, dan rancangan primer. Reaksi LAMP juga akan dilakukan pada bagian dari sekuens gen gag yang terletak pada nukleotida nomor 905-1081 dan telah diklon pada vektor pGEM-T serta telah dikonfirmasi dengan sekuensing DNA. Hasil sekuensing menunjukkan sekuens yang sama dengan data gene bank dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran target primer komersial, yaitu sebesar 155 pb dan akan digunakan sebagai template untuk reaksi LAMP.
Kesimpulan penelitian ini adalah metode LAMP helum berhasil dikembangkan untuk deteksi HIV. Rancangan primer dan kondisi reaksi adalah hal-hal yang penting dalam metode LAMP dan harus ditingkatkan untuk keberhasilan reaksi ini.

This study was attempted to develop a new method for HIV detection. The technique that is usually used is RT-PCR for RNA detection. This research aims to apply the recently developed DNA amplification method, LAMP (Loop-Mediated Isothermal Amplification), instead of RT-PCR as this method is more specific, sensitive, and efficient.
The LAMP reaction is done on RNA isolates that have been confirmed by PCR to contain HIV RNA. This reaction has been performed at 65°C using Bst DNA polymerase after doing reverse transcription. The result showed that LAMP on RNA isolates did not result in amplification as confirmed by electrophoresis. Most probable reasons for these results are the impurity of the sample, the conditions of the reactions that are not optimal for the LAMP reaction, and the design of the primer. LAMP was also performed on a part of a gag genes sequences on nucleotides number 905-1081 that has been cloned onto a pGEM-T vector and then sequenced for confirmation. The result of DNA sequence showed the same sequence as reported in Gene Bank data, with a size similar to a commercial primary target, i.e. 155 bp and will consequently be used as a template for the LAMP reaction.
The conclusions of this study are the LAMP method has not developed yet for HIV detection. The design of the primer and the conditions of the reactions in the LAMP method are the important things for the successful of this reaction, need to be improved.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>