Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Martha Ria Kristiani
Abstrak :
ABSTRAK
Kehidupan di kalangan eksekutif menuntut untuk selalu berpenampilan prima. Berbagai peranan penting dan tanggung jawab yang besar sebagai pimpinan perusahaan, khususnya di perusahaan multinasional, membuat para eksekutif sering kali merasa membutuhkan orang lain yang bisa mereka percaya untuk mengungkapkan diri untuk berbagi informasi privat yang mereka miliki. Tentu saja mereka harus sangat selektif dalam memilah informasi yang ingin disampaikan kepada orang lain, dan informasi yang cukup disimpan untuk diri mereka sendiri. Penelitian ini memfokuskan pada proses terjadinya Self Disclosure berdasarkan aturan dan batasan yang terdapat dalam keseluruhan asumsi dasar Communication Privacy Management, dan juga kepercayaan. Istilah Self Disclosure, dalam bahasa sehari-hari, dikenal dengan istilah komunikasi curhat (curahan hati). Melalui manajemen komunikasi privasi, para eksekutif dapat memahami dan menyadari adanya batasan dalam mengontrol akses privatnya sehingga mereka tetap merasa aman dan nyaman dalam mengkomunikasikan curhatan mereka kepada orang sehingga reputasi profesional mereka tetap terjaga. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan model studi kasus, serta menggunakan wawancara mendalam dan observasi sebagai teknik pengumpulan data penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah para eksekutif di beberapa perusahaan multinasional di Jakarta, dengan masa jabatan lebih dari lima tahun. Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa melalui komunikasi curhat yang mengacu pada teori CPM, setiap informan melakukan manajemen informasi privat mereka. Namun sebelum menuju kepada komunikasi curhat dan manajemen komunikasi privasi, para informan menegaskan bahwa hal yang diutamakan ketika mereka ingin berbagi informasi privat kepada orang lain adalah adanya sebuah kepercayaan. Dalam hal ini, tiap informan pun memiliki kriteria yang berbeda mengenai apa saja hal-hal yang membuat orang lain dapat dipercaya untuk mendengar keluh-kesah dan menyimpan dengan baik informasi yang ingin disampaikan oleh para informan.
ABSTRACT
Life within and around executives demands them to always have excellent appearance. Various important roles and huge responsibilities as chiefs of corporations make them often feel in need for other persons whom they can trust to open up and share private information that they have. Of course they need to be very selective in separating information that they want to share to other persons, and the ones that they have to keep for themselves. This research focuses on the process of Self Disclosure based on rules and boundary within the whole basic assumption of Communication Privacy Management, and also trust. The term Self Disclosure, in daily language is known as komunikasi curhat (curahan hati). Through communication privacy management, executives can understand and realise that there is limitation in controlling their private access for them to remain feeling secured and comfortable in communicating their private information to other persons so that their professional reputation is protected. Methodology of this research is qualitative with case study model, in-depth interviews and observation as data collection and analysis. Respondents in this research are executives from several multinational companies in Jakarta, with each tenure of more than five years. In general this research shows that through confiding their private information, as CPM theory, each respondent applied private information management. However, prior to confiding and applying their private information management, respondents confirmed that the most important factor that made them confide to other persons was trust. With this regard, each respondent had different criteria about what made them trust the other persons they confided to and that the other persons will keep securely the information that had been shared.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T39226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Leony
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas bentuk perlawanan terhadap budaya dominan masyarakat Jakarta yang ditampilkan dalam teks dan gambar dalam Mice Cartoon, serta habitus yang mempengaruhi proses kreatif pembuatan komik strip ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivisme kritis. Dengan menggunakan analisis semiotika Barthes, penelitian ini menemukan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh tokoh utama dalam Mice Cartoon terhadap gaya hidup dominan masyarakat Jakarta, yakni sebagai pengamat dan sebagai agen perlawanan. Gaya hidup dominan dalam masyarakat Jakarta merupakan hasil dari kapitalisme sebagai ideologi dominan. Di sisi lain, penelitian ini mengungkap habitus, kapital, dan arena yang mempengaruhi komikus dalam mengerjakan Mice Cartoon, yakni berbagai karya yang mempengaruhi komikus, jaringan sosial komikus, serta posisi komikus sebagai tokoh dalam Mice Cartoon.
ABSTRAK
This research discusses about resistance towards dominant culture of the Jakarta society shown in texts and drawings on Mice Cartoon, along with the habitus affecting the creative process behind the making of this comic strip. This research uses qualitative approach with critical constructivism paradigm. By using Barthes’ semiotic analysis, this research uncovers resistances done by main character on Mice Cartoon towards dominant lifestyles of the Jakarta society: as an observer and as an agent of resistance. Dominant lifestyles on Jakarta society is a result of capitalism as the dominant ideology. On the other hand, this research uncovers habitus, capital, and arena affecting the creator in doing Mice Cartoon: works inspiring him, his social networking, as well as his position as the character on Mice Cartoon.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rianda Anugre
Abstrak :
[Tesis ini menganalisis komunikasi internal pada organisasi perusahaan multinasional dalam konteks manajemen komunikasi yang didasarkan pada faktor penentu dan faktor penghambat komunikasi yang efektif (Lesley, 1991) serta menganalisis strategi komunikasi yang dilakukan organisasi dalam rangka sosialisasi Good Corporate Governance (“GCG”). Studi ini mengangkat kasus perusahaan multinasional yaitu Telin Group, yang mensosiliasikan kebijakan di anak perusahaan dengan dua perbedaan karakteristik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perolehan data melalui wawancara mendalam, studi dokumen dan kepustakaan. Hasil akhir dari studi ini menunjukkan bahwa komunikasi organisasi internal adalah sangat penting dan jelas dibutuhkan dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Komunikasi internal yang dikelola dan diorganisasikan secara baik dapat membantu organisasi dalam menciptakan iklim komunikasi yang baik dan kondusif;This thesis analyzing internal communication on the multinational corporations to take the socialization Good Corporate Governance (“GCG”) at PT Telekomunikasi Indonesia International group and 2 subsidiary company Telin Malaysia dan Telin Timor Leste. In terms of management of communications based on decisive and a barrier aspect to effective communication presented by Lesley (1991) and also analyzed the communications strategy within the socialization of the GCG. This study took the case to the multinational companies that TELIN Group, where the parent policy socialize the group policy in subsidiaries, studied company profile is divided into companies that are in the countries that already have good rules of corporate governance and in countries that do not have corporate governance rules. This study used a qualitative approach and descriptive analysis. Data were obtained through in-depth interviews , a number of valuable dokunmen , and literature study . At the end result of this study showed that internal organizational communication is very important and clearly needed within an organization to achieve organizational goals . Internal communications are managed and well organized can help organizations to create a climate of good and conductive communication., This thesis analyzing internal communication on the multinational corporations to take the socialization Good Corporate Governance (“GCG”) at PT Telekomunikasi Indonesia International group and 2 subsidiary company Telin Malaysia dan Telin Timor Leste. In terms of management of communications based on decisive and a barrier aspect to effective communication presented by Lesley (1991) and also analyzed the communications strategy within the socialization of the GCG. This study took the case to the multinational companies that TELIN Group, where the parent policy socialize the group policy in subsidiaries, studied company profile is divided into companies that are in the countries that already have good rules of corporate governance and in countries that do not have corporate governance rules. This study used a qualitative approach and descriptive analysis. Data were obtained through in-depth interviews , a number of valuable dokunmen , and literature study . At the end result of this study showed that internal organizational communication is very important and clearly needed within an organization to achieve organizational goals . Internal communications are managed and well organized can help organizations to create a climate of good and conductive communication.]
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdianah
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas strategi cross media integration yang dilakukan Koran Sindo (MNC Grup) terhadap media – media tidak sejenis di MNC Grup kaitannya terhadap product life cycle Koran Sindo sebagai media cetak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan disain deskriptif. Hasil penelitian menyatakan cross media integration memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan Koran Sindo. Diharapkan strategi ini memperkaya strategi manajemen media yang sudah ada dan diharapkan mampu menahan laju penurunan pendapatan lebih cepat, khususnya industri media cetak.
ABSTRACT
The thesis discusses about strategy of cross media integration and its implementation on Koran Sindo with others media in MNC Group. The research uses qualitative approach with descriptive design. The study states cross media integration has a significant influence on the increase in revenue Koran Sindo. This strategy is expected to enrich the media management strategy that already exist and are expected to restrain the rate of decline in revenue faster , especially the print media industry
2016
T45677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naniek Poerwito Setijadi
Abstrak :
Goffman (1967) mendefinisikan face (muka) sebagai sebuah nilai sosial positif yang secara efektif diklaim oleh seseorang untuk dirinya sendiri sejalan dengan anggapan orang lain mengenai dirinya pada saat kontak tertentu. Muka seseorang adalah indikator langsung harga dirinya selama interaksi dan oleh karena itu merupakan bagian penting dari proses komunikasi. Facework (Ting-Toomey, 1988) adalah strategi komunikasi yang digunakan individu untuk mengemukakan muka dirinya (self-face) untuk mendukung atau menentang muka diri orang lain (other-face). Individu dari latar belakang dan budaya yang berbeda menegosiasikan strategi muka berbeda ketika konflik dan ketidakpastian terjadi. Menggunakan pendekatan interpretif kualitatif etnometodologi, penelitian ini mengkaji strategi muka individu dalam dinamika komunikasi virtual kelompok antar budaya. Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah sebuah kelompok virtual, kolaborasi dari tiga universitas (satu dari Indonesia dan dua dari Amerika Serikat) yang secara teratur menggunakan Skype video conferencing untuk bertemu. Interaksi yang terjadi dalam kolaborasi pengambilan keputusan menjadi fokus untuk menganalisis muka. Analisis Percakapan dipakai untuk menganalisa bagaimana peserta mengkonstruksikan percakapan mereka, dan perspektif sosial budaya pada muka diperhitungkan dalam menganalisa data. Sebagai kerangka teori, Teori Face-Negotiation dari Ting-Toomey (1988; 2005) digunakan untuk menjelaskan konsekuensi dari proses komunikasi kelompok virtual, khususnya bagaimana strategi muka individu dilakonkan dalam proses kolaboratif. Hasil penelitian ini adalah pemetaan strategi facework individu dari budaya-budaya individualistik (Amerika Serikat) dan kolektivistik (Indonesia). Studi ini menunjukkan hasil, yang bertentangan dengan asumsi umum, bahwa perbedaan dalam strategi facework individu dari budaya individualistik dan kolektivistik tidaklah sekontras seperti hitam dan putih. Ada wilayah 'abu-abu' di mana individu-individu dari kedua budaya melindungi atau mempertahankan muka dirinya (self-face defensive) sendiri namun pada saat yang sama juga saling menghormati muka satu sama lain (mutual-face) demi solidaritas kelompok. Sikap mindfulness individu mempengaruhi strategi facework yang dilakukan dalam proses kolaborasi. Pemetaan strategi negosiasi muka berbasis budaya yang dihasilkan dari penelitian ini dapat membantu ilmuwan memahami bagaimana individu menegosiasikan muka mereka dalam kolaborasi virtual antarbudaya. Karenanya, hasil dari penelitian ini merupakan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan Teori Negosiasi Muka. ......Goffman (1967) defined face as 'the positive social value a person effectively claims for himself by the line others assume he has taken during a particular contact'. An individual's face is a direct indicator of hir/her self-esteem during interactions and it is therefore an important part of communication processes. Facework (Ting-Toomey, 1988) is a communication strategy used by a person to express his/her self-face to support or oppose other person's face. Individuals from different backgrounds and cultures negotiate face strategies differently when conflict and uncertainty occur. Using the qualitative interpretive approach of ethnomethodology, this study examines face negotiation strategies in the dynamics of intercultural virtual group communication. The subjects observed in this study is a virtual group, a collaboration of three universities (one from Indonesia and two from the USA) that regularly use Skype video-conferencing for meetings. Interaction that occurs during decision making is the focus for analyzing face. Conversation Analysis is used to analyze how participants construct their conversation, and the sociocultural perspective of the face is considered in analyzing the data. As a theoretical framework, Ting-Toomey's Face Negotiation Theory (1988; 2005) is used to explain the consequences of the virtual group communication process, particularly the face strategy of individuals in collaborative processes. The result of this study is a mapping of facework strategies from cultures identified as either 'individualistic' (such as the USA) or 'collectivistic' (such as Indonesia). This study shows how, contrary to common assumption, the differences in the facework strategy of individuals from individualistic and collectivistic cultures are not so 'black and white'. There are many 'gray areas' where individuals from both cultures protect or defend his/her own face (self-face defensive) while at the same time also still honoring each other's face (mutualface) for the sake of group solidarity. This means that an individual's mindfulness affects facework strategies undertaken in the process of collaboration. The mapping of culture-based face negotiation strategies produced from this study can help scholars understand how individuals negotiate their face in intercultural virtual collaboration. Results from this study is therefore a significant contribution to the expansion of Face Negotiation Theory.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D2281
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwa Rochimah
Abstrak :
Disertasi ini membahas tentang industri media radio siaran yang keberadaannya tidak lepas dari pengaruh dinamika industri media secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi pada industri media akan mempengaruhi para pelaku industri radio. Demikian pula sebaliknya, perkembangan bisnis radio akan mempengaruhi berbagai aspek dalam industri media. Selanjutnya, industri media yang berkembang saat ini semakin memperlihatkan bahwa media merupakan suatu entitas bisnis semata karena dijalankan dengan cara-cara tertentu untuk pencapaian keuntungan. Padahal media seharusnya tetap menjalankan fungsi utamanya sebagai sarana menyebar informasi, pendidikan, hiburan dan pengawasan. Di sisi lain, kondisi industri media yang memperlihatkan turunnya prosentase iklan dan jumlah pendengar radio di Indonesia menyebabkan industri media radio di Indonesia sampai pada tren pengelolaan radio secara berjaringan yang merupakan respon atas dinamika industri media tersebut. Pada prakteknya, tren berjaringan yang ada lebih mengarah kepada konsep spasialisasi yang dapat dipahami sebagai perluasan kekuasaan korporasi dalam industri komunikasi. Dalam pandangan ekonomi politik media, organisasi induk memiliki pengaruh dan kekuatan untuk menguasai organisasi jaringannya. Tetapi jika kita melihat praktek berjaringan pada media radio maka kita akan menemui kekuatan jaringan yang dapat mempengaruhi radio induknya. Karenanya, studi strukturasi ditawarkan untuk melihat relasi radio induk dan jaringan serta dinamika yang terjadi dalam industri radio sebagai respon atas perubahan yang terjadi pada industri media di Indonesia. Melalui teori strukturasi akan dilihat dualitas yang terjadi. Dua kelompok-kepemilikan yaitu Masima Radionet dan Mahaka Media dipilih sebagai obyek penelitian, melalui jaringan radio yang dimiliki yaitu jaringan radio Prambors FM dan Gen FM. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma kritis ini menemukan bahwa dinamika industri media radio saat ini tidaklah stagnan melainkan terus berubah dengan munculnya struktur baru yang merupakan hasil interaksi yang ada. Selain itu makna berjaringan yang diamanatkan dalan undang-undang tidak tercermin dalam praktek berjaringan yang dijalankan saat ini. Karenanya perlu sinergi antara berbagai aturan yang berhubungan dengan industri media di Indonesia agar media tidak semata-mata digunakan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Perlu dilakukan penguatan terhadap agen dalam hal ini masyarakat agar keberadaan mereka dapat memberikan pengaruh terhadap struktur yang ada, sehingga masyarakat tidak hanya sebagai obyek tetapi dapat menjadi pihak yang mampu menyuarakan kepentingan dan kebutuhannya terhadap keberadaan media. ......This dissertation is focused on discussing about media industry of broadcasting radio of which its existence is affected by the dynamics of the entire media industries. Changes occuring in media industry will affect the actors of radio industry. On the contrary, development of radio business will also influences various aspects in media industy. Furthermore, recent development of media industry has shown that media is definitely a business entity, since it is conducted in such a way as profit-making enterprise. Actually, media should firmly stick with its main function as vehicle to disseminate information, education, entertainment and social control. Besides, recent media industry in Indonesia has shown decreasing percentage of advertisement and number of radio listeners. As respond to the recent dynamics of media industry, the trend of managing broadcasting radio tends to change towards networking-based radio management. In practice, the existing networking-trend is leading towards the concept of spatialization meaning which is understood as an expansion of corporation capability in communication industry. From the perspective of political economy media, main organization tends to have influence and power to cope its network organization. However, in fact, the practices of networking-radio media, it can be seen that the power of neworking can affect its main radio organization. Due to this phenomena, study of structuration is offered to see the relation between main radio organization and its networks including the dynamics happening in radio industry as a respond to the changes in media industry in Indonesia. Two group-ownership media enterprises, Masima Radionet and Mahaka Media were chosen as objects of research, through their own radio networks, the so called Prambors FM and Gen FM. The research, designed using qualitative approach with critical paradigm, has found that the dynamics of the recent radio media industry keeps changing, not in stagnant condition, due to the appearance of new structure as a result of the existing interactions among the radio networks. Besides, the essence of networking media, instructed by broadcasting law and regulation, is not wellimplemented in recent networking radio media practices For this reason, it is essential to syncronize various regulations related to media industry in Indonesia in order to optimize the usage of media for public and social benefit not merely for the individual and certain-community interests. This is important to make societies be alert of their existence and hopefuly can give influence to the existing structure. Moreover, the essence of this study is to make societies not merely as an object but also as an agent capable to convey societal interests and needs through the existence of media.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2105
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilowati Natakoesoemah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan Untuk memahami penggunaan imagined interaction sebagai coping pada wanita yang ditinggal mati suami, selain itu untuk memahami self efficacy pasca meninggalnya suami dan untuk memahami aspek psikososial dalam membantu penyesuaian role identity wanita yang ditinggal mati suami. Penelitian ini menggunakan kerangka berfikir Honeycutt mengenai imagined interaction, dan sebagai pendukung dalam kerangka pemikiran digunakan konsep Interaksi Simbolik. Paradigma yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan paradigma postpositivist dan merupakan penelitian kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap 5 wanita yang ditinggal mati suami. Pada penelitian ini berhasil mengidentifikasi aktifitas imagined interaction pada wanita yang ditinggal mati suami yakni imagined interaction dilakukan dengan significant other dan devine other. Sedangkan proses penyesuaian role identity dalam imagined interaction ditemukan 3 kategori yaitu realistic adjustment, moderate adjustment dan imagined adjustment. Pada proses penyesuaian terdapat 3 type self efficacy yaitu Acceptance Self Efficacy yang ditandai menerima dengan ikhlas atas kematian suami, optimis memandang masa depan dan menilai diri dengan positif. Negotiated self efficacy, di cirikan dengan menerima ikhlas namun tidak optimis dalam memandang kehidupan barunya. Imagined Self efficacy, individu pada type ini bercirikan tidak optimis dalam memandang masa depan, tidak ikhlas, dan tidak percaya diri.
The objective of this study is to understand the use of Imagined Interaction as coping to women who lost her husband. Moreover, this study try to understand the self efficacy after the lost of husband and comprehend the psychosocial aspects in order to adjust one women?s role identity who left by her husband. This study used Honeycutt framework about imagined interaction, and as a supporting study, the author use symbolic interaction concepts. This is a qualitative research that uses post-positivist paradigm method. The data collection method used is in depth interview to 5 women who already lost her husband. Based on this study, identified imagined interaction activities in women who lost husband performed with significant other and devine other. While a role identity adjustment process was found 3 (three) categories are Realistic Adjustment, Moderate Adjustment, and Imagined Adjustment. In the adjustment process there are 3 (three) types of self-efficacy, namely :Acceptance Self-Efficacy: Sincere acceptance towards the lost of husband and optimist about the future.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2044
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desideria Lumongga Dwihadiah
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan Imperialisme Budaya Korea yang dilakukan melalui Media pada Sub Kultur Penggemar K-Pop di Indonesia serta mengungkapkan adanya Dominasi Budaya Korea di Indonesia serta bentuk-bentuk dominasinya, mengetahui Sub Kultur Fandom K-Pop di Indonesia serta menjabarkan media sosial sebagai saluran hegemoni Imperialisme Budaya Korea di Indonesia. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir yang berangkat dari Teori Imperialisme Budaya dan dihubungkan dengan konsep Fandom sebagai sebuah sub kultur. Paradigma dalam penelitian adalah critical constructivist dan merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui in depth interview, observasi serta studi literatur untuk sumber-sumber sekunder. Informan penelitian berjumlah lima orang yang semuanya merupakan penggemar K-Pop. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Hegemoni Budaya Korea di Indonesia dilakukan dengan menggunakan media sosial dan web site sebagai alat utama. Media sosial dan web site-web site khusus penggemar sudah akrab di kalangan anak muda di Indonesia. Bentuk-bentuk imperialisme budaya Korea pada sub kultur penggemar terbentuk melalui sebuah proses yang disebut Proses Fandomisasi. Proses Fandomisasi dimulai dari level individu, kelompok lalu masyarakat, diawali dengan Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement lalu terakhir Sub Culture Emergence. Bentuk-bentuk Imperialisme Budaya Korea pada penggemar menyentuh tiga aspek : artefak, shared meaning dan social behavior, di mana di dalamnya terjadi adaptasi terhadap imperialisme budaya (adjusted cultural imperialism).
ABSTRACT This research aims to reveal the Korean Cultural Imperialism conducted through media on Sub Culture K-Pop Fans in Indonesia as well as revealing the dominance of Korean Culture in Indonesia as well as other forms of domination, knowing Sub K-Pop fandom culture in Indonesia as well as social media describe as Korean Cultural Imperialism hegemony channel in Indonesia. This study uses a framework that departs from Cultural Imperialism Theory and linked with the concept of fandom as a sub-culture. Paradigm used in this research is critical constructivist and a descriptive qualitative research. Data collection techniques used were through in-depth interviews, observation and study of literature for secondary sources. Informants for this research are five people who are fans of K-Pop. The result shows that the Korean Cultural Hegemony in Indonesia is done by spreading through the media especially social media and web sites. The greatest role of social media spread is already familiar among young people. And the forms of Korean Cultural Imperialism can be seen through a process called Fandomization. The process of Fandomization start from the level of individual, group and society. Fandomization process start with Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement and Sub Culture Emergence. The forms of Cultural Imperialism can be seen in three aspects: artefacts, shared meaning and social behavior. Social media plays an important role in each stage of the process.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2050
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library