Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purnawati Hustina Rachman
"ABSTRAK
Overweight and obesity is prevalent in both developed and developing countries in the past few years. Yet studies on the role of micronutrients, such as calcium, towards overweight and obesity is limited among children in developing countries. This study investigated the association between dietary calcium intake with the risks of overweight and obesity among preschool children aged 3 to 6 years. A case control study with 81 matching pairs by age, sex and school was conducted in 23 randomly selected preschools in East Jakarta. Cases (n=81) were overweight or obese children, whereas controls (n=81) were normal children. The total dietary calcium intake among the cases and controls was 1285 mg and 1006 mg per day, respectively. Milk was the main contributor of calcium intake for both groups. After adjusted for high energy and protein intake, introduction to formula milk < 6 months, high restriction, overweight and obese mothers, preference of sweet snacks, duration of breastfeeding < 6 months, and high pressure to eat, the risks of calcium intake towards overweight and obesity were not significantly different between case and control (Adjusted OR, 95% CI = 1.537, 0.57-4.16). Calcium intake was not associated with the risk of overweight and obesity among Indonesian preschool children. However, this finding needs to be confirmed with another larger population to detect positive association in obese and overweight group

ABSTRAK
Kelebihan berat badan (KBB) dan obesitas di negara maju maupun di negara berkembang telah meningkat drastis dalam kurun waktu yang relatif singkat. Namun studi mengenai peran mikronutrien, seperti kalsium, terhadap KBB dan obesitas masih kurang , terutama pada subjek anak-anak di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan resiko KBB dan obesitas pada anak prasekolah usia 3 sampai 6 tahun di Jakarta. Desain kasus kontrol dengan matching untuk usia, jenis kelamin, dan sekolah dilakukan di 23 sekolah taman kanak-kanak yang dipilih secara acak. Sebanyak 81 pasang kasus kontrol dianalis. Kasus merupakan (n=81) anak dengan KBB dan obesitas, sedangkan kontrol merupakan anak normal. Total asupan kalsium pada kelompok kasus adalah 1285 mg dan 1006 mg per hari pada kontrol. Susu menyumbang asupan kalsium tertinggi untuk kedua kelompok. Setelah dikontrol dengan variabel perancu yakni, asupan energi dan protein, waktu memperkenalkan susu formula < 6 bulan, tinggi restriksi, ibu yang KBB dan obbesitas, preferensi terhadap makanan manis, durasi menyusui < 6 bulan, serta tinggi paksaan untuk makan, resiko asupan kalsium terhadap KBB dan obesitas tidak berbeda nyata dengan anak normal. Asupan kalsium tidak berhubungan dengan resiko KBB dan obesitas pada anak pra sekolah di Indonesia. Namun, penemuan ini perlu dikonfirmasi pada populasi yang lebih besar untuk mendeteksi asosiasi positif pada kelompok KBB dan obese."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimple Gobind Nagrani
"ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit jantung bawaan (PJB) yang tersering adalah defek septum ventrikel (DSV), defek septrum atrium (DSA) dan duktus arteriousus paten (DAP). Keterlambatan koreksi defek dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang dan kualitas hidup.
Tujuan: Mengetahui perbedaan status gizi dan kualitas hidup pada anak PJB asianotik sebelum dan 6 bulan-2tahun setelah koreksi dan apakah terdapat hubungan dengan jenis PJB, status gizi awal, metode dan usia koreksi.
Metode: Penelitian kohort retrospektif pada 79 anak berusia 0-18 tahun dengan DSV, DSA, DAP, dan kombinasi ketiganya. Usia, jenis kelamin, jenis PJB, usia koreksi, metode koreksi, BB dan TB dinilai sebelum dan setelah koreksi.
Hasil: Subyek penelitian berusia 0-15 tahun dengan mayoritas 1-5 tahun, diagnosis terbanyak adalah DSV (58,2%), dan status nutrisi awal adalah gizi kurang (50,6%). Secara keseluruhan terdapat kenaikan persentil BB/U (p<0,001), TB/U (p=0,004), dan BB/TB (p<0,001) yang bermakna sebelum dan sesudah koreksi. Tidak ada perubahan status gizi yang bermakna sebelum dan sesudah koreksi (p=0,851). Tidak ada hubungan perubahan status gizi dengan status gizi awal (p=0,451), metode koreksi (p=0,454), dan usia tindakan (p=0,861). Terdapat hubungan antara perubahan status gizi dengan ukuran defek (p=0,035). Sebanyak 29,1% memiliki gangguan kualitas hidup, 45,4% memiliki gangguan aspek emosi. Tidak ada hubungan antara gangguan kualitas hidup dengan diagnosis, metode koreksi, dan ukuran defek.
Simpulan: Status gizi awal terbanyak anak dengan PJB asianotik adalah gizi kurang. Terdapat peningkatan persentil BB/U, TB/U, dan BB/TB yang bermakna 6 bulan-2 tahun setelah koreksi. Terdapat hubungan antara perubahan status gizi dengan ukuran defek. Sepertiga subyek memiliki gangguan kualitas hidup setelah koreksi. Hampir separuhnya memiliki gangguan aspek emosi.

ABSTRACT
Background: The most common congenital heart disease (CHD) is ventricular septal defect (DSV), atrial septal defect (ASD), and patent ductus arteriosus (DAP). Delayed correction is correlated with disturbance of growth, development and quality of life (QOL).
Aim: To determine the difference in nutritional status and QOL for acyanotic CHD before and after 6 months-2 years correction and its association with diagnosis, initial nutritional status, method and age of correction.
Method: A retrospective cohort study on 79 children aged 0-18 years old with DSV, ASD, DAP, and a combination of the 3. Age, gender, type of CHD, age and method of correction, weight and height before and after correction were evaluated.
Result: The subjects are aged 0-15 years with majority of 1-5 years, most common diagnosis is DSV (58.2%) and initial nutritional status is moderate malnutrition (50.6%). There is significant increase in weight/age (p<0.001), height/age (p=0,004) and weight/height (p<0.001) percentiles. There is no increment of nutritional status (p=0.851). There is no association between nutritional status and initial nutritional status before correction (p=0.451), method (p=0.454) and age (p=0.861) of correction. There is a statistically significant association between growth status and defect size (p=0.035). Twenty nine percent have decreased QOL, 45.4% on emotional aspect. Decreased QOL was not associated with diagnosis, method of correction and defect size.
Conclusion: The most common nutritional status in acyanotic CHD children is moderate malnutrition. There is a statistically significant increase in the percentiles 6 months-2years post correction. There is an association between changes in growth status and defect size. One third of patients have decreased QOL after correction and almost half on emotional aspect
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supit, Diane Meytha
"Latar belakang: Identifikasi dan deteksi dini gangguan komunikasi pada bayi dan anak membutuhkan alat uji penapisan sahih, andal, mudah diaplikasikan oleh orangtua/ pengasuh. Instrumen CSBS DP ITC adalah alat skrining yang sahih dan andal mendeteksi gangguan komunikasi anak, namun belum diterjemahkan dan diuji kesahihan dan keandalan dalam bahasa Indonesia.
Tujuan: Mengetahui kesahihan dan keandalan CSBS DP ITC bahasa Indonesia sebagai alat uji penapisan gangguan komunikasi anak 6-24 bulan.
Metode: Penelitian potong lintang di Poliklinik TKPS/ RS Cipto Mangukusumo Jakarta (Februari-Mei 2019) dua tahapan. Tahapan pertama kesahihan interna 2 periode yaitu pertama, adaptasi transkultural kuesioner CSBS DP ITC bahasa asli ke bahasa Indonesia dan kedua, pengujian kuesioner CSBS DP ITC versi bahasa Indonesia kepada 35 orangtua/ pengasuh. Uji kesahihan dianalisis menggunakan Spearman Correlation, uji keandalan dianalisis menggunakan Alpha Cronbach s coefficient. Tahapan kedua kesahihan eksterna, uji diagnostik CSBS DP ITC dibandingkan BSID III skala bahasa sebagai baku emas kepada 147 orangtua/ pengasuh dan 147 anak.
Hasil: Kesahihan interna CSBS DP ITC bahasa Indonesia umumnya baik dengan nilai r > 0,3. Keandalan CSBS DP ITC bahasa Indonesia baik dengan Alpha Cronbach s (0,876-0,896). Kesahihan eksterna CSBS DP ITC bahasa Indonesia mendapatkan sensitifitas 71,43% dan spesifisitas 81,48%.
Simpulan: Kuesioner CSBS DP ITC bahasa Indonesia terbukti sahih dan andal sebagai alat uji penapisan gangguan komunikasi anak usia 6-24 bulan

Background: Early identification and detection of communication disorders in children require valid and reliable screening tool that easily to apply. The CSBS DP ITC is a valid and reliable screening tool to detect communication disorder in children, but it has not translated and tested for validity and reliability in Indonesian language.
Objective To find out validity and reliability of CSBS DP ITC Indonesian version as a screening tool for communication disorders in children aged 6-24 months.
Methods: Cross-sectional study was carried out in clinic of Growth Development- Social Pediatric / Cipto Mangukusumo Hospital Jakarta (February - May 2019) in two stages. First stage was internal validity consisting 2 periods, transcultural adaptation from original language to Indonesian and second stage was final Indonesian CSBS DP ITC questionnaire was tested to 35 parents / caregivers. Validity analyzed using Spearman Correlation. Reliability analyzed using Alpha Cronbach s coefficient. Second stage was external validity by compared CSBS DP ITC with BSID III language scale as gold standard to 147 parents / caregivers and 147 children.
Results: Internal validity showed good validity with r > 0.3. Reliability showed good with Alpha Cronbach (0.876-0,896). External validity has 71.43% sensitivity and 81.48% specificity.
Conclusion: Indonesian CSBS DP ITC questionnaire valid and reliable as screening test for communication disorders in children aged 6-24 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library